Jumat, 10 Mei 2019


Teologi Anak dan Remaja
I.                   Pendahuluan
Masa anak merupakan menjadi dasar bangunan yang menentukan masa depan. Anak-anak merupakan seseorang yang harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa. Anak juga disebut sebagai pribadi yang masih peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen itu sangat penting terutama bagi anak/remaja. Dalam melakukan pengajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap anak dan remaja, harus dilandasi dengan dasar-dasar yang mempengaruhinya seperti dasar Teologis. Secara Teologis pedidikan anak/remaja adalah pendidikan yang bertujuan untuk memahami tentang Firman Allah, supaya anak dan remaja semakin mengenal akan keberadaanya sebagai anak-anak Allah. Dan yang dimaksud teologia anak  dan remaja yaitu orang-orang yang tunduk dan taat kepada perintah-perintah Allah dan yang menaati Tuhan dan orang tuanya.
Landasan atau dasar teologi merupakan salah satu yang dimiliki oleh Pendidikan Kristen. Pendidikan Kristen merupakan sebuah pengajaran dimana pengajaran itu harus memiliki perkembangan atau perubahan, yang akan melewati tahapan-tahapan tertentu, dan nilai-nilai Kristen yang berpusat pada iman Kristiani. Jadi anak secara teologia merupakan seorang anak yang harus mendapat Pendidikan Kristen sehingga perkembangan dan perubahannya mengarah kearah yang lebih baik. Masa kanak-kanak adalah masa untuk menanamkan pengalaman-pengalaman yang dasar dengan Allah. Titik pertemuan antara manusia dengan Allah adalah dalam Firman-Nya, maka sudah jelas bahwa Firman itu juga untuk anak-anak. Dari Alkitab, anak-anak mengenal pribadi Allah. Dengan demikian Allah yang berbicara kepada anak-anak melalui Firman-Nya sehingga dapat dimengerti. Begitu juga dengan remaja haruslah menganal Allah melaui Firman-Nya dalam Alkitab yang dibimbing oleh orangtuanya, gurunya maupun gereja dan masyarakat.

II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Teologi
Istilah Teologi berasal dari akar kata dua istilah bahasa Yunani, yaitu ‘Theos’ dan ‘logos’. Theos (ϑεος) berarti ‘Allah’ atau ‘Ilah’; dan Logos (λογος) berarti ‘Ilmu atau perkataan atau firman atau wacana’. Jadi makna istilah teologi adalah wacana (Ilmiah) mengenai Allah, atau Ilmu teologi adalah bidang studi ilmiah yang melayani gereja yang diutus kedalam dunia dalam usahanya untuk memahami dan menghayati karya Allah, sesuai dengan Firman Allah yang hidup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘Teologi’ dirumuskan sebagai pengetahuan ke Tuhanan (mengenai sifat-sifat Allah, dasar-dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab-kitab suci).[1] Menurut makna etimologisnya, secara sempit, teologi berarti ajaran tentang Allah, sedangkan secara luas, berarti keseluruhan ajaran Kristen. Namun untuk memahami lebih dalam apa yang dimaksud dengan istilah teologi dalam lingkungan Kristen, maka makna etimologis tidaklah cukup, karena hanya menekankan bahasa atau ilmu saja dan hanya menekankan (pernyataan) Allah saja. Jika hanya menekankan saja maka kita dapat terjebak untuk menempatkan ‘konteks’ (kebudayaan) di atas teks (pertanyaan Allah/Alkitab) dan menekankan imanensi Allah saja. Sebaliknya, jika hanya menekankan (Theos) saja maka kita akan terjebak untuk menempatkan ‘teks’ diluar konteks dan menekankan transendensi Allah saja. Padahal yang benar adalah Allah itu transenden (di atas manusia) dan imanen (menjadi manusia di dalam diri Yesus).[2] Pada hakekatnya, teologi dapat dirumuskan dalam suatu defenisi yaitu: sebagai keseluruhan pengetahuan adikodrati yang obyektif, lagi kritis dan yang disusun secara metodis, sistematis dan koheren; pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang di imani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu.[3]
Teologi bersifat adikodrati, dimana kebenaran teologi bukanlah kebenaran yang dapat dibuktikan secara empiris (berdasarkan fakta), dan masuk akal, tetapi kebenaran yang di terima oleh iman karena wahyu Allah atau diluar jangkauan pemikiran manusia. Teologi juga bersifat ilmiah, artinya secara metodis dicarilah kebenaran mana yang diwahyukan dan apa wahyu itu sebenarnya. Dan karena adanya susunan dari kebenaran tersebut terdapatlah sistem. Sebagai ilmu iman, teologi mempelajari wahyu Allah. Maka obyek material teologi ialah apa yang diwahyukan Allah.[4] Teologi jug dikatakan sebagai studi yang berbicara tentang hal-hal mengenai Allah, tentang pengalaman manusia mengenai Allah, tentang tanggapan manusia terhadap Allah dan apa yang telah manusia pahami tentang Allah.[5] Secara umum, teologi mengacu pada studi, pengetahuan, pembicaraan, pengajaran, dan pelajaran tentang Allah.[6] Teologi Kristen adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang dihayatinya sebagai orang beragama Kristen. Iman Kristen adalah bahwa Allah telah memasuki sejarah umat manusia secara istimewa, yakni dalam pewahyuan diri-Nya, mulai dari panggilan Abraham dan memuncak dalam peristiwa Yesus, sang Nabi dari Nazaret yang kita imani sebagai melebihi seorang nabi biasa, karena ia oleh Allah Bapa dijadikan “Tuhan dan Kristus” (Kis. 2:36; Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus)[7].
Jadi dapat disimpulkan bahwa “Teologi” berarti memikirkan tentang Allah dan mengekspresikan pemikiran itu dalam suatu cara tertentu. Memikirkan tentang Allah tidak hanya menambah dan memperluas pengetahuan, tetapi mempengaruhi hidup. Teologi sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan berkesinambungan, menyatakan bahwa teologi merupakan pengetahuan yang bersifat ilmiah namun tidak termasuk ilmu ‘empiris’ karena azas teologi tidak terbatas pada indrawi dan logika manusia sebagaimana hanya dalam ilmu empiris. Sederhananya, teologia adalah bidang studi yang berusaha untuk menyampaikan suatu pernyataan yang berhubungan secara logis tentang doktin-doktrin iman Kristen, yang terutama berdasarkan Alkitab, ditempatkan dalam konteks kebudayaan pada umumnya, dikalimatkan dalam bahasa masa kini, dan berhubugan dengan masalah-masalah kehidupan.[8]

2.2. Teologi Anak
Setelah memahami apa itu teologi maka kita beranjak kepada Teologi Anak. Dasar Teologi sangat penting karena menghubungkan arahan dan Prinsip Alkitab  dengan prinsip Pendidikan Kristen di dunia ini. Adalah suatu keharusan bagi Pendidik Kristen untuk mengeksplorasi dan menemukan kembali sumber-sumber teologi yang memberikan terang dan memuliakan Yesus Kristus didalam segala aspek kehidupan di tengah badai pola pikir dan praktik pendidikan ditengah dunia ini. Teologi Pendidikan Agama Kristen dalam mendidik anak adalah sesuai dengan isi surat Rasul Paulus didalam Alkitab sebagai dasar Iman Kristen yaitu dalam “Efesus 6:1-4; Hai, anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, Karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Artinya disini adalah anak-anak kecil harus di ajar untuk menaati dan menghormati orang tua mereka dengan dididik dan dilatih dalam Tuhan. Demikian juga bapa-bapa harus harus mengasihi anaknya seperti kasih Allah kepada anak-Nya. Paulus memaparkan tugas orang tua; pertama, orang tua khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak tidak mudah sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan amarah bagi anak-anaknya (ayat. 4).  Demikian juga dalam Markus 10: 13-16 dikatakan; “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu; sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya.” Lalu ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka, Ia memberkati mereka. Sejak dahulu kala anak-anak merupakan suatu golongan yang penting dalam gereja Kristen, tetapi kenyataan itu tidak selalu di insafinya dengan secukupnya.[9] Yesus menerima anak-anak itu dan memberikan apa yang di inginkan bagi mereka. Ia memeluk anak-anak iu untuk menunjukkan bahwa ia peduli dan mengasihi mereka. Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka, seperti yang di inginkan untuk memberkati mereka. Disini terlihat bagaimana Yesus melakukan lebih dari yang di inginkan. Yesus mengakui anak-anak kecil sebagai anggota jemaat-Nya, seperti halnya dalam jemaat Yahudi. Ketika datang orang meneguhkan kerajaan Allah ditengah-tengah manusia, Yesus mengakui anak-anak kecil sebagai warga kerajaan Allah.
Jika kita melihat saat ini, anak sudah dikesampingkan dan mereka tidak lagi mendapatkan peran dalam gereja maupun masyarakat karena dianggap belum mengerti apapun. Sementara jika dilihat pada masa Yesus Kristus dimana Yesus melakukan pemberkatan, ia mengatakan bahwa anak-anaklah yang empunya kerajaan Allah (Matius 19: 13-15).[10] Dengan ini sangat jelaslah Pendidikan Agama Kristen itu sangat berarti bagi setiap anak-anak sehingga mereka mengerti makna pendidikan itu bahwasannya pendidikan itu bermakna untuk mengembangkan kepribadian anak dengan berlandakan Yesus Kristus sebagai Jurus’lamat sehingga anak-anak dapat berfungsi secara efektif dalam masyarakat dan dituntun kearah yang lebih baik.[11]
Pendidikan atau pengajaran sudah dimulai dari zaman Perjanjian Lama seperti yang tertulis dalam Kitab Ulangan 6:6-7; “Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.[12] Disini Allah benar-benar menginginkan bahwa Firman-Nya tersimpan dalam hati umat-Nya. Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (Ul. 6:5) ialah mempedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.
Teologi Pendidikan Agama Kristen dalam mendidik adalah sesuai dalam Amanat Agung Yesus Kristus dalam Matius 28: 19-20; “Karena itu pergilah, Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada  akhir zaman”.[13]
Didalam Amsal 22:6 diajarkan kapada kita akan hal ini “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Yang  berarti anak-anak itu adalah masa awal untuk menentukan sifatnya di hari tua. Kalau  ia jahat pada masa muda, maka masa tua nya pun akan jahat seperti itu juga. Ini berarti menunjukkan bahwa masa anak-anaklah yang sangat menentukan masa  depannya (Amsal 4:13; 1:7; 10:17).[14]
Dalam injil Matius, Yesus mengajarkan; “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut (Matius 18:6).” Yesus mengatakan bahwa barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut, ini berarti Yesus menganggap anak-anak itu sangat berharga bagi-Nya. Yesus akan menghukum setiap orang berlaku yang tidak baik kepada anak-anak. [15]
Berdasarkan Matius 18:2-5 menegaskan tentang Teologi Anak; “Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seseorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yesus begitu menyukai anak-anak. Yesus menyuruh orang dewasa menjadi seperti anak-anak. Karena anak-anak pada saat lahir ia menjadi diri sendiri yang lahir ke dalam dunia. Dan Yesus menyambut baik kepada orang-orang yang menjadikan dirinya seperti anak-anak yang hidup dalam Yesus.[16]
Robert R. Boehlke menyatakan, Yesus merupakan buah dari pendidikan Yahudi. Dalam injil Lukas dikatakan bahwa Yesus mengalami masa anak-anak. Orang tua Yesus mengajarkan tentang shema (Pengakuan iman Yahudi, yaitu Ulangan 6:4).[17] Jadi anak secara teologia merupakan seorang yang harus mendapat pendidikan Kristen sehingga perkembangan dan perubahannya mengarah kearah yang lebih baik. Masa kanak-kanak adalah masa untuk menanamkan pengalaman-pengalaman yang dasar dengan Allah. Titik pertemuan antara manusia dengan Allah adalah dalam Firman-Nya, maka sudah jelas bahwa Firman itu juga untuk anak-anak.[18]

2.3. Teologi Remaja
Pendidikan Agama Kristen juga dibutuhkan oleh para remaja seperti kita lihat dalam Injil Matius 19:16-22; Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk kedalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berjinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” kata Yesus kepadanya: jika engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta disorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku. Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Dalam hal ini Yesus memberikan pengajaran bagi orang muda/remaja supaya memahami arti dari hidup Kristiani dan mengikut Perintah Yesus.[19]
Kita lihat dalam konteks Perjanjian Lama dalam Yeremia 1:15 Tuhan sudah berfirman “Sebelum aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan Aku telah menguduskan engkau, dan aku telah menetapkan engkau sebgai nabi bagi bangsa-bangsa.” Dari nats tersebut kita  mengetahui bahwa sebelum lahir pun kita telah memperoleh pendidikan untuk bisa mendidik nantinya.[20] Menurut Yohanes Amos Comenius: Allah ingin agar anak-anak maupun remaja mau belajar tentang Firman Tuhan yaitu dari Alkitab, dimana anak perlu mendapatkan pendidikan tentang Allah dan kehendak Allah agar mereka dapat menjadi anak-anak terang. Anak dan remaja adalah manusia sehingga perlu didikan secara banar. Pendidikan Agama  Kristen oleh orang tua dalam keluarga, memainkan peranan penting dalam perkembangan anak/remaja dalam gereja.[21]
Keterlibatan remaja dalam pengalaman belajar akan lebih memperlengkapi mereka hidup dalam masyarakat sebagai orang Kristen yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Maka dalam hal ini remaja perlu pembimbingan gereja berdasarkan Alkitab.[22]

2.4. Dasar Teologi menurut para Tokoh
1.      Origenes
Origenes adalah seorang Kristen dan juga seorang pendidik. Dimana dia mengatakan bahwa seorang pelajar itu tidak digolongkan dengan umur tertentu, yang mana itu menganggap Allah itu benar-benar Bapa Mereka, berarti mereka masih tergolong dalam istilah anak-anak yang mana masih membutuhkan pengajaran dan hendaknya juga para pelajar itu memiliki kemauan untuk di ajar. Dan dia selalu mengajarkan akan pengenalan anak-anak dan remaja itu kedalam injil Tuhan.[23]

2.      Clementus
Clementus adalah seorang pengajar yang berperan Penting dalam pndidikan. Dia mengatakan bahwa Allah memanfaatkan kemampuan guru dan pengetahuannya, baik kebutuhan pelajar maupun pengalamannya, agar pengalaman itu dipakai lagi untuk menyelamatkan para pelajar dari kesalahan dan berhubungan dengan Allah sendiri.[24]



3.      Friedrih W. A. Froebell
Friedrih mengemukakan pendapatnya dalam memahami teologi anak/remaja, yaitu:
1)      Ajaran tentang Allah
Artinya adalah bahwa disini mengajarkan kepada anak-anak Allah supaya memperoleh pengetahuan yang sebenarnya mengenai sesama manusia, dimana dia mengajarkan akan Allah yang penuh kasih sehingga juga para pelajar dituntut untuk saling mengasihi antar sesamanya.
2)      Pengalaman tentang Yesus
Froebell mengajarkan kepada anak-anak/para pelajar bahwa Yesus itu adalah seorang yang patut dicontoh dan sempurna. Tujuannya agar kelak nanti para pelajar dapat meneladani sikap dan perilaku Yesus dalam kehidupan mereka sehari-hari. Setelah Tuhan memberikan hukum-Nya, bangsa Israel sebagai umat Tuhan saat itu, harus berpegang dan menjalankan hukum-hukum taurat itu. Tapi selanjutnya ada keharusan untuk mengajarkannya kepada anaknya berulang-ulang kali dan membicarakannya pada waktu duduk di rumah atau sedang dalam perjalanan, apabila sedang berbaring atau setelah bangun. [25]
3)      Pengertian Teologis tentang Manusia
Artinya bahwa setiap orang itu seharusnya diperlakukan sebagai penjelmaan dari Roh Allah. Dan termasuk juga anak-anak, dan orang tua juga hendaknya memperlakukan anak-anak itu secara adil dan hormat karena mereka juga karunia Allah.[26]

4.      Ray Mossholder
Ray Mosholder dalam bukunya ‘Cara Mendidik Anak ditengah lingkungan yang makin sekular’, menjelaskan ajaran dasar untuk remaja. Yang pertama mengajar remaja untuk mempercayai Alkitab (Yoh. 8: 31-32). Allah tidak perah berbohong, karena untuk selama-lamanya Firman Tuhan tetap teguh (Mzm. 119: 89). Mereka dapat mempercayai Firman Tuhan, karena Firman Tuhan tidak pernah berubah. Yang kedua adalah mengajar mereka tentang babtisan (Roma 6: 4-6). Yang ketiga, mengajar mereka untuk melayani Tuhan (Efesus 2: 8-10). Sebagai orang tua, adalah hal yang menggetarkan ketika melihat anak remajanya bersuka cita melayani Kristus. yang keempat adalah mengajar mereka tentang kuasa doa. Kristus pun menjadi teladan bagi semua orang bahwa didalam doa ada kuasa yang berasal dari Allah.[27]

5.      Yohanes Amos Comenius
Menurut Comenius, manusia dapat dididik secara benar. Karena itulah maksud Allah bagi manusia. Allah ingin agar Anak dan Remaja mau belajar tentang Firman Allah yaitu dari Alkitab. Anak-anak perlu mendapatkan didikan tentang Allah dan kehendak Allah agar mereka menjadi anak-anak terang.[28]

6.      Johan Heindrich Pestalozi
Dasar tologisnya ada lima pokok, yaitu:
       I.            Kepercayaan kepada Allah Bapa
    II.            Alam sebagai pedoman
 III.            Yesus juru selamat dunia
 IV.            Manusia jati diri dan tugasnya
    V.            Pengalaman beriman secara pribadi.[29]

7.      Yohanes Calvin
Teologi yang menjadi dasar pandangan Calvin terhadap pendidikan Kristen yaitu, membahas tentang isi institutionya secara menyeluruh. Karena di dalam terdapat pikiran paling dasar dan membagi beberapa bagian yaitu:
a.       Kedaulatan Allah
Dalam kedaulatan Allah menyatakan dirinya sebagai tiga Pribadi: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam Alkitab, Allah dinyatakan sebagai Allah yang berdaulat atas dunia karena dialah yang menciptakan segala sesuatu yang ada, dan dia menciptakan dan memelihara kekuatan dalam hidup (Yesaya 40:28b).
b.      Alkitab sebagai Firman Allah
Kedaulatan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus menjadi faktor utama dalam pikiran dan pemahaman yang terdapat dalam Alkitab yang merupakan Firman Tuhan.[30]
8.      Martin Luther[31]
Menurut Martin Luther, ada empat dasar teologi yang menjadi landasan pendidikan:
          i.            Keadaan berdosa dari setiap Warga
Martin Luther sadar benar bahwa dirinya adalah manusia yang berdosa dan hal inilah yang mendorongnya mencari jalan keluar yang dapat memuaskan jiwanya, sehingga harus memahami injil secara benar. Dengan pemahaman inilah Martin Luther melakukan pengajaran melalui pendidikan di sekolah. Menurutnya harus ada pendidikan Kristen bagi para muda-mudi agar mereka diperlengkapi dalam iman.
        ii.            Imamat Semua Orang Percaya
Setiap orang memiliki hak yang sama sebab orang yang dibenarkan oleh iman telah dijadikan mahkluk baru dalam Kristus. Martin Luther perlu memperlengkapi semua warga agar mampu memenuhi kesempatan dan kewajiban yang termasuk dalam panggilan mulia dengan cara mereka dididik dalam firman Allah.
      iii.            Pembenaran Oleh Iman
Dengan menerima kenyataan pembenaran oleh iman, Luther melihat ada hubungan yang baru antara manusia dengan Allah, yaitu hubungan kepercayaan dengan Allah dan kasih kepada sesamanya. Setiap warga perlu belajar bagaimana melayani sesamanya karena pengetahuan itu tidak disampingkan secara otomatis bersama dengan pengalaman pembenaran karena iman.
      iv.            Firman Allah
Menyatakan bahwa Alkitab merupakan dasar dari Firman Allah yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
     I.               Yesus secara pribadi dan ajarannya adalah Firman Allah
Menurut Luther, Firman Allah itu adalah sebagaimana yang dikatakan Rasul Paulus dalam Roma pasal 1, Firman Allah tentang Putra-Nya yang dijadikan daging dan sengsara yang bangkit dari kematian dan dimuliakan.
  II.               Alkitab sebagai Iman
Luther mempunyai pandangan dinamis terhadap prakarsa Allah. Memang Allah berfirman melalui Alkitab, namun amanat-Nya mustahil di jilidkan secara tuntas dalam buku.


III.               Firman sebagai amanat Allah yang diberitahukan kepada warga Kristen.
Firman yang diberitakan itu adalah Yesus Kristus. Luther mengatakan bahwa isi pengajaran Kristus adalah Firman.

III.             Kesimpulan
Teologi berarti memikirkan tentang Allah dan mengekspresikan pemikiran itu dalam suatu cara tertentu, memperluas pengetahuan, dan mempengaruhi hidup. Teologi sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan berkesinambungan, menyatakan bahwa teologi merupakan pengetahuan yang bersifat ilmiah namun tidak termasuk ilmu ‘empiris’ karena azas teologi tidak terbatas pada indrawi dan logika manusia sebagaimana hanya dalam ilmu empiris. Sederhananya, teologia adalah bidang studi yang berusaha untuk menyampaikan suatu pernyataan yang berhubungan secara logis tentang doktin-doktrin iman Kristen, yang terutama berdasarkan Alkitab, ditempatkan dalam konteks kebudayaan pada umumnya, dan berhubugan dengan masalah-masalah kehidupan.
Pendidikan Agama Kristen itu sangat berarti bagi setiap anak-anak sehingga mereka mengerti makna pendidikan itu bahwasannya pendidikan itu bermakna untuk mengembangkan kepribadian anak dengan berlandakan Yesus Kristus sebagai Jurus’lamat sehingga anak-anak dapat berfungsi secara efektif dalam masyarakat dan dituntun kearah yang lebih baik.
Amsal 22:6 juga mengajarkan kapada kita tentang “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Yang  berarti anak-anak itu adalah masa awal untuk menentukan sifatnya di hari tua. Kalau  ia jahat pada masa muda, maka masa tua nya pun akan jahat seperti itu juga. Ini berarti menunjukkan bahwa masa anak-anaklah yang sangat menentukan masa  depannya (Amsal 4:13; 1:7; 10:17).
Injil Matius menegaskan tentang Teologi Anak; “Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seseorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yesus begitu menyukai anak-anak. Yesus menyuruh orang dewasa menjadi seperti anak-anak. Karena anak-anak pada saat lahir ia menjadi diri sendiri yang lahir ke dalam dunia. Dan Yesus menyambut baik kepada orang-orang yang menjadikan dirinya seperti anak-anak yang hidup dalam Yesus (Matius 18:2-5).
Pendidikan Agama Kristen juga dibutuhkan oleh para remaja. Keterlibatan remaja dalam pengalaman belajar akan lebih memperlengkapi mereka hidup dalam masyarakat sebagai orang Kristen yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Maka dalam hal ini remaja perlu pembimbingan gereja berdasarkan Alkitab. Di dalam masa Perjanjian Lama dalam Yeremia 1:15 Tuhan sudah berfirman “Sebelum aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan Aku telah menguduskan engkau, dan aku telah menetapkan engkau sebgai nabi bagi bangsa-bangsa.” Dari nats tersebut kita  mengetahui bahwa sebelum lahir pun kita telah memperoleh pendidikan untuk bisa mendidik nantinya. Allah ingin agar anak-anak maupun remaja mau belajar tentang Firman Tuhan yaitu dari Alkitab, dimana anak perlu mendapatkan pendidikan tentang Allah dan kehendak Allah agar mereka dapat menjadi anak-anak terang. Anak dan remaja adalah manusia sehingga perlu didikan secara banar.

IV.             Daftar Pustaka
Avis Paul, Ambang Pintu Teologi, BPK-Gunung Mulia, 2001.
Boehlke Robert R., Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek PAK dari Yohanes Amos Comenius sampai perkembangan PAK di Indonesia, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1997.
Boehlke Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen-Dari Plato Sampai IG. Loyola,  Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1994.
Cains I. J., Tafsiran Alkitab Ulangan 2, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1986.
Dister Niko Syukur, Pengantar Teologi, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1992.
Drewes B. F. & Mojau Julianus, Apa Itu Teologi?, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010.
Elisabeth, Pembimbing PAK Pada Anak Usia Dini, Bandung : Bina Media Informasi, 2009.
Erickson Millars J., Teologi Kristen 1, Malang: Gandum Mas, 2004.
Frame John M., Doktrin Pengetahuan tentang Allah 1, Malang: Departemen Litertur SAAT, 2003.
Groome Thomas H., Christian Religous Education, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010.
Gultom Rida, Taruli Dame & Turnip Genti, Pendidikan Agama Kristen bagi Anak-anak, Medan: Cv Pratama Mitra Sari, 2011.
Homrighausen E. G. & Enklaar I.H,, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013.
Indra Ichwel G., Teologi Sistematis, Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1999.
Ismail Andar,  Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1998, 107.
Kristianto Paulus Lilik, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: Andi, 2006.
Mossholder Ray, Cara Mendidik Anak di Tengah Lingkungan yang Makin Sekular, Yogyakarta: Andi, 1998.
Nurhama Daniel, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: Jurnal Info Media, 2007.
Ricard Lawrence O., Mengajar Alkitab Secara Kreatif, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004.
Richards Lawrence O., Pelayanan Kepada Anak-anak, Ministry Resources Library, 2007.
Riemer G., Ajarlah Mereka, Jakarta:Litindo, 1998.
Sidjabat Samuel, Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta : ANDI, 1996.
Walker D.F., Konkordansi Alkitab, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013.



[1] B. F. Drewes & Julianus Mojau, Apa Itu Teologi?, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010), 16-17.
[2] Ichwel G. Indra, Teologi Sistematis, (Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1999), 3.
[3] Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1992), 33.
[4] Ichwel G. Indra, Teologi Sistematis, 4.
[5] Paul Avis, Ambang Pintu Teologi, (BPK-Gunung Mulia, 2001), 4.
[6] John M. Frame, Doktrin Pengetahuan tentang Allah, (Malang: Departemen Litertur SAAT, 2003), 132.
[7] Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, 35.
[8] Millars J. Erickson, Teologi Kristen 1, (Malang: Gandum Mas, 2004), 27.
[9] E. G. Homrighausen & I. H.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2009), 133.
[10] D. F. Walker, Konkordansi Alkitab, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013), 18.
[11] Thomas H. Groome, Christian Religous Education, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010), 12.
[12] Rida Gultom, Dame Taruli & Genti Turnip, Pendidikan Agama Kristen bagi Anak-anak, (Medan: Cv Pratama Mitra Sari, 2011), 15-16.
[13] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2006), 6.
[14] Elisabeth, Pembimbing PAK Pada Anak Usia Dini, (Bandung : Bina Media Informasi, 2009), 3-4.
[15] Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta : ANDI, 1996), 158.
[16] Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-anak, (Ministry Resources Library, 2007), 47.
[17] Rida Gultom, Dame Taruli & Genti Turnip, Pendidikan Agama Kristen bagi Anak-anak, 15.
[18] I. J. Cains, Tafsiran Alkitab Ulangan 2, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1986), 142.
[19] E. G. Homrighausen & I. H.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 154.
[20] G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta:Litindo, 1998), 4.
[21] G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta:Litindo, 1998), 5.
[22] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK-Dari Plato Sampai IG. Loyola,  (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1994), 812.
[23] Andar Ismail,  Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1998), 107.
[24] Lawrence O. Ricard, Mengajar Alkitab Secara Kreatif, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004), 103.
[25] Daniel Nurhama, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Jurnal Info Media, 2007), 59.
[26] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK dari Plato sampai IG Loyola, 299.
[27] Ray Mossholder, Cara Mendidik Anak di Tengah Lingkungan yang Makin Sekular, (Yogyakarta: Andi, 1998), 153.
[28] Robert R. Boehlke. Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek PAK dari Yohanes Amos Comenius sampai perkembangan PAK di Indonesia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1997), 29-30.
[29] Lawrence O. Ricard, Mengajar Alkitab Secara Kreatif, 250-251.
[30] Lawrence O. Ricard, Mengajar Alkitab Secara Kreatif, 384.
[31] Ibid, 384-390.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar