Kerajaan 1.000 Tahun
(Millenialisme)
a.
Doktrin
Pre-Millenialisme & Gereja/Aliran Penganutnya
b.
Doktrin
Post-Milleanialisme & Gereja/Aliran Penganutnya
c.
Doktrin
A-Milleanialisme/Aliran Penganutnya
I.
Pendahuluan
Berbicara
mengenai doktrin berarti berbicara mengenai ajaran. Pada pertemuan kali ini
kita membahas mengenai doktrin Kerajaan Seribu Tahun yang mana adalah waktu
antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua. Ada terdapat 3 pandangan
tentang Kerajaan Seribu Tahun yaitu Pre-milenialisme, Post-milenialisme, dan
A-millenialisme. Dan apa saja gereja/atau aliran penganut masing-masing ketiga
pandangan itu. Melalui pembahasan kali ini semoga menambahwawasan kita.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian
Kerajaan Seribu Tahun
Istilah
millenium berasal dari bahasa Latin mile dan annus, yang berarti seribu tahun. Doktrin tentang milenium atau Kerajaan Seribu Tahun ini
sering kali disebut dengan memakai istilah chiliasme
atau kiliasme (dari akar kata chilioi
yang artinya seribu).[1] Sepanjang
sejarah gereja Kristen, manusia telah mempunyai tiga pandangan utama tentang
kerajaan seribu tahun.[2] Sebagian
dari mereka yang mengharapkan adanya milenium di masa datang berpendapat bahwa
Tuhan akan datang sebelum milenium dan karena mereka disebut orang-orang Premillianialis. Sebaliknya, mereka yang
beranggapan bahwa kedatangan yang kedua diikuti milenium disebut sebagai
orang-orang Post-milenialis. Ada juga
sejumlah besar orang yang tidak percaya bahwa Alkitab mengatakan adanya
pengharapan akan milenium seperti itu, dan sudah umum jika mereka ini disebut
sebagai orang-orang A-milenialis.[3]
2.2.
Doktrin
Pre-Milleanialisme
Pre-milleanialisme
mengajarkan bahwa Kristus akan datang secara nyata ke bumi sebelum, atau pada
awal Milenium. Pada waktu itu orang suci akan bangkit (kebangkitan pertama),
dan memerintah bersama Kristus di bumi selama seribu tahun lamanya. Selama itu
setan akan diikat, ketidakadilan ditekan, dan kebenaran dan damai akan memenuhi
bumi. Semua orang Israel dan yang lainnya akan kembali kepada Tuhan. Setelah
masa seribu tahun selesai, setan akan dilepaskan untuk sementara dan berperang
melawan kumpulan orang-orang suci. Akan tetapi Tuhan akan segera datang untuk
menghakimi dunia.[4]
Pengamat pra-milleanialis mengamati adanya bukti mengenai suatu masa seribu
tahun dan dua peristiwa kebangkitan, satu pada awal dan satunya lagi di akhir
masa seribu tahun tersebut. Golongan pra-milleanialis bersikeras bahwa bagian
ini harus ditafsirkan secara harfiah dan konsisten. Dalam pandangan pemahaman
golongan pra-milleanialis, pemerintahan Yesus Kristus akan lengkap sejak
permulaan masa seribu tahun. Segala kejahatan akan benar-benar dilenyapkan.
Jadi, menurut pra-milleanialisme, masa seribu tahun ini tidak akan merupakan
kelanjutan dari kecenderungan yang sudah bekerja di dalam dunia. Sebaliknya,
akan terjadi perubahan yang jelas dari keadaan-keadaan seperti yang kita lihat
sekarang ini. Misalnya ketika itu akan ada damai yang meliputi seluruh dunia.[5]
Ayat kunci untuk
pra-millenial terdapat dalam Wahyu 20:4-6.[6]
2.2.1.
Sejarah
Pre-Millianialisme
Pada
abad-abad permulaan gereja secara umum memegang pandangan pre-milleanialisme,
meskipun kronologi atau urut-urutannya tidak begitu jelas. Penjelasan tentang
Kerajaan Seribu tahun adalah bersifat harfiah, Yesus Kristus yang akan
memerintah di Yerusalem dimasa yang akan datang merupakan tema paling utama,
dan pemerintahannya akan terjadi sesudah kedatangan kedatangan Kristus kedua
kali.[7]
Orang Kristen selama tiga abad pertama berkeyakinan bahwa Kristus akan segera
datang. Berbeda dengan anggapan bahwa Kerajaan Allah akan berkembang dengan
perlahan, mereka berharap bahwa akhir zaman itu akan dimulai oleh suatu
peristiwa yang mengadakan perubahan besar yang menggemparkan. Yustinus Martir,
Ireneus, dan beberapa teolog penting yang mula-mula menganut pandangan
pra-milenial.[8]
2.2.2.
Gereja/Aliran
Penganutnya
Pandanagan
pre-millenialisme ini memperoleh banyak pengikut di kalangan Baptis
konservatif, kelompok-kelompok Pentakosta serta berbagai gereja fundamentalis
yang independen.[9]
v Aliran Kharismatik
Kerinduan kalngan
Kharismatik pada umumnya akan kedatangan Kristus kedua kali pada akhir zaman
sangat kuat. Sebagian membayangkan bahwa hal itu akan terjadi segera, tetapi
keyakinan yang beredar lebih luas adalah bahwa sejarah dunia ini sedang menuju
pada puncaknya.[10]
v Aliran Pentakostal
Kaum Pentakosta pada
umumnya yakin bahwa sesuai dengan janji Kitab Suci, Yesus Kristus akan datang
kembali dan memerintah dalam Kerajaan Seribu Tahun di dunia ini, sambil
memulihkan dan menyelamatkan bangsa Israel. Pemulihan Israel ini pada umumnya
dihubungkan dengan kembalinya berdiri negara Israel di tanah perjanjian yang
berpusat di Yerusallem.[11]
v Aliran Saksi Jehova
Kedatangan Kristus
kedua kali ke bumi akan di dahului oleh perang Harmagedon di bumi. Tetapi
peristiwa itu di dahului oleh perang antara mikhael dan Iblis. Setelah kalah,
iblis “sang naga” dijatuhkan dan dipenjarakan di bumi. Setelah itu
berlangsunglah Kerajaan Seribu Tahun di bumi, alias “Zaman Akhir Dunia Ini”,
dimana Kristus memerintah sebagai raja.[12]
v Aliran Adventis
Kedatangan Kristus kedua
kali adalah pengharapan gereja yang penuh berkat, maha puncak dari Injil.
Kedatangan Juruselamat akan berlangsung secara nyata, pribadi, kelihatan, dan
seluas dunia. Milenium adalah seribu tahun pemerintahan Kristus dengan
orang-orang suci-Nya di sorga diantara kebangkitan pertama dan kedua. Pada masa
ini orang-orang jahat yang sudah mati akan dihakimi; bumi akan sama sekali
sunyi sepi, tidak ada manusia hidup yang menghuni, melainkan diduduki oleh
iblis dan malaikat-malaikatnya.[13]
2.3.
Pengertian
Post-Milleanialisme
Post-Milleanialisme
adalah pandangan yang berhubungan dengan masa akhir zaman (akan datang) yang
percaya bahwa Kerajaan Allah sekarang sedang meluas di dalam dunia melalui
pemberitaan Injil dan karya penyelamatan dari Roh Kudus pada setiap individu
yang percaya, bahwa akhirnya dunia di Kristenkan, dan bahwa kedatangan Kristus
terjadi pada akhir dari suatu periode panjang yang penuh dengan kebenaran dan
damai, biasanya disebut “seribu tahun” (Millenium).[14]
2.3.1.
Sejarah
Post-Milleanialisme
Sejak
abad XVIII dengan pengaruh Enlightenment yang
disertai kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dan semakin banyak ide-ide
baru yang juga berpengaruh dalam berteologi. Bahwa Gereja diyakini akan menjadi
alat untuk menghadirkan kerajaan 1000 tahun di bumi ini.[15] Sebagai
seorang penganut post-milleanialisme, Joachim menjelaskan sejarah sebagai
keberadaan Trinitas, yaitu zaman I adalah Bapa ketika manusia hidup di bawah
Torat Perjanjian Lama; zaman II adalah Anak, ketika masa anugerah di Perjanjian
Baru, dan zaman III adalah Roh Kudus.[16]
Sepanjang tiga abad pertama gereja tampaknya dikuasai oleh pandangan
pra-milleanialisme, namun pada abad berikutnya seorang tokoh Donatis dari
Afrika yang bernama Tikonius mengemukakan sebuah pandangan tandingan.[17]
2.3.2.
Doktrin
Post-Milleanialisme
Ide
dasar dari doktrin ini, bahwa seluruh dunia perlahan-lahan akan dimenangkan
bagi Kristus, bahwa hidup bangsa-bangsa nantinya akan diubahkan oleh Injil.[18] Pandangan
ini berdasarkan pada keyakinan bahwa pekabaran Injil akan begitu berhasil
sehingga seluruh bumi akan bertobat. Pemerintahan Kristus yang bertempat di
dalam hati manusia akan lengkap dan universal. Kalimat “Jadilah kehendak-Mu, di
bumi seperti di Surga”, akan terwujud. Damai sejahtera akan menang dan
kejahatan benar-benar akan dimusnahkan. Lalu, pada saat pemberitaan Injil
mencapai puncak keberhasilannya Kristus akan datang kembali. Dengan demikian
tampaklah bahwa pandangan pasca-millenialisme ini pada dasarnya merupakan
pandangan yang optimistis.[19]
Pandangan ini meyakini bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali pada akhir
Kerajaan 1000 tahun. Kerajaan 1000 tahun bukan secara hurufiah melainkan dengan
Pekabaran Injil oleh Gereja pada masa kini maka akan datang zaman keemasan
sampai semua orang bertobat dan dunia akan semakin baik. Post-millenialisme ini
percaya dengan sejumlah ayat seperti Mazmur 2:8, 22:28; Yesaya 2:2-4; Daniel
2:35, 44; Mikha 4:1-4, harus digenapi dulu sebelum kedatangan Kristus yang
kedua kali.[20]
Post-Millenarian percaya bahwa tentu saja ada Millenium, tetapi Kristus akan
kembali secara nyata, tidak sebelum, tetapi sesudah Milenium. Penganut ini
percaya bahwa untuk seribu tahun atau untuk masa yang tidak terbatas Gereja
akan ada pada posisi pertumbuhan dan dominan. Melalui lembaga-lembaga Kristen,
Injil akan secara perlahan menyerap ke seluruh dunia, menjadi semakin efektif,
dibandingkan sekarang ini dalam segi sosial, komersial, politik, dan kehidupan
internasional. Semua orang Israel akan diubah, dan banyak orang akan bergabung
dengan Gereja. Setelah periode penerimaan Injil secara universal akan ada
godaan untuk meninggalkan iman ada kuasa si jahat akan menghancurkan kota
tercinta. Tetapi mereka tidak berhasil karena secara tiba-tiba Tuhan akan
datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati.[21]
Contoh yang paling terkenal tentang ajaran ini ialah Matius 24:14. Karena,
Amanat Agung harus dilaksanakan dalam kekuasaan-Nya (Mat. 28:18-20), usaha
tersebut pasti berhasil. Seringkali gagasan mengenai penyebaran Injil ini juga
disertai dengan munculnya perubahan-perubahan pada situasi sosial sebagai
akibat dari pertobatan sejumlah besar pendengar.[22]
2.3.3.
Gereja/Aliran
Penganutnya
Orang-orang liberal
yang percaya perkembangan melalui alam (atau proses evolusi) dapat kita sebut
sebagai penganut post-millenium. Para penganut paham post-millenium konservatif
mempercayai Alkitab sebagai firman Tuhan.[23]
v Aliran Injili (Evangelical)
Gereja diundang oleh
Kristus untuk mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada Allah dan melayani
Dia dengan memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa murid-Nya, dengan
menggembalakan kawanan domba itu melalui pelayanan Firman dan sakramen serta
perawatan pastoral sehari-hari, dengan memperjuangkan keadilan sosial dan
menyembuhkan duka dan derita manusia.[24]
v Aliran Mormon
Menggabungkan
pengharapan akan masyarakat yang diperbarui di dunia masa kini dengan doktrin
tentang kedatangan Tuhan yang kedua, dan menghasilkan gagasan Mormon tentang
pembangunan Kerajaan Allah di dunia sebagai persiapan akan millenium. Ia
menggabungkan kemajuan sekuler dengan semangat penginjilan, dan hasilnya adalah
kemajuan abadi.[25]
v Gereja Metodis
Sama seperti Wesley
yang mengobarkan kebangunan rohani dan semangat menginjili, yang membuat dia
dan pengikut-pengikutnya dipandang sebagai pelopor gerakan injili, maka gereja
Metodis mendorong umatnya- jadi bukan hanya penginjil profesional- agar juga
dikobarkan oleh semangat yang sama. Setiap jemaat lokal harus punya perhatian
dan upaya konkret di bidang ini. Tujuannya terutama adalah menjangkau orang-orang
yang belum mendengar Injil, agar pada akhirnya sebanyak mungkin orang mendapat tempat
di dalam Kerajaan Allah yang dipenuhi dengan damai sejahtera.[26]
2.4.
Pengertian
A-Milleanialisme
A-Milleanialisme
adalah suatu pandangan mengenai akhir zaman yang berpendapat bahwa Kerajaan
Seribu Tahun itu tidak ada sebelum dunia berakhir. Sampai akhir dunia ini hanya
ada satu perkembangan paralel, baik kebaikan dan kejahatan, Kerajaan Allah dan
Setan. Sesudah kedatangan Kristus kedua kali pada akhir zaman ada kebangkitan
secara umum dan penghakiman untuk seluruh manusia secara umum.[27]
A-Millenialisme adalah
pendapat yang lebih sederhana dibandingkan dengan pra-millenialisme dan
pasca-millenialisme yang telah kita bahas.[28]
2.4.1.
Doktrin
A-Milleanialisme
Sungguh-sungguh A-milleanialisme
menggagaskan bahwa selama masa seribu tahun ini, Kristus tidak akan memerintah
di bumi. Penghakiman terakhir yang besar akan langsung dilaksanakan menyusul
kedatangan-Nya kali yang kedua sehingga langsung menciptakan keadaan akhir dari
orang benar dan orang fasik.[29]
Pandangan ini mengajarkan bahwa tidak akan ada sama sekali pemerintahan seribu
tahun, dan bahwa gereja Perjanjian Baru memperoleh semua janji dan nubuat yang
bersifat rohani di dalam Perjanjian Lama.[30] Tidaklah
mudah untuk membedakan A-millenialisme dengan pasca-millenialisme karena banyak
sekali ciri khasnya yang sama. Yang sama dalam kedua pandangan ini ialah bahwa
seribu tahun dalam Wahyu 20 harus ditafsirkan secara simbolis. Keduanya
seringkali bahkan beranggapan bahwa Kerajaan Seribu Tahun itu adalah zaman
gereja. Yang berbeda ialah bahwa golongan pasca-millenialisme menganut paham
bahwa Kristus akan memerintah di bumi; pandangan ini tidak dianut golongan
A-millenial. Para penganut A-millenialisme juga mengingatkan kita bahwa kitab
Wahyu seluruhnya penuh dengan bahasa simbolis. Dengan memperpanjang prinsip
tafsiran kiasan ini golongan A-millenialis ini mengatakan bahwa seribu tahun
dalam Wahyu 20 mungkin juga tidak harfiah. Di samping itu, mereka mengemukakan
bahwa masa seribu tahun tidak disebutkan sama sekali dalam bagian Alkitab yang
lain.[31]
2.4.2.
Gereja/Aliran
Penganutnya
v Gereja Lutheran
Yesus Kristus Tuhan
kita akan kembali pada akhir zaman untuk menghakimi dan membangkitkan semua
orang mati, memberi hidup dan kesukaan kekal kepada orang-orang yang percaya
dan yang dipilih, dan sebaliknya akan menghukum orang-orang fasik bersama iblis
ke neraka serta hukuman kekal.[32]
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Seribu Tahun merupakan paham
tentang kedatangan Kritus ke dunia. Seperti kita telah ketahui bahwa ada 3
pandangan tentang milenium ini yaitu: Pre-millenialisme yang mengatakan bahwa
kedatangan Kristus yang kedua kali akan terjadi sebelum millenium. Adapun
Gereja/aliran penganutnya adalah Kharismatik, Pentakosta, Saksi Jehova,
Adventis. Post-millenialisme adalah pandangan yang menyatakan kedatangan
Kristus kedua kali setelah millenium. Adapun Gereja/aliran penganutnya adalah
aliran Injili (Evangelical), aliran Mormon, dan Gereja Methodis. Sedangkan
A-Millenialisme adalah yang mengatakan bahwa tidak ada sama sekali pemerintahan
seribu tahun. Gereja/aliran penganutnya adalah Gereja Lutheran.
IV.
Tambahan
Dosen
Ada tertulis dalam Wahyu 20:1-7,
yang dituliskan tentang Kerajaan Seribu Tahun yang hanya terdapat di nats itu.
tentang nats ini muncul 3 penafsiran :
1. Yang secara harafiah
·
Pandangan
Pre-Millenialisme
2. Dan 2 pandangan lain berpandangan
bahwa wahyu itu kitab yang berisis penglihatan-penglihatan, semua yang
dikisahkan kepadanya tidak ada yang terjadi secara faktual dalam lintas
sejarah. Bahasa-bahasa Wahyu adalah bersifat simbolik/ lambang, maka tidak
terkecuali, Wahyu juga harus dibaca secara simbolik. Dan penafsir simbolik itu
adalah:
·
Post-Millenialisme
·
A-Millenialisme
I.
Pre-
Millenialisme
Sebelum 1000 tahun Yesus datang
kedua kalinya, kedatanganNya pertama di Betlehem dan kemudian akan datang
kembali. Kedatangan kedua kali dimulai dari
“nol”start 1000 tahun. Yang terjadi pada 1000 tahun para martir dibangkitkan,
setan-setan diikat, Yesus dan para martir memerinth 1000 tahun secara politis
dan sosiologis di bumi ini. Setelah 1000 tahun Yesus naik. Sebelum naik ada
peristiwa-peristiwa: setan-setan dilepaskan, Yesus dan para martir naik maka
mulailah pemerintahan setan-setan. Setelah terjadi kekacauan Yesus datang
ketiga kali. Setelah itu terjadilah kebangkitan, penghakiman, sorga dan neraka.
II.
Post-
Millenialisme
Setelah 1000 tahun yesus datang
kedua kali akan terjadi kebangkitan, penghakiman, sorga dan neraka. Dalam kitab
Wahyu kata 1000 adalah banyak. Apa yang terjadi selama 1000 tahun? Ada tertulis
dalam matius 24:14 “Injil harus diberitakan ke seluruh dunia, setelah itu akan
tiba saatnya”. Jadi mulai dari mana dihitung? Masa pemerintahan injil itu
dimulai saat Roh Kudus itu datang untuk menguasai, yang dimulai dari masa
pentakosta. “Dimana saja injil diberitakan, disitu kerajaan Allah”. Itu artinya
1000 tahun dalam arti simbolik. Tapi ada satu kekurangan dalam memaknai matius
24:14 dipahami secara harafiah yang mana nanti semua orang akan menerima injil,
maka Yesus datang. Yang menganut ini adalah gereja-gereja yang menganut
persekutuan injili. Menurut mereka kedatangan Yesus bisa dipercepat dengan
mempercepat laju atau perkembangan PI.
III.
A-Millenialisme
Tidak ada pemerintahann secara
politis di bumi ini. Bukan tidak ada kerajaan 1000 tahun. Ada. Tapi tidak
secara politis dan sosiologis, namun simbolis.
Pertanyaannya:
mulai dari mana pemerintahan Kristus?. Terdapat dalam Yesaya 9:5 yang
mengatakan : “sejak Yesus lahir, makanya waktu Ia lahir, malaikat berkata
kepada gembala, “hari ini telah lahir bagimu Kristus di kota Daud. Pandangannya
tentang dunia bahwa arah perjalanan dunia semakin negatif (Luk. 18:8), “jikalau
Anak Manusia datang ke bumi, apakah Ia mendapatkan Iman? “Yesus penah mengatakan
dalam Matius 24:4 “jikalau waktunya dipercepat maka tidak akan ada yang
selamat.
V.
Daftar
Pustaka
Thiessen, Henry
C., Teologi Sistematika, Malang:
Gandum Mas, 1992
Willmington, H.L.,
ESKATOLOGI, Malang: Gandum Mas, 1997
Berkhof, Louis Teologi Sistematika Vol 6, Surabaya:
Momentum, 2005
Sihombing, Lotnatigor, Teologi Sistematika, Jakarta: STT Amanat
Agung, 2016
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, Pematang
Siantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012
Erickson,
Millard J., Teologi Kristen vol III,
(Malang: Gandum Mas, 2004
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar
Gereja, Jakarta:BPK-GM, 2015
Tappert, Theodore G., Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta:
BPK-GM, 2016
[1]
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang:
Gandum Mas, 1992), 611
[2]
H.L. Willmington, ESKATOLOGI, (Malang:
Gandum Mas, 1997), 286
[3]
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol 6,
(Surabaya: Momentum, 2005), 93
[4]
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran
Kristen, (Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012), 325
[5]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, (Malang: Gandum Mas, 2004), 544-546
[6]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, 544
[7]
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, (Yogyakarta:
ANDI, 2002), 265
[9]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, 544
[10]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM, 2015), 219
[11]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gereja, 191
[12]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gereja, 335-336
[13]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gerej, 312
[14]
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, 250
[15]
Lotnatigor Sihombing, Teologi
Sistematika, (Jakarta: STT Amanat Agung, 2016), 319
[16]
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, 253
[17]
Millard J. Erickson, Teologi Dasar, 538-539
[18]
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol 6,
111
[19]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, 538
[20]
Lotnatigor Sihombing, Teologi Sistematika,
319
[21]
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran
Kristen, 325-326
[22]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, 540
[23]
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II,
254
[24]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gereja, 251
[25]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gereja, 361
[26]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam
dan di Sekitar Gereja, 164
[27]
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, 256
[28]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, 547
[29]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, 547
[30]
H.L. Willmington, ESKATOLOGI, 286-287
[31]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol
III, 548-549
[32]
Theodore G. Tappert, Buku Konkord Konfesi
Gereja Lutheran, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar