Teologi Anak dan Remaja
I.
Pendahuluan
Masa
anak merupakan menjadi dasar bangunan yang menentukan masa depan. Anak-anak
merupakan seseorang yang harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
dewasa. Anak juga disebut sebagai pribadi yang masih peka terhadap
rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Pengajaran Pendidikan Agama
Kristen itu sangat penting terutama bagi anak/remaja. Dalam melakukan
pengajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap anak dan remaja, harus dilandasi
dengan dasar-dasar yang mempengaruhinya seperti dasar Teologis. Secara Teologis
pedidikan anak/remaja adalah pendidikan yang bertujuan untuk memahami tentang
Firman Allah, supaya anak dan remaja semakin mengenal akan keberadaanya sebagai
anak-anak Allah. Dan yang dimaksud teologia anak dan remaja yaitu orang-orang yang tunduk dan
taat kepada perintah-perintah Allah dan yang menaati Tuhan dan orang tuanya.
Landasan
atau dasar teologi merupakan salah satu yang dimiliki oleh Pendidikan Kristen.
Pendidikan Kristen merupakan sebuah pengajaran dimana pengajaran itu harus
memiliki perkembangan atau perubahan, yang akan melewati tahapan-tahapan
tertentu, dan nilai-nilai Kristen yang berpusat pada iman Kristiani. Jadi anak
secara teologia merupakan seorang anak yang harus mendapat Pendidikan Kristen
sehingga perkembangan dan perubahannya mengarah kearah yang lebih baik. Masa
kanak-kanak adalah masa untuk menanamkan pengalaman-pengalaman yang dasar
dengan Allah. Titik pertemuan antara manusia dengan Allah adalah dalam
Firman-Nya, maka sudah jelas bahwa Firman itu juga untuk anak-anak. Dari
Alkitab, anak-anak mengenal pribadi Allah. Dengan demikian Allah yang berbicara
kepada anak-anak melalui Firman-Nya sehingga dapat dimengerti. Begitu juga
dengan remaja haruslah menganal Allah melaui Firman-Nya dalam Alkitab yang
dibimbing oleh orangtuanya, gurunya maupun gereja dan masyarakat.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Teologi
Istilah
Teologi berasal dari akar kata dua istilah bahasa Yunani, yaitu ‘Theos’ dan ‘logos’. Theos (ϑεος) berarti
‘Allah’ atau ‘Ilah’; dan Logos (λογος) berarti ‘Ilmu atau perkataan atau
firman atau wacana’. Jadi makna istilah teologi adalah “wacana (Ilmiah) mengenai Allah, atau Ilmu teologi adalah bidang
studi ilmiah yang melayani gereja yang diutus kedalam dunia dalam usahanya
untuk memahami dan menghayati karya Allah, sesuai dengan Firman Allah yang
hidup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘Teologi’ dirumuskan sebagai
pengetahuan ke Tuhanan (mengenai sifat-sifat Allah, dasar-dasar kepercayaan
kepada Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab-kitab suci).[1]
Menurut makna etimologisnya, secara sempit, teologi berarti ajaran tentang
Allah, sedangkan secara luas, berarti keseluruhan ajaran Kristen. Namun untuk
memahami lebih dalam apa yang dimaksud dengan istilah teologi dalam lingkungan
Kristen, maka makna etimologis tidaklah cukup, karena hanya menekankan bahasa
atau ilmu saja dan hanya menekankan (pernyataan) Allah saja. Jika hanya
menekankan saja maka kita dapat terjebak untuk menempatkan ‘konteks’
(kebudayaan) di atas teks (pertanyaan Allah/Alkitab) dan menekankan imanensi
Allah saja. Sebaliknya, jika hanya menekankan (Theos) saja maka kita akan
terjebak untuk menempatkan ‘teks’ diluar konteks dan menekankan transendensi
Allah saja. Padahal yang benar adalah Allah itu transenden (di atas manusia)
dan imanen (menjadi manusia di dalam diri Yesus).[2]
Pada hakekatnya, teologi dapat dirumuskan dalam suatu defenisi yaitu: sebagai
keseluruhan pengetahuan adikodrati yang obyektif, lagi kritis dan yang disusun
secara metodis, sistematis dan koheren; pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang
di imani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu.[3]
Teologi
bersifat adikodrati, dimana kebenaran teologi bukanlah kebenaran yang dapat
dibuktikan secara empiris (berdasarkan fakta), dan masuk akal, tetapi kebenaran
yang di terima oleh iman karena wahyu Allah atau diluar jangkauan pemikiran
manusia. Teologi juga bersifat ilmiah, artinya secara metodis dicarilah
kebenaran mana yang diwahyukan dan apa wahyu itu sebenarnya. Dan karena adanya
susunan dari kebenaran tersebut terdapatlah sistem. Sebagai ilmu iman, teologi
mempelajari wahyu Allah. Maka obyek material teologi ialah apa yang diwahyukan
Allah.[4]
Teologi jug dikatakan sebagai studi yang berbicara tentang hal-hal mengenai
Allah, tentang pengalaman manusia mengenai Allah, tentang tanggapan manusia
terhadap Allah dan apa yang telah manusia pahami tentang Allah.[5]
Secara umum, teologi mengacu pada studi, pengetahuan, pembicaraan, pengajaran,
dan pelajaran tentang Allah.[6]
Teologi Kristen adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang dihayatinya
sebagai orang beragama Kristen. Iman Kristen adalah bahwa Allah telah memasuki
sejarah umat manusia secara istimewa, yakni dalam pewahyuan diri-Nya, mulai
dari panggilan Abraham dan memuncak dalam peristiwa Yesus, sang Nabi dari
Nazaret yang kita imani sebagai melebihi seorang nabi biasa, karena ia oleh
Allah Bapa dijadikan “Tuhan dan Kristus” (Kis. 2:36; Jadi seluruh kaum Israel
harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan
itu, menjadi Tuhan dan Kristus)[7].
Jadi
dapat disimpulkan bahwa “Teologi” berarti memikirkan tentang Allah dan
mengekspresikan pemikiran itu dalam suatu cara tertentu. Memikirkan tentang
Allah tidak hanya menambah dan memperluas pengetahuan, tetapi mempengaruhi
hidup. Teologi sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan
berkesinambungan, menyatakan bahwa teologi merupakan pengetahuan yang bersifat
ilmiah namun tidak termasuk ilmu ‘empiris’ karena azas teologi tidak terbatas
pada indrawi dan logika manusia sebagaimana hanya dalam ilmu empiris. Sederhananya,
teologia adalah bidang studi yang berusaha untuk menyampaikan suatu pernyataan
yang berhubungan secara logis tentang doktin-doktrin iman Kristen, yang
terutama berdasarkan Alkitab, ditempatkan dalam konteks kebudayaan pada
umumnya, dikalimatkan dalam bahasa masa kini, dan berhubugan dengan
masalah-masalah kehidupan.[8]
2.2. Teologi Anak
Setelah
memahami apa itu teologi maka kita beranjak kepada Teologi Anak. Dasar Teologi
sangat penting karena menghubungkan arahan dan Prinsip Alkitab dengan prinsip Pendidikan Kristen di dunia
ini. Adalah suatu keharusan bagi Pendidik Kristen untuk mengeksplorasi dan
menemukan kembali sumber-sumber teologi yang memberikan terang dan memuliakan
Yesus Kristus didalam segala aspek kehidupan di tengah badai pola pikir dan
praktik pendidikan ditengah dunia ini. Teologi Pendidikan Agama Kristen dalam
mendidik anak adalah sesuai dengan isi surat Rasul Paulus didalam Alkitab
sebagai dasar Iman Kristen yaitu dalam “Efesus 6:1-4; Hai, anak-anak, taatilah
orang tuamu di dalam Tuhan, Karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan
ibumu, ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji
ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu bapa-bapa,
janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di
dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Artinya disini adalah anak-anak kecil harus di
ajar untuk menaati dan menghormati orang tua mereka dengan dididik dan dilatih
dalam Tuhan. Demikian juga bapa-bapa harus harus mengasihi anaknya seperti kasih
Allah kepada anak-Nya. Paulus memaparkan tugas orang tua; pertama, orang tua
khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak tidak mudah
sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan
amarah bagi anak-anaknya (ayat. 4). Demikian
juga dalam Markus 10: 13-16 dikatakan; “Lalu orang membawa anak-anak kecil
kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi
orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada
mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi
mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah. Aku
berkata kepadamu; sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah
seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya.” Lalu ia memeluk
anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka, Ia memberkati
mereka. Sejak dahulu kala anak-anak merupakan suatu golongan yang penting dalam
gereja Kristen, tetapi kenyataan itu tidak selalu di insafinya dengan
secukupnya.[9]
Yesus menerima anak-anak itu dan memberikan apa yang di inginkan bagi mereka.
Ia memeluk anak-anak iu untuk menunjukkan bahwa ia peduli dan mengasihi mereka.
Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka, seperti yang di inginkan untuk memberkati
mereka. Disini terlihat bagaimana Yesus melakukan lebih dari yang di inginkan.
Yesus mengakui anak-anak kecil sebagai anggota jemaat-Nya, seperti halnya dalam
jemaat Yahudi. Ketika datang orang meneguhkan kerajaan Allah ditengah-tengah
manusia, Yesus mengakui anak-anak kecil sebagai warga kerajaan Allah.
Jika
kita melihat saat ini, anak sudah dikesampingkan dan mereka tidak lagi
mendapatkan peran dalam gereja maupun masyarakat karena dianggap belum mengerti
apapun. Sementara jika dilihat pada masa Yesus Kristus dimana Yesus melakukan
pemberkatan, ia mengatakan bahwa anak-anaklah yang empunya kerajaan Allah
(Matius 19: 13-15).[10]
Dengan ini sangat jelaslah Pendidikan Agama Kristen itu sangat berarti bagi
setiap anak-anak sehingga mereka mengerti makna pendidikan itu bahwasannya
pendidikan itu bermakna untuk mengembangkan kepribadian anak dengan berlandakan
Yesus Kristus sebagai Jurus’lamat sehingga anak-anak dapat berfungsi secara efektif
dalam masyarakat dan dituntun kearah yang lebih baik.[11]
Pendidikan
atau pengajaran sudah dimulai dari zaman Perjanjian Lama seperti yang tertulis
dalam Kitab Ulangan 6:6-7; “Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah
engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada
anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.[12]
Disini Allah benar-benar menginginkan bahwa Firman-Nya tersimpan dalam hati
umat-Nya. Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (Ul.
6:5) ialah mempedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dan berusaha menuntun
mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.
Teologi
Pendidikan Agama Kristen dalam mendidik adalah sesuai dalam Amanat Agung Yesus
Kristus dalam Matius 28: 19-20; “Karena itu pergilah, Jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.[13]
Didalam
Amsal 22:6 diajarkan kapada kita akan hal ini “Didiklah orang muda menurut
jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang
dari pada jalan itu”. Yang berarti
anak-anak itu adalah masa awal untuk menentukan sifatnya di hari tua.
Kalau ia jahat pada masa muda, maka masa
tua nya pun akan jahat seperti itu juga. Ini berarti menunjukkan bahwa masa
anak-anaklah yang sangat menentukan masa
depannya (Amsal 4:13; 1:7; 10:17).[14]
Dalam
injil Matius, Yesus mengajarkan; “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu
dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut
(Matius 18:6).” Yesus mengatakan
bahwa barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya
kepada-Nya, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada
lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut, ini berarti Yesus menganggap
anak-anak itu sangat berharga bagi-Nya. Yesus akan menghukum setiap orang
berlaku yang tidak baik kepada anak-anak. [15]
Berdasarkan
Matius 18:2-5 menegaskan tentang Teologi Anak; “Maka Yesus memanggil seorang
anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata: “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti
anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan
barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang
terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seseorang anak seperti
ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yesus
begitu menyukai anak-anak. Yesus menyuruh orang dewasa menjadi seperti
anak-anak. Karena anak-anak pada saat lahir ia menjadi diri sendiri yang lahir
ke dalam dunia. Dan Yesus menyambut baik kepada orang-orang yang menjadikan
dirinya seperti anak-anak yang hidup dalam Yesus.[16]
Robert
R. Boehlke menyatakan, Yesus merupakan buah dari pendidikan Yahudi. Dalam injil
Lukas dikatakan bahwa Yesus mengalami masa anak-anak. Orang tua Yesus
mengajarkan tentang shema (Pengakuan iman Yahudi, yaitu Ulangan 6:4).[17] Jadi
anak secara teologia merupakan seorang yang harus mendapat pendidikan Kristen
sehingga perkembangan dan perubahannya mengarah kearah yang lebih baik. Masa
kanak-kanak adalah masa untuk menanamkan pengalaman-pengalaman yang dasar
dengan Allah. Titik pertemuan antara manusia dengan Allah adalah dalam
Firman-Nya, maka sudah jelas bahwa Firman itu juga untuk anak-anak.[18]
2.3. Teologi Remaja
Pendidikan
Agama Kristen juga dibutuhkan oleh para remaja seperti kita lihat dalam Injil
Matius 19:16-22; Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan
baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab
Yesus: Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya
satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk kedalam hidup, turutilah
segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata
Yesus: “Jangan membunuh, jangan berjinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan
saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti,
apa lagi yang masih kurang?” kata Yesus kepadanya: jika engkau hendak sempurna,
pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,
maka engkau akan beroleh harta disorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah
Aku. Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih,
sebab banyak hartanya. Dalam hal ini Yesus memberikan pengajaran bagi orang
muda/remaja supaya memahami arti dari hidup Kristiani dan mengikut Perintah
Yesus.[19]
Kita
lihat dalam konteks Perjanjian Lama dalam Yeremia 1:15 Tuhan sudah berfirman “Sebelum
aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, aku telah mengenal engkau, dan sebelum
engkau keluar dari kandungan Aku telah menguduskan engkau, dan aku telah
menetapkan engkau sebgai nabi bagi bangsa-bangsa.” Dari nats tersebut kita mengetahui bahwa sebelum lahir pun kita telah
memperoleh pendidikan untuk bisa mendidik nantinya.[20]
Menurut Yohanes Amos Comenius: Allah ingin agar anak-anak maupun remaja mau
belajar tentang Firman Tuhan yaitu dari Alkitab, dimana anak perlu mendapatkan
pendidikan tentang Allah dan kehendak Allah agar mereka dapat menjadi anak-anak
terang. Anak dan remaja adalah manusia sehingga perlu didikan secara banar. Pendidikan
Agama Kristen oleh orang tua dalam
keluarga, memainkan peranan penting dalam perkembangan anak/remaja dalam
gereja.[21]
Keterlibatan
remaja dalam pengalaman belajar akan lebih memperlengkapi mereka hidup dalam
masyarakat sebagai orang Kristen yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Maka
dalam hal ini remaja perlu pembimbingan gereja berdasarkan Alkitab.[22]
2.4. Dasar Teologi menurut
para Tokoh
1.
Origenes
Origenes
adalah seorang Kristen dan juga seorang pendidik. Dimana dia mengatakan bahwa
seorang pelajar itu tidak digolongkan dengan umur tertentu, yang mana itu
menganggap Allah itu benar-benar Bapa Mereka, berarti mereka masih tergolong
dalam istilah anak-anak yang mana masih membutuhkan pengajaran dan hendaknya
juga para pelajar itu memiliki kemauan untuk di ajar. Dan dia selalu
mengajarkan akan pengenalan anak-anak dan remaja itu kedalam injil Tuhan.[23]
2.
Clementus
Clementus
adalah seorang pengajar yang berperan Penting dalam pndidikan. Dia mengatakan
bahwa Allah memanfaatkan kemampuan guru dan pengetahuannya, baik kebutuhan
pelajar maupun pengalamannya, agar pengalaman itu dipakai lagi untuk
menyelamatkan para pelajar dari kesalahan dan berhubungan dengan Allah sendiri.[24]
3.
Friedrih
W. A. Froebell
Friedrih mengemukakan
pendapatnya dalam memahami teologi anak/remaja, yaitu:
1)
Ajaran
tentang Allah
Artinya
adalah bahwa disini mengajarkan kepada anak-anak Allah supaya memperoleh
pengetahuan yang sebenarnya mengenai sesama manusia, dimana dia mengajarkan
akan Allah yang penuh kasih sehingga juga para pelajar dituntut untuk saling
mengasihi antar sesamanya.
2)
Pengalaman
tentang Yesus
Froebell
mengajarkan kepada anak-anak/para pelajar bahwa Yesus itu adalah seorang yang
patut dicontoh dan sempurna. Tujuannya agar kelak nanti para pelajar dapat
meneladani sikap dan perilaku Yesus dalam kehidupan mereka sehari-hari. Setelah
Tuhan memberikan hukum-Nya, bangsa Israel sebagai umat Tuhan saat itu, harus
berpegang dan menjalankan hukum-hukum taurat itu. Tapi selanjutnya ada
keharusan untuk mengajarkannya kepada anaknya berulang-ulang kali dan
membicarakannya pada waktu duduk di rumah atau sedang dalam perjalanan, apabila
sedang berbaring atau setelah bangun. [25]
3)
Pengertian
Teologis tentang Manusia
Artinya
bahwa setiap orang itu seharusnya diperlakukan sebagai penjelmaan dari Roh
Allah. Dan termasuk juga anak-anak, dan orang tua juga hendaknya memperlakukan
anak-anak itu secara adil dan hormat karena mereka juga karunia Allah.[26]
4.
Ray
Mossholder
Ray
Mosholder dalam bukunya ‘Cara Mendidik Anak ditengah lingkungan yang makin
sekular’, menjelaskan ajaran dasar untuk remaja. Yang pertama mengajar remaja
untuk mempercayai Alkitab (Yoh. 8: 31-32). Allah tidak perah berbohong, karena
untuk selama-lamanya Firman Tuhan tetap teguh (Mzm. 119: 89). Mereka dapat
mempercayai Firman Tuhan, karena Firman Tuhan tidak pernah berubah. Yang kedua
adalah mengajar mereka tentang babtisan (Roma 6: 4-6). Yang ketiga, mengajar
mereka untuk melayani Tuhan (Efesus 2: 8-10). Sebagai orang tua, adalah hal
yang menggetarkan ketika melihat anak remajanya bersuka cita melayani Kristus.
yang keempat adalah mengajar mereka tentang kuasa doa. Kristus pun menjadi
teladan bagi semua orang bahwa didalam doa ada kuasa yang berasal dari Allah.[27]
5.
Yohanes
Amos Comenius
Menurut
Comenius, manusia dapat dididik secara benar. Karena itulah maksud Allah bagi
manusia. Allah ingin agar Anak dan Remaja mau belajar tentang Firman Allah
yaitu dari Alkitab. Anak-anak perlu mendapatkan didikan tentang Allah dan
kehendak Allah agar mereka menjadi anak-anak terang.[28]
6.
Johan
Heindrich Pestalozi
Dasar
tologisnya ada lima pokok, yaitu:
I.
Kepercayaan kepada
Allah Bapa
II.
Alam sebagai pedoman
III.
Yesus juru selamat
dunia
IV.
Manusia jati diri dan
tugasnya
V.
Pengalaman beriman secara
pribadi.[29]
7.
Yohanes
Calvin
Teologi
yang menjadi dasar pandangan Calvin terhadap pendidikan Kristen yaitu, membahas
tentang isi institutionya secara menyeluruh. Karena di dalam terdapat pikiran
paling dasar dan membagi beberapa bagian yaitu:
a. Kedaulatan
Allah
Dalam
kedaulatan Allah menyatakan dirinya sebagai tiga Pribadi: Bapa, Anak dan Roh
Kudus. Dalam Alkitab, Allah dinyatakan sebagai Allah yang berdaulat atas dunia
karena dialah yang menciptakan segala sesuatu yang ada, dan dia menciptakan dan
memelihara kekuatan dalam hidup (Yesaya 40:28b).
b. Alkitab
sebagai Firman Allah
Kedaulatan
Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus menjadi faktor utama dalam pikiran dan pemahaman
yang terdapat dalam Alkitab yang merupakan Firman Tuhan.[30]
8.
Martin
Luther[31]
Menurut
Martin Luther, ada empat dasar teologi yang menjadi landasan pendidikan:
i.
Keadaan berdosa dari
setiap Warga
Martin
Luther sadar benar bahwa dirinya adalah manusia yang berdosa dan hal inilah
yang mendorongnya mencari jalan keluar yang dapat memuaskan jiwanya, sehingga
harus memahami injil secara benar. Dengan pemahaman inilah Martin Luther
melakukan pengajaran melalui pendidikan di sekolah. Menurutnya harus ada
pendidikan Kristen bagi para muda-mudi agar mereka diperlengkapi dalam iman.
ii.
Imamat Semua Orang
Percaya
Setiap
orang memiliki hak yang sama sebab orang yang dibenarkan oleh iman telah
dijadikan mahkluk baru dalam Kristus. Martin Luther perlu memperlengkapi semua
warga agar mampu memenuhi kesempatan dan kewajiban yang termasuk dalam
panggilan mulia dengan cara mereka dididik dalam firman Allah.
iii.
Pembenaran Oleh Iman
Dengan
menerima kenyataan pembenaran oleh iman, Luther melihat ada hubungan yang baru
antara manusia dengan Allah, yaitu hubungan kepercayaan dengan Allah dan kasih
kepada sesamanya. Setiap warga perlu belajar bagaimana melayani sesamanya karena
pengetahuan itu tidak disampingkan secara otomatis bersama dengan pengalaman
pembenaran karena iman.
iv.
Firman Allah
Menyatakan
bahwa Alkitab merupakan dasar dari Firman Allah yang dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
I.
Yesus secara pribadi
dan ajarannya adalah Firman Allah
Menurut
Luther, Firman Allah itu adalah sebagaimana yang dikatakan Rasul Paulus dalam
Roma pasal 1, Firman Allah tentang Putra-Nya yang dijadikan daging dan sengsara
yang bangkit dari kematian dan dimuliakan.
II.
Alkitab sebagai Iman
Luther
mempunyai pandangan dinamis terhadap prakarsa Allah. Memang Allah berfirman
melalui Alkitab, namun amanat-Nya mustahil di jilidkan secara tuntas dalam
buku.
III.
Firman sebagai amanat
Allah yang diberitahukan kepada warga Kristen.
Firman
yang diberitakan itu adalah Yesus Kristus. Luther mengatakan bahwa isi
pengajaran Kristus adalah Firman.
III.
Kesimpulan
Teologi
berarti memikirkan tentang Allah dan mengekspresikan pemikiran itu dalam suatu
cara tertentu, memperluas pengetahuan, dan mempengaruhi hidup. Teologi sebagai
ilmu pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan berkesinambungan,
menyatakan bahwa teologi merupakan pengetahuan yang bersifat ilmiah namun tidak
termasuk ilmu ‘empiris’ karena azas teologi tidak terbatas pada indrawi dan
logika manusia sebagaimana hanya dalam ilmu empiris. Sederhananya, teologia
adalah bidang studi yang berusaha untuk menyampaikan suatu pernyataan yang
berhubungan secara logis tentang doktin-doktrin iman Kristen, yang terutama
berdasarkan Alkitab, ditempatkan dalam konteks kebudayaan pada umumnya, dan
berhubugan dengan masalah-masalah kehidupan.
Pendidikan
Agama Kristen itu sangat berarti bagi setiap anak-anak sehingga mereka mengerti
makna pendidikan itu bahwasannya pendidikan itu bermakna untuk mengembangkan
kepribadian anak dengan berlandakan Yesus Kristus sebagai Jurus’lamat sehingga
anak-anak dapat berfungsi secara efektif dalam masyarakat dan dituntun kearah
yang lebih baik.
Amsal
22:6 juga mengajarkan kapada kita tentang “Didiklah orang muda menurut jalan
yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari
pada jalan itu”. Yang berarti anak-anak
itu adalah masa awal untuk menentukan sifatnya di hari tua. Kalau ia jahat pada masa muda, maka masa tua nya
pun akan jahat seperti itu juga. Ini berarti menunjukkan bahwa masa
anak-anaklah yang sangat menentukan masa
depannya (Amsal 4:13; 1:7; 10:17).
Injil
Matius menegaskan tentang Teologi Anak; “Maka Yesus memanggil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata: “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil
ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa
merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam
Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seseorang anak seperti ini dalam
nama-Ku, ia menyambut Aku.” Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yesus begitu
menyukai anak-anak. Yesus menyuruh orang dewasa menjadi seperti anak-anak.
Karena anak-anak pada saat lahir ia menjadi diri sendiri yang lahir ke dalam
dunia. Dan Yesus menyambut baik kepada orang-orang yang menjadikan dirinya
seperti anak-anak yang hidup dalam Yesus (Matius 18:2-5).
Pendidikan
Agama Kristen juga dibutuhkan oleh para remaja. Keterlibatan remaja dalam
pengalaman belajar akan lebih memperlengkapi mereka hidup dalam masyarakat
sebagai orang Kristen yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Maka dalam hal ini
remaja perlu pembimbingan gereja berdasarkan Alkitab. Di dalam masa Perjanjian
Lama dalam Yeremia 1:15 Tuhan sudah berfirman “Sebelum aku membentuk engkau
dalam Rahim ibumu, aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan Aku telah menguduskan engkau, dan aku telah menetapkan engkau sebgai
nabi bagi bangsa-bangsa.” Dari nats tersebut kita mengetahui bahwa sebelum lahir pun kita telah
memperoleh pendidikan untuk bisa mendidik nantinya. Allah ingin agar anak-anak
maupun remaja mau belajar tentang Firman Tuhan yaitu dari Alkitab, dimana anak
perlu mendapatkan pendidikan tentang Allah dan kehendak Allah agar mereka dapat
menjadi anak-anak terang. Anak dan remaja adalah manusia sehingga perlu didikan
secara banar.
IV.
Daftar
Pustaka
Avis
Paul, Ambang Pintu Teologi, BPK-Gunung
Mulia, 2001.
Boehlke
Robert R., Sejarah Perkembangan Pemikiran
dan Praktek PAK dari Yohanes Amos Comenius sampai perkembangan PAK di
Indonesia, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1997.
Boehlke
Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran
dan Praktek Pendidikan Agama Kristen-Dari Plato Sampai IG. Loyola, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1994.
Cains
I. J., Tafsiran Alkitab Ulangan 2,
Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1986.
Dister
Niko Syukur, Pengantar Teologi, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1992.
Drewes
B. F. & Mojau Julianus, Apa Itu
Teologi?, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010.
Elisabeth,
Pembimbing PAK Pada Anak Usia Dini,
Bandung : Bina Media Informasi, 2009.
Erickson
Millars J., Teologi Kristen 1, Malang:
Gandum Mas, 2004.
Frame
John M., Doktrin Pengetahuan tentang
Allah 1, Malang: Departemen Litertur SAAT, 2003.
Groome
Thomas H., Christian Religous Education, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2010.
Gultom
Rida, Taruli Dame & Turnip Genti, Pendidikan
Agama Kristen bagi Anak-anak, Medan: Cv Pratama Mitra Sari, 2011.
Homrighausen
E. G. & Enklaar I.H,, Pendidikan
Agama Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013.
Indra
Ichwel G., Teologi Sistematis, Bandung:
Lembaga Literatur Babtis, 1999.
Ismail
Andar, Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1998, 107.
Kristianto
Paulus Lilik, Prinsip & Praktik Pendidikan
Agama Kristen, Yogyakarta: Andi, 2006.
Mossholder
Ray, Cara Mendidik Anak di Tengah
Lingkungan yang Makin Sekular, Yogyakarta: Andi, 1998.
Nurhama
Daniel, Pembimbing Pendidikan Agama
Kristen, Jakarta: Jurnal Info Media, 2007.
Ricard
Lawrence O., Mengajar Alkitab Secara
Kreatif, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004.
Richards
Lawrence O., Pelayanan Kepada Anak-anak,
Ministry Resources Library, 2007.
Riemer
G., Ajarlah Mereka, Jakarta:Litindo,
1998.
Sidjabat
Samuel, Strategi Pendidikan Kristen,
Yogyakarta : ANDI, 1996.
Walker
D.F., Konkordansi Alkitab, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2013.
[1] B. F. Drewes &
Julianus Mojau, Apa Itu Teologi?, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2010), 16-17.
[2] Ichwel G. Indra, Teologi Sistematis, (Bandung: Lembaga
Literatur Babtis, 1999), 3.
[3] Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, (Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 1992), 33.
[4] Ichwel G. Indra, Teologi Sistematis, 4.
[5] Paul Avis, Ambang Pintu Teologi, (BPK-Gunung Mulia,
2001), 4.
[6] John M. Frame, Doktrin Pengetahuan tentang Allah, (Malang:
Departemen Litertur SAAT, 2003), 132.
[7] Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, 35.
[8] Millars J. Erickson, Teologi Kristen 1, (Malang: Gandum Mas,
2004), 27.
[9] E. G. Homrighausen &
I. H.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2009), 133.
[10] D. F. Walker, Konkordansi Alkitab, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2013), 18.
[11] Thomas H. Groome, Christian Religous Education, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2010), 12.
[12] Rida Gultom, Dame Taruli
& Genti Turnip, Pendidikan Agama
Kristen bagi Anak-anak, (Medan: Cv Pratama Mitra Sari, 2011), 15-16.
[13] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama
Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2006), 6.
[14] Elisabeth, Pembimbing PAK Pada Anak Usia Dini,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2009), 3-4.
[15] Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta
: ANDI, 1996), 158.
[16] Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-anak, (Ministry
Resources Library, 2007), 47.
[17] Rida Gultom, Dame Taruli
& Genti Turnip, Pendidikan Agama
Kristen bagi Anak-anak, 15.
[18] I. J. Cains, Tafsiran Alkitab Ulangan 2, (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 1986), 142.
[19] E. G. Homrighausen &
I. H.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 154.
[20] G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta:Litindo, 1998),
4.
[21] G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta:Litindo, 1998),
5.
[22] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK-Dari
Plato Sampai IG. Loyola, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1994), 812.
[23] Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1998), 107.
[24] Lawrence O. Ricard, Mengajar Alkitab Secara Kreatif, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2004), 103.
[25] Daniel Nurhama, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:
Jurnal Info Media, 2007), 59.
[26] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK
dari Plato sampai IG Loyola, 299.
[27] Ray Mossholder, Cara Mendidik Anak di Tengah Lingkungan yang
Makin Sekular, (Yogyakarta: Andi, 1998), 153.
[28] Robert R. Boehlke. Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek
PAK dari Yohanes Amos Comenius sampai perkembangan PAK di Indonesia, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1997), 29-30.
[29] Lawrence O. Ricard, Mengajar Alkitab Secara Kreatif, 250-251.
[30] Lawrence O. Ricard, Mengajar Alkitab Secara Kreatif, 384.
[31] Ibid, 384-390.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar