Senin, 13 Mei 2019




Kerajaan 1.000 Tahun (Millenialisme)
a.     Doktrin Pre-Millenialisme & Gereja/Aliran Penganutnya
b.    Doktrin Post-Milleanialisme & Gereja/Aliran Penganutnya
c.      Doktrin A-Milleanialisme/Aliran Penganutnya

I.                   Pendahuluan
Berbicara mengenai doktrin berarti berbicara mengenai ajaran. Pada pertemuan kali ini kita membahas mengenai doktrin Kerajaan Seribu Tahun yang mana adalah waktu antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua. Ada terdapat 3 pandangan tentang Kerajaan Seribu Tahun yaitu Pre-milenialisme, Post-milenialisme, dan A-millenialisme. Dan apa saja gereja/atau aliran penganut masing-masing ketiga pandangan itu. Melalui pembahasan kali ini semoga menambahwawasan kita.
II.                Pembahasan
2.1.            Pengertian Kerajaan Seribu Tahun
Istilah millenium berasal dari bahasa Latin mile dan annus, yang berarti seribu tahun. Doktrin tentang milenium atau Kerajaan Seribu Tahun ini sering kali disebut dengan memakai istilah chiliasme atau kiliasme (dari akar kata chilioi yang artinya seribu).[1] Sepanjang sejarah gereja Kristen, manusia telah mempunyai tiga pandangan utama tentang kerajaan seribu tahun.[2] Sebagian dari mereka yang mengharapkan adanya milenium di masa datang berpendapat bahwa Tuhan akan datang sebelum milenium dan karena mereka disebut orang-orang Premillianialis. Sebaliknya, mereka yang beranggapan bahwa kedatangan yang kedua diikuti milenium disebut sebagai orang-orang Post-milenialis. Ada juga sejumlah besar orang yang tidak percaya bahwa Alkitab mengatakan adanya pengharapan akan milenium seperti itu, dan sudah umum jika mereka ini disebut sebagai orang-orang A-milenialis.[3]
2.2.            Doktrin Pre-Milleanialisme
Pre-milleanialisme mengajarkan bahwa Kristus akan datang secara nyata ke bumi sebelum, atau pada awal Milenium. Pada waktu itu orang suci akan bangkit (kebangkitan pertama), dan memerintah bersama Kristus di bumi selama seribu tahun lamanya. Selama itu setan akan diikat, ketidakadilan ditekan, dan kebenaran dan damai akan memenuhi bumi. Semua orang Israel dan yang lainnya akan kembali kepada Tuhan. Setelah masa seribu tahun selesai, setan akan dilepaskan untuk sementara dan berperang melawan kumpulan orang-orang suci. Akan tetapi Tuhan akan segera datang untuk menghakimi dunia.[4] Pengamat pra-milleanialis mengamati adanya bukti mengenai suatu masa seribu tahun dan dua peristiwa kebangkitan, satu pada awal dan satunya lagi di akhir masa seribu tahun tersebut. Golongan pra-milleanialis bersikeras bahwa bagian ini harus ditafsirkan secara harfiah dan konsisten. Dalam pandangan pemahaman golongan pra-milleanialis, pemerintahan Yesus Kristus akan lengkap sejak permulaan masa seribu tahun. Segala kejahatan akan benar-benar dilenyapkan. Jadi, menurut pra-milleanialisme, masa seribu tahun ini tidak akan merupakan kelanjutan dari kecenderungan yang sudah bekerja di dalam dunia. Sebaliknya, akan terjadi perubahan yang jelas dari keadaan-keadaan seperti yang kita lihat sekarang ini. Misalnya ketika itu akan ada damai yang meliputi seluruh dunia.[5]
Ayat kunci untuk pra-millenial terdapat dalam Wahyu 20:4-6.[6]


2.2.1.      Sejarah Pre-Millianialisme
Pada abad-abad permulaan gereja secara umum memegang pandangan pre-milleanialisme, meskipun kronologi atau urut-urutannya tidak begitu jelas. Penjelasan tentang Kerajaan Seribu tahun adalah bersifat harfiah, Yesus Kristus yang akan memerintah di Yerusalem dimasa yang akan datang merupakan tema paling utama, dan pemerintahannya akan terjadi sesudah kedatangan kedatangan Kristus kedua kali.[7] Orang Kristen selama tiga abad pertama berkeyakinan bahwa Kristus akan segera datang. Berbeda dengan anggapan bahwa Kerajaan Allah akan berkembang dengan perlahan, mereka berharap bahwa akhir zaman itu akan dimulai oleh suatu peristiwa yang mengadakan perubahan besar yang menggemparkan. Yustinus Martir, Ireneus, dan beberapa teolog penting yang mula-mula menganut pandangan pra-milenial.[8]
2.2.2.      Gereja/Aliran Penganutnya
Pandanagan pre-millenialisme ini memperoleh banyak pengikut di kalangan Baptis konservatif, kelompok-kelompok Pentakosta serta berbagai gereja fundamentalis yang independen.[9]
v  Aliran Kharismatik
Kerinduan kalngan Kharismatik pada umumnya akan kedatangan Kristus kedua kali pada akhir zaman sangat kuat. Sebagian membayangkan bahwa hal itu akan terjadi segera, tetapi keyakinan yang beredar lebih luas adalah bahwa sejarah dunia ini sedang menuju pada puncaknya.[10]

v  Aliran Pentakostal
Kaum Pentakosta pada umumnya yakin bahwa sesuai dengan janji Kitab Suci, Yesus Kristus akan datang kembali dan memerintah dalam Kerajaan Seribu Tahun di dunia ini, sambil memulihkan dan menyelamatkan bangsa Israel. Pemulihan Israel ini pada umumnya dihubungkan dengan kembalinya berdiri negara Israel di tanah perjanjian yang berpusat di Yerusallem.[11]
v  Aliran Saksi Jehova
Kedatangan Kristus kedua kali ke bumi akan di dahului oleh perang Harmagedon di bumi. Tetapi peristiwa itu di dahului oleh perang antara mikhael dan Iblis. Setelah kalah, iblis “sang naga” dijatuhkan dan dipenjarakan di bumi. Setelah itu berlangsunglah Kerajaan Seribu Tahun di bumi, alias “Zaman Akhir Dunia Ini”, dimana Kristus memerintah sebagai raja.[12]
v  Aliran Adventis
Kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan gereja yang penuh berkat, maha puncak dari Injil. Kedatangan Juruselamat akan berlangsung secara nyata, pribadi, kelihatan, dan seluas dunia. Milenium adalah seribu tahun pemerintahan Kristus dengan orang-orang suci-Nya di sorga diantara kebangkitan pertama dan kedua. Pada masa ini orang-orang jahat yang sudah mati akan dihakimi; bumi akan sama sekali sunyi sepi, tidak ada manusia hidup yang menghuni, melainkan diduduki oleh iblis dan malaikat-malaikatnya.[13]  
2.3.            Pengertian Post-Milleanialisme
Post-Milleanialisme adalah pandangan yang berhubungan dengan masa akhir zaman (akan datang) yang percaya bahwa Kerajaan Allah sekarang sedang meluas di dalam dunia melalui pemberitaan Injil dan karya penyelamatan dari Roh Kudus pada setiap individu yang percaya, bahwa akhirnya dunia di Kristenkan, dan bahwa kedatangan Kristus terjadi pada akhir dari suatu periode panjang yang penuh dengan kebenaran dan damai, biasanya disebut “seribu tahun” (Millenium).[14]

2.3.1.      Sejarah Post-Milleanialisme
Sejak abad XVIII dengan pengaruh Enlightenment yang disertai kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dan semakin banyak ide-ide baru yang juga berpengaruh dalam berteologi. Bahwa Gereja diyakini akan menjadi alat untuk menghadirkan kerajaan 1000 tahun di bumi ini.[15] Sebagai seorang penganut post-milleanialisme, Joachim menjelaskan sejarah sebagai keberadaan Trinitas, yaitu zaman I adalah Bapa ketika manusia hidup di bawah Torat Perjanjian Lama; zaman II adalah Anak, ketika masa anugerah di Perjanjian Baru, dan zaman III adalah Roh Kudus.[16] Sepanjang tiga abad pertama gereja tampaknya dikuasai oleh pandangan pra-milleanialisme, namun pada abad berikutnya seorang tokoh Donatis dari Afrika yang bernama Tikonius mengemukakan sebuah pandangan tandingan.[17]
2.3.2.      Doktrin Post-Milleanialisme
Ide dasar dari doktrin ini, bahwa seluruh dunia perlahan-lahan akan dimenangkan bagi Kristus, bahwa hidup bangsa-bangsa nantinya akan diubahkan oleh Injil.[18] Pandangan ini berdasarkan pada keyakinan bahwa pekabaran Injil akan begitu berhasil sehingga seluruh bumi akan bertobat. Pemerintahan Kristus yang bertempat di dalam hati manusia akan lengkap dan universal. Kalimat “Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Surga”, akan terwujud. Damai sejahtera akan menang dan kejahatan benar-benar akan dimusnahkan. Lalu, pada saat pemberitaan Injil mencapai puncak keberhasilannya Kristus akan datang kembali. Dengan demikian tampaklah bahwa pandangan pasca-millenialisme ini pada dasarnya merupakan pandangan yang optimistis.[19] Pandangan ini meyakini bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali pada akhir Kerajaan 1000 tahun. Kerajaan 1000 tahun bukan secara hurufiah melainkan dengan Pekabaran Injil oleh Gereja pada masa kini maka akan datang zaman keemasan sampai semua orang bertobat dan dunia akan semakin baik. Post-millenialisme ini percaya dengan sejumlah ayat seperti Mazmur 2:8, 22:28; Yesaya 2:2-4; Daniel 2:35, 44; Mikha 4:1-4, harus digenapi dulu sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali.[20] Post-Millenarian percaya bahwa tentu saja ada Millenium, tetapi Kristus akan kembali secara nyata, tidak sebelum, tetapi sesudah Milenium. Penganut ini percaya bahwa untuk seribu tahun atau untuk masa yang tidak terbatas Gereja akan ada pada posisi pertumbuhan dan dominan. Melalui lembaga-lembaga Kristen, Injil akan secara perlahan menyerap ke seluruh dunia, menjadi semakin efektif, dibandingkan sekarang ini dalam segi sosial, komersial, politik, dan kehidupan internasional. Semua orang Israel akan diubah, dan banyak orang akan bergabung dengan Gereja. Setelah periode penerimaan Injil secara universal akan ada godaan untuk meninggalkan iman ada kuasa si jahat akan menghancurkan kota tercinta. Tetapi mereka tidak berhasil karena secara tiba-tiba Tuhan akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati.[21] Contoh yang paling terkenal tentang ajaran ini ialah Matius 24:14. Karena, Amanat Agung harus dilaksanakan dalam kekuasaan-Nya (Mat. 28:18-20), usaha tersebut pasti berhasil. Seringkali gagasan mengenai penyebaran Injil ini juga disertai dengan munculnya perubahan-perubahan pada situasi sosial sebagai akibat dari pertobatan sejumlah besar pendengar.[22]

2.3.3.      Gereja/Aliran Penganutnya
Orang-orang liberal yang percaya perkembangan melalui alam (atau proses evolusi) dapat kita sebut sebagai penganut post-millenium. Para penganut paham post-millenium konservatif mempercayai Alkitab sebagai firman Tuhan.[23]
v  Aliran Injili (Evangelical)
Gereja diundang oleh Kristus untuk mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada Allah dan melayani Dia dengan memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa murid-Nya, dengan menggembalakan kawanan domba itu melalui pelayanan Firman dan sakramen serta perawatan pastoral sehari-hari, dengan memperjuangkan keadilan sosial dan menyembuhkan duka dan derita manusia.[24]
v   Aliran Mormon
Menggabungkan pengharapan akan masyarakat yang diperbarui di dunia masa kini dengan doktrin tentang kedatangan Tuhan yang kedua, dan menghasilkan gagasan Mormon tentang pembangunan Kerajaan Allah di dunia sebagai persiapan akan millenium. Ia menggabungkan kemajuan sekuler dengan semangat penginjilan, dan hasilnya adalah kemajuan abadi.[25]
v  Gereja Metodis
Sama seperti Wesley yang mengobarkan kebangunan rohani dan semangat menginjili, yang membuat dia dan pengikut-pengikutnya dipandang sebagai pelopor gerakan injili, maka gereja Metodis mendorong umatnya- jadi bukan hanya penginjil profesional- agar juga dikobarkan oleh semangat yang sama. Setiap jemaat lokal harus punya perhatian dan upaya konkret di bidang ini. Tujuannya terutama adalah menjangkau orang-orang yang belum mendengar Injil, agar pada akhirnya sebanyak mungkin orang mendapat tempat di dalam Kerajaan Allah yang dipenuhi dengan damai sejahtera.[26]
2.4.            Pengertian A-Milleanialisme
A-Milleanialisme adalah suatu pandangan mengenai akhir zaman yang berpendapat bahwa Kerajaan Seribu Tahun itu tidak ada sebelum dunia berakhir. Sampai akhir dunia ini hanya ada satu perkembangan paralel, baik kebaikan dan kejahatan, Kerajaan Allah dan Setan. Sesudah kedatangan Kristus kedua kali pada akhir zaman ada kebangkitan secara umum dan penghakiman untuk seluruh manusia secara umum.[27]
A-Millenialisme adalah pendapat yang lebih sederhana dibandingkan dengan pra-millenialisme dan pasca-millenialisme yang telah kita bahas.[28]
2.4.1.      Doktrin A-Milleanialisme
Sungguh-sungguh A-milleanialisme menggagaskan bahwa selama masa seribu tahun ini, Kristus tidak akan memerintah di bumi. Penghakiman terakhir yang besar akan langsung dilaksanakan menyusul kedatangan-Nya kali yang kedua sehingga langsung menciptakan keadaan akhir dari orang benar dan orang fasik.[29] Pandangan ini mengajarkan bahwa tidak akan ada sama sekali pemerintahan seribu tahun, dan bahwa gereja Perjanjian Baru memperoleh semua janji dan nubuat yang bersifat rohani di dalam Perjanjian Lama.[30] Tidaklah mudah untuk membedakan A-millenialisme dengan pasca-millenialisme karena banyak sekali ciri khasnya yang sama. Yang sama dalam kedua pandangan ini ialah bahwa seribu tahun dalam Wahyu 20 harus ditafsirkan secara simbolis. Keduanya seringkali bahkan beranggapan bahwa Kerajaan Seribu Tahun itu adalah zaman gereja. Yang berbeda ialah bahwa golongan pasca-millenialisme menganut paham bahwa Kristus akan memerintah di bumi; pandangan ini tidak dianut golongan A-millenial. Para penganut A-millenialisme juga mengingatkan kita bahwa kitab Wahyu seluruhnya penuh dengan bahasa simbolis. Dengan memperpanjang prinsip tafsiran kiasan ini golongan A-millenialis ini mengatakan bahwa seribu tahun dalam Wahyu 20 mungkin juga tidak harfiah. Di samping itu, mereka mengemukakan bahwa masa seribu tahun tidak disebutkan sama sekali dalam bagian Alkitab yang lain.[31]
2.4.2.      Gereja/Aliran Penganutnya
v  Gereja Lutheran
Yesus Kristus Tuhan kita akan kembali pada akhir zaman untuk menghakimi dan membangkitkan semua orang mati, memberi hidup dan kesukaan kekal kepada orang-orang yang percaya dan yang dipilih, dan sebaliknya akan menghukum orang-orang fasik bersama iblis ke neraka serta hukuman kekal.[32]
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Seribu Tahun merupakan paham tentang kedatangan Kritus ke dunia. Seperti kita telah ketahui bahwa ada 3 pandangan tentang milenium ini yaitu: Pre-millenialisme yang mengatakan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali akan terjadi sebelum millenium. Adapun Gereja/aliran penganutnya adalah Kharismatik, Pentakosta, Saksi Jehova, Adventis. Post-millenialisme adalah pandangan yang menyatakan kedatangan Kristus kedua kali setelah millenium. Adapun Gereja/aliran penganutnya adalah aliran Injili (Evangelical), aliran Mormon, dan Gereja Methodis. Sedangkan A-Millenialisme adalah yang mengatakan bahwa tidak ada sama sekali pemerintahan seribu tahun. Gereja/aliran penganutnya adalah Gereja Lutheran.

IV.             Tambahan Dosen
Ada tertulis dalam Wahyu 20:1-7, yang dituliskan tentang Kerajaan Seribu Tahun yang hanya terdapat di nats itu. tentang nats ini  muncul 3 penafsiran :
1.      Yang secara harafiah
·         Pandangan Pre-Millenialisme
2.      Dan 2 pandangan lain berpandangan bahwa wahyu itu kitab yang berisis penglihatan-penglihatan, semua yang dikisahkan kepadanya tidak ada yang terjadi secara faktual dalam lintas sejarah. Bahasa-bahasa Wahyu adalah bersifat simbolik/ lambang, maka tidak terkecuali, Wahyu juga harus dibaca secara simbolik. Dan penafsir simbolik itu adalah:
·         Post-Millenialisme
·         A-Millenialisme
I.                   Pre- Millenialisme
Sebelum 1000 tahun Yesus datang kedua kalinya, kedatanganNya pertama di Betlehem dan kemudian akan datang kembali. Kedatangan kedua kali dimulai dari  “nol”start 1000 tahun. Yang terjadi pada 1000 tahun para martir dibangkitkan, setan-setan diikat, Yesus dan para martir memerinth 1000 tahun secara politis dan sosiologis di bumi ini. Setelah 1000 tahun Yesus naik. Sebelum naik ada peristiwa-peristiwa: setan-setan dilepaskan, Yesus dan para martir naik maka mulailah pemerintahan setan-setan. Setelah terjadi kekacauan Yesus datang ketiga kali. Setelah itu terjadilah kebangkitan, penghakiman, sorga dan neraka.
II.                Post- Millenialisme
Setelah 1000 tahun yesus datang kedua kali akan terjadi kebangkitan, penghakiman, sorga dan neraka. Dalam kitab Wahyu kata 1000 adalah banyak. Apa yang terjadi selama 1000 tahun? Ada tertulis dalam matius 24:14 “Injil harus diberitakan ke seluruh dunia, setelah itu akan tiba saatnya”. Jadi mulai dari mana dihitung? Masa pemerintahan injil itu dimulai saat Roh Kudus itu datang untuk menguasai, yang dimulai dari masa pentakosta. “Dimana saja injil diberitakan, disitu kerajaan Allah”. Itu artinya 1000 tahun dalam arti simbolik. Tapi ada satu kekurangan dalam memaknai matius 24:14 dipahami secara harafiah yang mana nanti semua orang akan menerima injil, maka Yesus datang. Yang menganut ini adalah gereja-gereja yang menganut persekutuan injili. Menurut mereka kedatangan Yesus bisa dipercepat dengan mempercepat laju atau perkembangan PI.

III.             A-Millenialisme
Tidak ada pemerintahann secara politis di bumi ini. Bukan tidak ada kerajaan 1000 tahun. Ada. Tapi tidak secara politis dan sosiologis, namun simbolis.
Pertanyaannya: mulai dari mana pemerintahan Kristus?. Terdapat dalam Yesaya 9:5 yang mengatakan : “sejak Yesus lahir, makanya waktu Ia lahir, malaikat berkata kepada gembala, “hari ini telah lahir bagimu Kristus di kota Daud. Pandangannya tentang dunia bahwa arah perjalanan dunia semakin negatif (Luk. 18:8), “jikalau Anak Manusia datang ke bumi, apakah Ia mendapatkan Iman? “Yesus penah mengatakan dalam Matius 24:4 “jikalau waktunya dipercepat maka tidak akan ada yang selamat.
V.                Daftar Pustaka   
Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1992
Willmington, H.L., ESKATOLOGI, Malang: Gandum Mas, 1997
Berkhof, Louis Teologi Sistematika Vol 6, Surabaya: Momentum, 2005
Sihombing, Lotnatigor, Teologi Sistematika, Jakarta: STT Amanat Agung, 2016
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012   
Erickson, Millard J., Teologi Kristen vol III, (Malang: Gandum Mas, 2004
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta:BPK-GM, 2015
Tappert, Theodore G., Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta: BPK-GM, 2016




[1] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1992), 611
[2] H.L. Willmington, ESKATOLOGI, (Malang: Gandum Mas, 1997), 286
[3] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol 6, (Surabaya: Momentum, 2005), 93
[4] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012), 325
[5] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, (Malang: Gandum Mas, 2004), 544-546                                       
[6] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 544
[7] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, (Yogyakarta: ANDI, 2002), 265
                [8] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 543
[9] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 544
[10] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM, 2015), 219
[11] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 191              
[12] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 335-336
[13] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gerej, 312
[14] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, 250
[15] Lotnatigor Sihombing, Teologi Sistematika, (Jakarta: STT Amanat Agung, 2016), 319
[16] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, 253
[17] Millard J. Erickson, Teologi Dasar, 538-539
[18] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol 6, 111
[19] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 538
[20] Lotnatigor Sihombing, Teologi Sistematika, 319
[21] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 325-326
[22] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 540
[23] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, 254
[24] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 251
[25] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 361
[26] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 164
[27] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar II, 256
[28] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 547
[29] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 547
[30] H.L. Willmington, ESKATOLOGI, 286-287
[31] Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol III, 548-549
[32] Theodore G. Tappert, Buku Konkord Konfesi Gereja Lutheran, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar