Jumat, 10 Mei 2019


ARTI, MAKNA DAN HAKEKAT KERAJAAN ALLAH DALAM INJIL LUKAS DAN KISAH PARA RASUL & REFLEKSI  / AKSI DALAM KEHIDUPAN BER-GEREJA
I.             Pendahuluan
Istilah tentang Kerajaan Allah sudah sangat sering didengar apalagi pada masa Perjanjian Baru. Inti dari semua pengajaran Yesus adalah tentang Kerajaan Allah. Dan hampir disetiap yang ada di dalam Perjanjian Baru ada Istilah Kerajaan Allah untuk menyatakan sesuatu hal yang akan dimiliki oleh setiap manusia dalam kehidupannya. Setiap Injil memiliki pemahaman makna Kerajaan Allah yang berbeda. Namun perbedaan dan makna itu menjadikan makna Kerajaan Allah semakin jelas. Dan dalam sajian kali ini, penyaji akan memaparkan konsep Kerajaan Allah itu menurut Lukas dan Kisah Para Rasul serta refleksinya dalam Kehidupan Bergereja saat ini. Tuhan Yesus Memberkati.
II.          Pembahasan
2.1. Apa Itu Kerajaan Allah?
2.1.1.      Secara Umum Dalam Ke Kristenan
Matius yang menulis kepada orang Yahudi memakai istilah Kerajaan Sorga, tetapi Markus dan Lukas memakai istilah Kerajaan Allah, artinya sama dengan Kerajaan Sorga tetapi lebih gampang dimengerti oleh Non-Yahudi. Pemakaian istilah Kerajaan Sorga oleh Matius pasti disebabkan oleh kecenderungan Yahudi tidak mau menyebut langsung nama Allah.[1]
Dalam Pemberitaan Yesus dikatakan bahwa Kerajaan Allah “sudah dekat” malahan bahwa Kerajaan Allah sudah datang (Bnd Mat.12:18). Yang terakhir ini dikatakan sesudah Yesus menunjuk bahwa kuasa iblis yang mencengkram dunia telah dikalahkan, jadi maksudnya ialah bahwa dengan Dia telah mulialah Kerajaan Allah, bahwa dunia mulai diperbaiki Allah, seperti maksud Tuhan semula; dunia tanpa dosa, dunia yang tunduk kepada perintah Allah. Hal ini adalah pemberitaan Yesus dan perbuatannya.[2] Dalam pemberitaan ini Ia menekankan bahwa Allah sendiri mendatangkan KerajaanNya teristimewa dalam perumpamaan-perumpamaan yang dapat disebut “Perumpamaan Kerajaan Allah”. Salah satu petunjuk mengenai apa sebenarnya yang dimaksud oleh Yesus tentang apa itu sebenarnya Kerajaan Allah dapat dicari dalam bahasa yang dipakainya. Sama seperti kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru, kitab-kitab Injil ditulis dalam bahasa Yunani sehingga kita tidak mempunyai catatan langsung mengenai kata-kata Aram yang dipakai Yesus. Tetapi kata Yunani Baselia pun, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai kerajaan lebih sering berarti pemerintahan seorang raja daripada wilayah kekuasaannya. Namun kata ini sekarang sudah umum disepakati bahwa istilah ini tidak berarti suatu wilayah pemerintahan seorang raja melainkan perbuatan atau aktivitas pemerintahan.[3] Ini merupakan pengertian yang dinamis, yang cocok dengan penggunaan kerajaan dalam bahasa Ibrani (bnd. Maz. 145:11, 13; 103:19). Menurut kebanyakan para ahli, kata Aram yang dipakai oleh Yesus (malkuta) jelas mempunyai arti demikian.[4] Jadi dapat dikatakan bahwa Yesus berbicara tentang pemerintahan Allah sebagai raja, dan bukan wilayah kekuasanNya. Indikasi pertama Kerajaan Allah adalah kekuasaan Allah dan juga peraturan Allah didalam operasi penyelamatan disatu sisi dan penghakiman pada sisi lain.[5]
2.1.2.      Makna Kerajaan Allah Bagi Orang-Orang Yahudi Pada Umumnya
Kerajaan Allah merupakan pokok iman agama Yahudi. Mereka telah menanti-nantikan kedatangan seorang raja yang memerintah secara politik, karena yang Ia ingin nyatakan adalah Kerajaan di mana Allah memerintah dan menjalankan pemerintahan. Ungkapan Kerajaan Allah dalam pengharapan Yahudi mengandung unsur campuran tangan Allah yang sungguh diharapkan untuk memulihkan umat-Nya. Kedatangan Kerajaan Allah adalah perspektif masa depan yang dipersiapkan oleh kedatangan mesias dalam mempersiapkan jalan bagi Kerajaan Allah.[6]
2.2.Arti dan Makna Kerajaan Allah
2.2.1.      Lukas
Dalam Injil Lukas secara garis besar dapat dibedakan antara 3 periode sejarah keselamatan. Pertama PL, yaitu pada zaman kitab Taurat Musa dan Kitab Nabi-Nabi dan kitab Mazmur (bnd. Luk. 24:44) atau zaman Hukum Taurat dan kitab para nabi. Lukas 16:16 Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi berlaku sampai kepada Yohannes dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan sebagai kabar baik. Disekitar Yohanes periode berikutnya mulai, yaitu Periode Yesus Kristus. Periode Baru itu mulai kapankah? Dengan memperhatikan Luk. 16:16, boleh dikatakan bahwa periode itu ditandai dengan pemberitaan Kerajaan. Hal ini bahwa Yesus yang memulai pengajaran tentang Kerajaan. Lukas mempertahankan pendapat ini secara tetap. Dibandingkan dengan Yohanes tidak ada pesan yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat tetapi pesannya adalah Dia Sendiri.[7] Lukas mempunyai kesadaran kuat bahwa sesudah kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus sejarah keselamatan manusia dilanjutkan. Sehubungan dengan itu, ia ingin menghindarkan salah paham seakan-akan kedatangan pemerintahan Allah dalam kemuliaan pasti dekat. Memang Lukas mengakui bahwa dalam Yesus Kristus, pemerintahan Allah mendekati kita, tapi hal ini jangan dimengerti seakan-akan kedatanganNya dalam kemuliaan pasti akan terjadi dalam waktu dekat. Untuk menghindari pengertian yang salah, ia tidak mengambil alih beberapa perkataan atau nats dari Markus. Pada Injil Lukas tidak ada perkataan “Kerajaan Allah sudah dekat” seperti Markus 1:14 dan Matius 4:17.
Berdasarkan Lukas 6:20 dikatakan bahwa berbahagialah hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Kebahagiaan yang dimaksudkan disini bukanlah kebahagiaan karena alasan duniawi, tetapi karena apa yang dibuat Allah kepada orang yang bersangkutan. Perbuatan Allah yang membuat orang yang miskin menjadi bahagia adalah karena Allah memberikan Kerajaannya menjadi milik orang miskin. Jadi kebahagiaan itu berasal dari Allah. Kamulah yang empunya kerajaan perlu diperhatikan bahwa menurut bahasa Yunaninya keadaan ini sudah berlangsung sekarang, bukan pada masa yang akan datang dan Kerajaan Allah bukan berarti suatu tempat tertentu tetapi suatu kehidupan dimana Allah memerintah dan kehendakNya dilaksanakan, Yesus datang kedunia ini untuk mewujudkan kerajaan ini, yang berarti menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan (bnd. Luk. 4:18-19). Jadi Kerajaan Allah berarti segala sesuatu yang baik bagi kesejahteraan manusia.   
Menurut Lukas 17:20-37 kita dapat mengetahui tentang kedatangan Kerajaan Allah. Berdasarkan perikop ini kita dapat bertanya kapan pemerintahan Allah dimulai? Yesus menjelaskan keadaan ketika Allah memerintah. Kedatangan Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Orang-orang Farisi mau mengetahui waktu tepat kapan Kerajaan Allah akan dimulai di dunia ini, dan mereka juga percaya bahwa  sebelum Kerajaan itu dimulai, akan ada tanda-tanda luar biasa terjadi. Jadi ungkapan ini menjelaskan bahwa Allah akan mulai memerintah, tetapi bukan dengan tanda-tanda yg orang dapat lihat terlebih dahulu (ay. 20), juga orang tidak dapat mengatakan: lihat ia ada disini atau ia ada disana, kata disana sini menunjuk kepada Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yg dimaksud oleh Yesus tidak akan sesuai dengan bentuk kerajaan duniawi yang dikenal oleh manusia. Kerajaan Allah walaupun nyata orang tidak bisa menunjukkan batas-batasnya (ay. 21). Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu, perlu diingat bahwa perkataan ini dikatakan Yesus kepada orang-orang Farisi. Hal ini berarti bahwa melalui kehadiran Yesus di dunia Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah dunia. Sebab sesungguhnya Allah sudah mulai memerintah di tengah-tengah kita didunia ini.[8]
Seperti yang diketahui bahwa tema utama Injil-Injil sinoptis adalah tentang Kerajaan Allah. Dengan tema ini Yesus memulai pemberitanNya; pokok ini merupakan inti perumpamaanNya, Kerajaan Allah adalah pokok-pokok pembicaraannya pada perjamuan malam. Ia hidup bekerja dengan mengingat kepada Kerajaan Allah.[9] Adapun makna Kerajaan adalah sbb :
1.      Kerajaan Allah ada didalam Pelayanan Yesus
Jadi Kerajaan itu pertama-tama adalah benih Allah bukan perbuatan manusia. Allah yang memerintah dan menebus, adalah pemerintahanNya yang nyata berlaku dalam urusan manusia, Allah yang mengunjungi dan menebus umatNya, sebagaimana dijanjikan pada waktu dahulu. Yesus menganggap pelayananNya yang berkuasa itu sebagai tanda-tanda bagi mereka yang mempunyai mata untuk melihat (bnd Luk. 7:22-23; 10:23-24).[10]
2.      Raja dalam kerajaan itu adalah Bapa
Kebenaran tentang kerajaan yang paling agung adalah bahwa rajanya adalah seorang Bapa. Bapa …… datanglah KerajaanMu. Ia mengajar murid-muridNya untuk berdoa (Luk 11:2), dan Ia juga berkata kepada mereka supaya meraka jangan takut karena Bapa menentukan Kerajaan itu bagiKu (bnd Luk 22:29).[11] Selain itu dalam Lukas 12:32, dikatakan, jangan takut karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Disini kita harus meluruskan pandangan dari kesalahpahaman tentang Yesus yang datang dan mengumumkan di muka umum, bahwa Allah adalah Bapamu dan kamu semua adalah saudara.[12]
3.      Kerajaan mengandung pola hidup yang baru
Ucapan-ucapan bahagia yang ada pada permulaan Khotbah dibukit dan yang merupakan inti sarinya memperlihatkan bagaimana eskatologi dapat sejalan dengan Etika. Melalui mereka terdengar penegasan bahwa nubuatan-nubuatan telah digenapi, bahwa pemerintahan Allah telah disini. Apa yang dibuat Yesus di dalamNya adalah melukiskan etik kasih karunia.[13]
4.      Kerajaan ini dipusatkan pada Kristus
Dari Luk. 15:4-7, seolah-olah Ia mengatakan, ya Akulah Gembala dari Allah yang telah datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (bnd. Luk. 19:10). Apabila suatu perumpamaan berbicara tentang Kerajaan, maka Yesus ada tersembunyi di balik istilah kerajaan itu, sebagai isinya yang rahasia. Jadi baik ucapan bahagia maupun perumpamaan-perumpamaan dimuati bukan hanya dengan rahasia tentang kerajaan tetapi juga dengan rahasia tentang Yesus.[14]
5.      Kerajaan Allah sudah datang namun masih akan disempurnakan
Hal ini jelas termuat dalam Doa Bapa Kami (bnd Luk.11) Kehadiran Kerajaan Allah nampak melalui pelayananNya yang penuh belas kasihan dan kuasa, terutama atas penyembuhan atas orang-orang yang dirasuk setan kataNya “jika” Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu (Luk. 11:20). Yesus memandang pelayanNya sebagai suatu penggenapan dari PL dalam sejarah. Hal ini cukup jelas dalam 2 pembacaan didalam rumah ibadah Yahudi di Nazaret, Yesus membaca nubuat Mesias dari Yes. 61:1-2 mengenai kedatangan Dia yang diurapi, untuk memberitakan tahun Tuhan dan kemudian dengan sungguh-sungguh Ia menegaskan pada hari ini genaplah nats itu sewaktu kamu mendengarnya (Luk. 4:21). Tetapi kerajaan Allah belum datang dengan kuasa seperti yang bakal terjadi suatu saat dimasa yang akan datang.[15] Kedatangan akan Kerajaan Allah berarti persekutuan yang sempurna dengan Allah dalam pesta Mesias (Luk. 13:28-29).[16]
2.2.2.      Kisah Para Rasul
Dalam adat budaya orang-orang Yahudi abad pertama, Kerajaan Allah berarti suatu kerajaan Israel yang bersifat politik, yang dalam arti pada suatu titik tertentu orang-orang Yahudi bersedia untuk memaksa Yesus menjadi Raja mereka. Namun misi Yesus bukanlah untuk mendatangkan kerajaan dengan kemegahan duniawi tetapi dengan kuasa Rohani. Hal ini adalah sesuatu yang sulit dipahami oleh murid.[17] Dalam kitab Kisah Para Rasul 1:3, Yesus menunjukkan diriNya kepada para rasul bahwa Ia hidup. Hal ini terlihat jelas karena selama 40 hari, Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Allah. Kedatangan Kerajaan Allah ini terlihat dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus serta memberitakan Injil Kerajaan Allah itu sendiri, hal inilah yang memperjelas kepada para murid hubungan antara kesengsaraan dan kemenangan Yesus dengan berita Kerajaan Allah.[18] Selanjutnya, Yesus yang telah bangkit memerintahkan murid-muridNya untuk tinggal di Yerusalem sampai mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus dalam waktu yang tidak lama lagi (Kis 1:5). Kemudian dalam ayatnya yang ke 9 dikatakan, “terangkatkatlah Ia disaksikan oleh mereka dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka”. Dari peristiwa ini, kita dapat memberi kesan bahwa seolah-olah alam semesta terdiri dari 3 lapisan. Peristiwa kenaikan Yesus menimbulkan penafsiran mula-mula oleh orang Kristen, yaitu seperti yang terdapat dalam Kis. 2:33 dikatakan bahwa Allah telah meninggikan Yesus dengan memberikanNya kedudukan di sebelah kanan Allah, dan sebagai akibatnya maka dicurahkanlah Roh Kudus. Kemudian dalam Kis. 3:21, Yesus digambarkan sebagai orang “yang harus tinggal disorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu”.[19] Yesus tidak mau berbicara panjang lebar tentang Kerajaan Allah kepada murid-Nya dan dengan tegas Yesus katakan tentang apa yang harus diperbuat oleh para murid Yesus: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, yaitu Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa para murid tidak boleh tinggal diam dan menantikan Kerajaan Allah. Mereka harus menjadi saksi dan harus berangkat keseluruh dunia untuk memberitakan Yesus. Dengan demikian turunlah Kerajaan Allah ke atas seluruh dunia.[20]
Selain itu, istilah “Kerajaan Allah” muncul dua kali secara eksplisit dalam kitab Kisah Para Rasul 28:23 dan 31, dimana hal ini merupakan pemberitaan Paulus di Roma. Dalam konteks ini Kerajaan Allah disertai dengan berita tentang Yesus, dalam artian bahwa Kerajaan Allah dipandang sudah hadir melalui diri Yesus. Dalam Proses kenaikan Yesus, Kerajaan Allah terlihat dalam dua dimensi, yaitu dimensi “sudah hadir” dan dimensi “akan hadir”. Dalam hal ini yang dikatakan yaitu bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di bumi dan akan terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatangannya kembali kebumi. Namun, didalam kitab ini secara Implisit “Kerajaan Allah” juga diungkapkan bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara penuh (Kis. 28:20), yang menunjukkan sifat dari Kerajaan Allah itu sendiri.[21] Sehingga hal yang menonjol dalam kitab Kisah Para Rasul yaitu penggenapan janji Allah melalui pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh yang dikaruniakan pada hari Pentakosta menjadi tanda keselamatan Allah dan penggenapan janji akhir zaman. Dalam kitab ini juga dipandang bagaimana Roh Kudus berkaitan dengan Kerajaan Allah, dimana Roh Kudus menjadi tanda penyempurnaan rencana Allah.[22] Kerajaan Allah dalam Kitab Kisah Para Rasul disejajarkan dengan Injil kasih karunia Allah, dimana Paulus memberitakan tentang Kerajaan Allah dan juga mengajarkan tentang Yesus kepada semua orang yang datang padanya (Kis. 28:31).[23]
Makna kerajaan Allah dalam Kisah Para Rasul adalah terjadi ketika Yesus terangkat kesorga dan memberikan kuasa kepada para murid-muridNya sehingga mereka melanjutkan kembali tugas Yesus yang telah dilakukanNya selama Ia ada di dunia ini (Kis. 1:8). Inilah yg menjadi inti pokok dari Kisah Para Rasul yaitu para murid-murid akan menjadi saksi-saksi Yesus di Yerusalem ke Roma, tempat Paulus memberitakan Kerajaan Allah dan hal-hal mengenai Tuhan Yesus Kristus tanpa halangan (Kis. 23:31).[24]
2.3.Hakekat Kerajaan Allah
2.3.1.      Lukas
Cara Yesus hidup dan melaksanakan pelayananNya adalah kesaksian yang kuat bagi pemerintahan Allah yang sudah hadir di dalam komunitas manusia. Kepada orang-orang farisi yang mengharapkan tanda-tanda Apokaliptik dari pemerintahan Allah, Yesus berkata, “sesungguhnya pemerintahan Allah ada di antara kamu” (Lukas 17:21). Kata depan “di antara” adalah terjemahan dari kata Yunani entos, yang dapat berarti “di dalam ” atau “di antara”. Tetapi, “di antara” dianggap lebih tepat karena dalam konteks sekarang ini, terjemahan ‘di dalam’ akan berarti bahwa di dalam jawaban terhadap pertanyaan orang-orang Farisi tentang kapan Kerajaan Allah itu akan datang (Luk 17:20). Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa jawaban Yesus itu bahwa pemerintahan Allah ada di antara kamu “harus di pahami bahwa suatu hari mereka akan menemukan bahwa Kerajaan Allah tiba-tiba dan secara tidak di sangka-sangka ada di tengah-tengah mereka”.[25] Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kataNya “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah,juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada disini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk 17:20-21). Yesus berbicara kepada orang Farisi (yang berfikir bahwa mereka memiliki pengetahuan akan Kerajaan Allah itu). Yesus berkata Kerajaan Allah bukanlah fisik dan kasat mata dan tidak datang seperti yang mansuia pikirkan. Namun, Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Kerajaan Allah tidak datang dengan cara demikian. Di katakan di dalam Alkitab bahwa di mana pun Yesus berada, kemana pun Dia pergi, Kerajaan Allah akan dinyatakan di sana.[26]
         Allah dapat memberikan Kerajaan itu kepada manusia (Luk 12:32) tetapi manusia tidak dapat mengambil kembali dari sesamanya, meskipun mereka menghalangi orang lain memasukinya. Manusia dapat menerima Kerajaan itu (Luk 18:17) tetapi mereka tidak pernah mendirikannya. Manusia dapat menolak Kerajaan itu, yaitu menolak untuk menerimanya (Luk 10:11), tetapi tidak dapat menghancurkannya, mereka dapat menantikannya (Luk 23:51) dan mencarinya (Luk 12:31) tetapi tidak dapat membawanya. Manusia mungkin ada di dalam Kerajaan itu (Luk 13:29) tetapi kita tidak diberitahu bahwa Kerajaan itu tumbuh. Manusia dapat melakukan sesuatu demi Kerajaan itu (Luk 12:29), tetapi mereka tidak dapat bertindak atas Kerajaan itu sendiri. Manusia dapat memberitakan Kerajaan itu (Luk 10:9), tetapi hanya Allah yang dapat memberikannya kepada manusia (Luk 12:32).[27]
2.3.2.      Kisah Para Rasul
Jemaat mula-mula lahir dikota Yerusalem dan jemaat ini sangat merindukan kekuatan dari atas seperti yang dijanjikan Yesus sebagai penghibur (Roh Kudus). Mengingat Yesus telah memberikan amanat kepada mereka, maka mereka sangat tekun berdoa bahkan tiap-tiap hari berkumpul untuk memohon pimpinan Tuhan. Kelahiran jemaat mula-mula ditandai dengan hari turunnya Roh Kudus atau hari Pentakosta sesuai dengan janji daripada Yesus (Kis. 1:15). Situasi jemaat disini sangat harmonis yg memiliki pola hidup yang tekun, bersatu dan rukun serta belajar tentang Injil dan kebenaran akan Yesus Kristus yang telah bangkit. Kemudian Injilpun disebarkan oleh para Rasul-rasul bukan hanya kepada orang-orang Yahudi saja tetapi juga kepada orang-orang non Yahudi yang kemungkinan besar akan salah tafsir mengenai Kerajaan Allah itu dan ini sudah disebutkan oleh Yesus sebelumnya (Mark. 10:42-43). Contohnya adalah “Keselamatan” (Kis. 16:30-31) dan “Persekutuan didalam Kristus”. Kalau yang dimaksudkan adalah Kerajaan Allah, biasanya penggenapannya pada waktu yang akan datang pada akhir zaman (Kis. 1:6). Kalau yang dibicarakan adalah kerajaan yang sudah tiba, itu dilihat sebagai kerajaan Kristus yang kita capai oleh Roh Kudus. Dengan demikian arti mendalam tentang kerajaan Allah yaitu kedaulatan Allah dalam Perjanjian Lama yang kini berganti kepada Pribadi Yesus yang menjalan pemerintahan Allah disebelah kanan Allah melalui Roh Kudus (Kis. 2:33). Karena itu kerajaan Allah kini dialami manusia melalui pelayanan Roh Kudus, yang atas dasar pekerjaan Kristus membawa kehidupan dalam kemuliaan pada zaman yang akan datang kedalam zaman sekarang.[28]
Menurut aliran besar Yudaisme yang dipengaruhi oleh eskatologi apokaliptis, Kerajaan Allah itu merupakan suatu realitas masa depan yang akan diteguhkan oleh Allah sendiri. Sedangkan kaum Zelot, berusaha untuk bekerjasama dengan Allah dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah itu. Perspektif mereka ini membuat mereka menggunakan cara-cara kekerasan yang jauh lebih intens demi membebaskan diri mereka dari sendiri serta seluruh Israel dari penguasaan “duniawi” (maksudnya oleh bangsa asing). Ada satu sekte Yahudi lain yang mengambil pendekatan lebih berbeda lagi. Orang-orang Qumran memisahkan diri mereka dari arus utama Yudaisme, namun mereka tetap berpengharapan bahwa pada suatu hari kelak Allah akan menegakkan pemerintahanNya. Disisi lain orang-orang Qumran kelihatannya sepaham dengan orang Zelot tentang pandangan mereka mengenai Kerajaan Allah dengan peperangan. Sedangkan orang-orang sezaman dengan Yesus percaya bahwa Yahweh adalah Raja dan bahwa waktunya akan tiba ketika Ia memproklamasikan, “Saatnya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat”. Dan sejak saat itu Yesus hendak menghubungkan pelayananNya dengan pengharapan masa lalu terhadap Kerajaan Allah yang telah lama dinantikan (namun sekarann telah digenapi), tetapi juga menunjuk kepada kedatangan Kerajaan dimasa depan. Bila kita merasa bahwa apa yang diproklamasikan Yesus ini tidak kelihatan “mirip” dengan Kerajaan Allah, maka penjelasannya dapat kita temukan dalam pemahamanNya tentang kerajaan Allah itu hadir: Kerajaan itu telah hadir sekaligus juga sedang menuju penggenapan. Karena itu bila kita hendak menjelaskan hakikat dari Kerajaan Allah yang diproklamasikan Yesus, kita tidak perlu memilih satu diantara dua pemahaman berikut: Pemahaman bahwa Kerajaan Allah itu telah hadir sekarang atau pemahaman bahwa Kerajaan itu baru hadir di masa depan.[29]
2.4.Persamaan Lukas dan Kisah Para Rasul
Dari Kisah Para Rasul 1:1 dan juga dari gaya bahasa yang sama, jelas sekali bahwa Injil Lukas dan Kisah Para Rasul berasal dari pengarang yang sama. Yesus berjalan “untuk memberitahukan dan mengabarkan Kerajaan Allah sebagai kabar baik.” Hal ini juga di ucapkan langsung dalam Lukas 8:1-3. Pemerintahan Allah adalah pada akhirnya satu-satunya pokok pemberitaan Yesus (bnd. Kis. 1:3; 8:12; 20:25; 28:23; 31). Dalam Kisah Para Rasul, pemberitahuan kabar baik di salah satu kota biasanya mulai dalam rumah-rumah ibadat Yahudi (Kis. 9:20; 13:5;14:1;17:1;10;17;18:4;19;26;19:8). Baik dalam Lukas maupun dalam Kisah Para Rasul jelas bahwa kabar baik pertama-tama di alamatkan kepada umat Allah yaitu orang yang berkumpul didalam rumah-rumah ibadat Yahudi. Allah dalam pemerintahanNya memperhatikan secara khusus “orang miskin dan orang yang hilang”. Pembahasan orang miskin tidak dpat dilepaskan dari seluruh hal harta milik, seperti yang menonjol dalam Lukas/Kisah Para Rasul. Dan perhatian bagi mereka yang hilang, juga mencakup Pekabaran Injil kepada segala bangsa dunia ini. Dalam periode yang berikut, umpamanya Filipus “memberitakan injil tentang Kerajaan Allah” (Kis. 8:12). Lukas 16:16 : “Hukum taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada Yohanes, dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan sebagai kabar baik.” Lukas dengan jelas mengabarkan dalm garis sejarah secara berikut: kebangkitan, waktu 40 hari (Kis. 1:3), kenaikan (Kis. 1:9-11).  Pemberitaan kabar mengenai Yesus yang sekaligus merupakan pemberitaan Kerajaan Allah, di titik beratkan dalam Kisah Para Rasul. Tidak hanya dalam Kisah Para Rasul tetapi juga dalam Lukas pemberitaan Kerajaan Allah sangat di tekankan, dengan perkataan yang seringkali mengalir dari pena redaktur. Ingatlah kepada nats-nats dari Lukas sebagai berikut : 4:43 “juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Kerajaan Allah sebagai Injil.” Kis. 1:3 Para murid di tugaskann untuk memberitakan Kerajaan Allah. Baik dalam injil maupun dalam Kisah Para Rasul, kabari baik mengenai Kerajaan Allah membawa sekaligus perwujudan dari apa yang di kabarkan. Ingatlaj kepada penyembuhan-penyembuhan, juga kepada tumbuhnya persekutuan Jemaat, dimana persekutuan Kerajaan Allah menjadi nyata.[30]
2.5.Refleksinya Dalam Kehidupan Ber-Gereja
Setelah Memahami arti dan makna serta Hakikat Kerajaan Allah dalam Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul yang dimana suasana damai bersama Allah. Pertama-tama Injil Lukas menggambarkan bahwa kerajaan Allah ditandai oleh pelayanan Yesus Kristus semasa di bumi secara Historis. Kerajaan Allah ini memberikan suasana yang presentris dan futuris, hal ini juga mempunyai tuntutan etis yang tegas (bnd. Luk 14:26). Sebagai warga Gereja yang baik seharusnya kita umat Kristiani hidup seperti makna panggilan kita. Kita telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang Kristus. Oleh karena itu kita harus memaknai serta turut mengaplikasikan hakikat panggilan tersebut secara konkrit dalam kehidupan ini. Kita mengetahui dengan jelas bahwa bahwa pemahaman tugas dan panggilan, yaitu koinonia, diakonia dan marturia. Tritugas panggilan ini merupakan realisasi hubungan gereja secara vertical kepada Kristus, sekaligus hubungan horizontal dengan sesama manusia di dunia ini.
Gereja adalah masyarakat Kerajaan itu, tetapi bukan Kerajaan itu sendiri. Murid-murid Yesus adalah milik Kerajaan itu sebagaimana Kerajaan itu adalah milik mereka; tetapi mereka bukanlah Kerajaan itu. Kerajaan adalah pemerintahan Allah, sedangkan gereja adalah masyarakat Manusia. Perjanjian Baru tidak menyamakan orang-orang percaya dengan Kerajaan itu. Para Misionaris pertama memberitakan Kerajaan Allah,bukan Gereja (Kis. 8:12; 19:8; 20:25; 28:23,31). Gereja adalah hasil dari kedatangan Kerajaan Allah ke dalam dunia oleh misi Yesus Kristus. Gereja tidak dapat membangun atau menjadi Kerajaan itu, melainkan menyaksikan Kerajaan itu tentang tindakan penebusan Allah di dalam Kristus, baik masa lampau maupun yang akan datang.
Yang perlu kita sadari selaku Gereja adalah mempersaksikan Yesus, dan karya-karyaNya adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepada Yesus. Roh Kudus telah diturunkan untuk memberikan kita kekuatan dalam mempersaksikan Injil, karena dengan mempersaksikan Injil, maka kita sudah menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini. Gereja memiliki tugas dan tanggung jawab yang penuh dalam pemberitaan Injil, bukan hanya untuk orang Kristen saja, melainkan juga untuk semua bangsa dan sampai keujung dunia. Memang bukanlah hal yang mudah untuk menjadi saksi Kristus terutama ditengah-tengah Negara yang Pluralis seperti Negara kita ini. Selain itu, dalam menyampaikan Injil Kristus, kita harus menyampaikan dengan benar. Dalam menyampaikan Injil, kita tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal duniawi yang akan membuat kita tidak lagi menyampaikan Injil yang benar melainkan justru menjadi menyampaikan Injil sesuai dengan apa yang kita terima (dipengaruhi dengan pendapatan yang kita terima). Dilain sisi juga perkembangan zaman sudah semakin menakutkan dalam hidup ini, seperti canggih-canggihnya teknologi sekarang, yang dimana iman setiap manusia mulai mati dan tak bertumbuh dan mulai melupakan Allah, karena merasa kecanggihan masa kini dapat menyampaikan Firman Tuhan yang tidak bermakna dalam hidup. Kita selaku Umat yang percaya dan juga terkhusus bagi pelayan-pelayan di Rumah Tuhan harus sanggup mengendalikan diri dan menjaga diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang melakukan penyembahan berhala. Hal terpenting yang harus kita ketahui adalah, meskipun kita akan mendapatkan banyak tantangan dalam menyampaikan Kristus dan Kerajaan Allah, kita tidak boleh takut, karena Tuhan akan selalu menyertai kita.
III.       Kesimpulan
Kerajaan Allah adalah teman pokok dari pemberitaan Yesus. Injil Lukas memahami bahwa kerajaan Allah adalah suasana yg menyenangkan bersama Allah. Raja dari kerajaan itu adalah Allah Bapa yang berada di Sorga. Pandangan mengenai kedatangan dari Kerajaan Allah ditegaskan oleh Yesus melalui pelayanan dan karya-Nya. “pada hari ini genaplah nats ini sewaktu kami mendengarnya” (Luk. 4:22). Bersamaan dengan kitab Kisah Para Rasul, yang dimana Kerajaan Allah itu dipandang dari segi karya-karya Yesus sampai pada kematian dan kebangkitan-Nya. Kerajaan Allah itu dipandang sebagai suatu yang ada dan yang akan ada. Ada karena Yesus lahir, dan hadir ditengah-tengah Kerajaan dunia, dan hal itu akan terus ada sampai pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya, dan Kerajaan Allah itu dipandang dari segi pemberitaan Injil keseluruh dunia. Kisah Kerajaan Allah itu sendiri akan dimulai dari kebangkitan, kenaikan-Nya Yesus serta penantian para murid akan turunnya Roh Kudus.
IV.       Daftar Pustaka
…., Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta: YKBK, 2003
Adelaja Sunday, Yesus yang Kau Kenal, Yogyakarta: ANDI, 2008
Bavinck J.H., Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2003
Bruce F.F., Ucapan Yesus Yang Sulit, Malang: SAAT, 1997
Conzelmann,Hans, The Theology Of St.Luke, trasl. Geoffrey Buswell, New York: Harper, 1961
Douglas,J.D., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid 2 M-Z, Jakarta: YKBK/OFM, 2007
Drane,John, Memahami Perjanjian Baru, (Pengantar Historis Teologis),Jakarta: BPK-GM, 1996
Geldenhuys,Norval, The New International Commentary on the New Testament The Gospel of Luke, Michigan: Grand Rapids, 1983
Green Joel B., Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul, Malang: Gandum Mas, 2005
Guthrie Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK-GM, 1999
Guthrie Donald, Teologia Perjanjian Baru II, Jakarta: BPK-GM, 2011
Guthrie,Donald, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK – GM, 1993
Harrison Everett F., Tafsiran Alkitab Wycliffe, Malang: Gandum Mas, 2013
Hunter A.M., Memperkenalkan Teologi Perjanjian Baru I, Jakarta: BPK-GM, 2010
Hunter A.M., Memperkenalkan Teologia Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977
Hunter A.M., Menafsir Perumpamaan-Perumpamaan Yesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980
Hunter A.M., Yesus Tuhan dan Juru Selamat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990
Kotynski, Edward A., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: LAI bekerja sama dengan KARTIDAYA, 2005
Ladd George Eldon, Teologi Perjanjian Baru Jilid I, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002
Marshall,I.H., “Injil Yohannes” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z), Jakarta: YKBK-OMF, 1995
Marxen Will, Pengantar Perjanjian Baru, terj. Stephen Suleeman, Jakarta: BPK-GM, 2006
Milne Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta: BPK-GM, 2003
Schreiner Thomas R., New Testament Theology, Yogyakarta: ANDI, 2015
Soedarmo,R., Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008
Song Choan-Seng, Yesus dan Pemerintahan Allah Jakarta: BPK-GM, 2010
Sutomo Adji A., Mengapa Kamu Menengadah Ke Langit?, Jakarta: BPK-GM, 2006




[1] J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid 2 M-Z, (Jakarta: YKBK/OFM, 2007), 294
[2] R.Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 43
[3] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: BPK – GM, 1993), 22
[4] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Pengantar Historis Teologis), (Jakarta: BPK-GM, 1996), 128
[5] Norval Geldenhuys, The New International Commentary on the New Testament The Gospel of Luke, (Michigan: Grand Rapids, 1983), 179
[6] I.H. Marshall, “Injil Yohannes” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z), (Jakarta: YKBK-OMF, 1995), 615
[7] Hans Conzelmann, The Theology Of St.Luke, trasl. Geoffrey Buswell, (New York: Harper, 1961), 114
[8] Edward A. Kotynski, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas,(Jakarta: LAI bekerja sama dengan KARTIDAYA, 2005),546-547
[9] A.M. Hunter, Memperkenalkan Teologia Perjanjian Baru , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977)15
[10] Ibid, 36
[11] Ibid, 37
[12] A.M. Hunter, Yesus Tuhan dan Juru Selamat, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1990), 75
[13] A.M. Hunter, Menafsir Perumpamaan-Perumpamaan Yesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 45
[14] Ibid, 49
[15] F.F. Bruce, Ucapan Yesus Yang Sulit, (Malang: SAAT, 1997), 52
[16] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid I, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002), 82
[17] Everett F.Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang: Gandum Mas, 2013), 517
[18] …., Tafsiran Alkitab Masa Kini, (Jakarta: YKBK, 2003), 341
[19] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta: BPK-GM, 1999), 450-452
[20] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 660-661
[21] Adji A. Sutomo, Mengapa Kamu Menengadah Ke Langit?, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 80-81
[22] Thomas R. Schreiner, New Testament Theology, (Yogyakarta: ANDI, 2015), 5
[23] Donald Guthrie, Teologia Perjanjian Baru II, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 43
[24] Will Marxen, Pengantar Perjanjian Baru, Terj. Stephen Suleeman, (Jakarta: BPK-GM, 2006) 202
[25]Choan-Seng Song, Yesus dan Pemerintahan Allah(Jakarta: BPK-GM, 2010),239-240
[26]Sunday Adelaja,Yesus yang Kau Kenal, ( Yogyakarta: ANDI, 2008),42-43
[27] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid I,135
[28] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 347
[29] Joel B. Green, Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul, (Malang: Gandum Mas, 2005), 204-205
[30] A.M.Hunter,Memperkenalkan Teologi Perjanjian BaruI,( Jakarta: BPK-GM,2010), 255-287 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar