ARTI, MAKNA DAN HAKEKAT KERAJAAN
ALLAH DALAM INJIL LUKAS DAN KISAH PARA RASUL & REFLEKSI / AKSI DALAM KEHIDUPAN BER-GEREJA
I.
Pendahuluan
Istilah tentang
Kerajaan Allah sudah sangat sering didengar apalagi pada masa Perjanjian Baru.
Inti dari semua pengajaran Yesus adalah tentang Kerajaan Allah. Dan hampir
disetiap yang ada di dalam Perjanjian Baru ada Istilah Kerajaan Allah untuk
menyatakan sesuatu hal yang akan dimiliki oleh setiap manusia dalam
kehidupannya. Setiap Injil memiliki pemahaman makna Kerajaan Allah yang
berbeda. Namun perbedaan dan makna itu menjadikan makna Kerajaan Allah semakin
jelas. Dan dalam sajian kali ini, penyaji akan memaparkan konsep Kerajaan Allah
itu menurut Lukas dan Kisah Para Rasul serta refleksinya dalam Kehidupan
Bergereja saat ini. Tuhan Yesus Memberkati.
II.
Pembahasan
2.1.
Apa Itu Kerajaan Allah?
2.1.1.
Secara
Umum Dalam Ke Kristenan
Matius
yang menulis kepada orang Yahudi memakai istilah Kerajaan Sorga, tetapi Markus
dan Lukas memakai istilah Kerajaan Allah, artinya sama dengan Kerajaan Sorga
tetapi lebih gampang dimengerti oleh Non-Yahudi. Pemakaian istilah Kerajaan
Sorga oleh Matius pasti disebabkan oleh kecenderungan Yahudi tidak mau menyebut
langsung nama Allah.[1]
Dalam
Pemberitaan Yesus dikatakan bahwa Kerajaan Allah “sudah dekat” malahan bahwa
Kerajaan Allah sudah datang (Bnd Mat.12:18). Yang terakhir ini dikatakan
sesudah Yesus menunjuk bahwa kuasa iblis yang mencengkram dunia telah
dikalahkan, jadi maksudnya ialah bahwa dengan Dia telah mulialah Kerajaan
Allah, bahwa dunia mulai diperbaiki Allah, seperti maksud Tuhan semula; dunia
tanpa dosa, dunia yang tunduk kepada perintah Allah. Hal ini adalah pemberitaan
Yesus dan perbuatannya.[2]
Dalam pemberitaan ini Ia menekankan bahwa Allah sendiri mendatangkan
KerajaanNya teristimewa dalam perumpamaan-perumpamaan yang dapat disebut
“Perumpamaan Kerajaan Allah”. Salah satu petunjuk mengenai apa sebenarnya yang
dimaksud oleh Yesus tentang apa itu sebenarnya Kerajaan Allah dapat dicari
dalam bahasa yang dipakainya. Sama seperti kitab-kitab lain dalam Perjanjian
Baru, kitab-kitab Injil ditulis dalam bahasa Yunani sehingga kita tidak
mempunyai catatan langsung mengenai kata-kata Aram yang dipakai Yesus. Tetapi
kata Yunani Baselia pun, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai
kerajaan
lebih sering berarti pemerintahan seorang raja daripada wilayah
kekuasaannya. Namun kata ini sekarang sudah umum disepakati bahwa istilah ini
tidak berarti suatu wilayah pemerintahan seorang raja melainkan perbuatan atau
aktivitas pemerintahan.[3] Ini
merupakan pengertian yang dinamis, yang cocok dengan penggunaan kerajaan dalam
bahasa Ibrani (bnd. Maz. 145:11, 13; 103:19). Menurut kebanyakan para ahli,
kata Aram yang dipakai oleh Yesus (malkuta)
jelas mempunyai arti demikian.[4]
Jadi dapat dikatakan bahwa Yesus berbicara tentang pemerintahan Allah sebagai
raja, dan bukan wilayah kekuasanNya. Indikasi pertama Kerajaan Allah adalah
kekuasaan Allah dan juga peraturan Allah didalam operasi penyelamatan disatu
sisi dan penghakiman pada sisi lain.[5]
2.1.2.
Makna
Kerajaan Allah Bagi Orang-Orang Yahudi Pada Umumnya
Kerajaan
Allah merupakan pokok iman agama Yahudi. Mereka telah menanti-nantikan
kedatangan seorang raja yang memerintah secara politik, karena yang Ia ingin
nyatakan adalah Kerajaan di mana Allah memerintah dan menjalankan pemerintahan.
Ungkapan Kerajaan Allah dalam pengharapan Yahudi mengandung unsur campuran
tangan Allah yang sungguh diharapkan untuk memulihkan umat-Nya. Kedatangan
Kerajaan Allah adalah perspektif masa depan yang dipersiapkan oleh kedatangan
mesias dalam mempersiapkan jalan bagi Kerajaan Allah.[6]
2.2.Arti
dan Makna Kerajaan Allah
2.2.1.
Lukas
Dalam
Injil Lukas secara garis besar dapat dibedakan antara 3 periode sejarah
keselamatan. Pertama PL, yaitu pada zaman kitab Taurat Musa dan Kitab Nabi-Nabi
dan kitab Mazmur (bnd. Luk. 24:44) atau zaman Hukum Taurat dan kitab para nabi.
Lukas 16:16 Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi berlaku sampai kepada Yohannes dan
sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan sebagai kabar baik. Disekitar Yohanes
periode berikutnya mulai, yaitu Periode Yesus Kristus. Periode Baru itu mulai
kapankah? Dengan memperhatikan Luk. 16:16, boleh dikatakan bahwa periode itu
ditandai dengan pemberitaan Kerajaan. Hal ini bahwa Yesus yang memulai
pengajaran tentang Kerajaan. Lukas mempertahankan pendapat ini secara tetap.
Dibandingkan dengan Yohanes tidak ada pesan yang mengatakan bahwa Kerajaan
Allah sudah dekat tetapi pesannya adalah Dia Sendiri.[7]
Lukas mempunyai kesadaran kuat bahwa sesudah kebangkitan dan kenaikan Tuhan
Yesus sejarah keselamatan manusia dilanjutkan. Sehubungan dengan itu, ia ingin
menghindarkan salah paham seakan-akan kedatangan pemerintahan Allah dalam
kemuliaan pasti dekat. Memang Lukas mengakui bahwa dalam Yesus Kristus,
pemerintahan Allah mendekati kita, tapi hal ini jangan dimengerti seakan-akan
kedatanganNya dalam kemuliaan pasti akan terjadi dalam waktu dekat. Untuk
menghindari pengertian yang salah, ia tidak mengambil alih beberapa perkataan
atau nats dari Markus. Pada Injil Lukas tidak ada perkataan “Kerajaan Allah
sudah dekat” seperti Markus 1:14 dan Matius 4:17.
Berdasarkan
Lukas 6:20 dikatakan bahwa berbahagialah hai kamu yang miskin, karena kamulah
yang empunya Kerajaan Allah. Kebahagiaan yang dimaksudkan disini bukanlah
kebahagiaan karena alasan duniawi, tetapi karena apa yang dibuat Allah kepada
orang yang bersangkutan. Perbuatan Allah yang membuat orang yang miskin menjadi
bahagia adalah karena Allah memberikan Kerajaannya menjadi milik orang miskin.
Jadi kebahagiaan itu berasal dari Allah. Kamulah yang empunya kerajaan perlu
diperhatikan bahwa menurut bahasa Yunaninya keadaan ini sudah berlangsung
sekarang, bukan pada masa yang akan datang dan Kerajaan Allah bukan berarti
suatu tempat tertentu tetapi suatu kehidupan dimana Allah memerintah dan
kehendakNya dilaksanakan, Yesus datang kedunia ini untuk mewujudkan kerajaan
ini, yang berarti menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberikan
pembebasan kepada orang-orang tawanan (bnd. Luk. 4:18-19). Jadi Kerajaan Allah
berarti segala sesuatu yang baik bagi kesejahteraan manusia.
Menurut
Lukas 17:20-37 kita dapat mengetahui tentang kedatangan Kerajaan Allah.
Berdasarkan perikop ini kita dapat bertanya kapan pemerintahan Allah dimulai?
Yesus menjelaskan keadaan ketika Allah memerintah. Kedatangan Kerajaan Allah
datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Orang-orang Farisi mau mengetahui waktu
tepat kapan Kerajaan Allah akan dimulai di dunia ini, dan mereka juga percaya bahwa
sebelum Kerajaan itu dimulai, akan ada
tanda-tanda luar biasa terjadi. Jadi ungkapan ini menjelaskan bahwa Allah akan
mulai memerintah, tetapi bukan dengan tanda-tanda yg orang dapat lihat terlebih
dahulu (ay. 20), juga orang tidak dapat mengatakan: lihat ia ada disini atau ia
ada disana, kata disana sini menunjuk kepada Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yg
dimaksud oleh Yesus tidak akan sesuai dengan bentuk kerajaan duniawi yang
dikenal oleh manusia. Kerajaan Allah walaupun nyata orang tidak bisa menunjukkan
batas-batasnya (ay. 21). Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu,
perlu diingat bahwa perkataan ini dikatakan Yesus kepada orang-orang Farisi.
Hal ini berarti bahwa melalui kehadiran Yesus di dunia Kerajaan Allah sudah ada
di tengah-tengah dunia. Sebab sesungguhnya Allah sudah mulai memerintah di
tengah-tengah kita didunia ini.[8]
Seperti
yang diketahui bahwa tema utama Injil-Injil sinoptis adalah tentang Kerajaan Allah.
Dengan tema ini Yesus memulai pemberitanNya; pokok ini merupakan inti
perumpamaanNya, Kerajaan Allah adalah pokok-pokok pembicaraannya pada perjamuan
malam. Ia hidup bekerja dengan mengingat kepada Kerajaan Allah.[9]
Adapun makna Kerajaan adalah sbb :
1.
Kerajaan
Allah ada didalam Pelayanan Yesus
Jadi
Kerajaan itu pertama-tama adalah benih Allah bukan perbuatan manusia. Allah yang
memerintah dan menebus, adalah pemerintahanNya yang nyata berlaku dalam urusan
manusia, Allah yang mengunjungi dan menebus umatNya, sebagaimana dijanjikan pada
waktu dahulu. Yesus menganggap pelayananNya yang berkuasa itu sebagai
tanda-tanda bagi mereka yang mempunyai mata untuk melihat (bnd Luk. 7:22-23;
10:23-24).[10]
2.
Raja
dalam kerajaan itu adalah Bapa
Kebenaran
tentang kerajaan yang paling agung adalah bahwa rajanya adalah seorang Bapa.
Bapa …… datanglah KerajaanMu. Ia mengajar murid-muridNya untuk berdoa (Luk
11:2), dan Ia juga berkata kepada mereka supaya meraka jangan takut karena Bapa
menentukan Kerajaan itu bagiKu (bnd Luk 22:29).[11]
Selain itu dalam Lukas 12:32, dikatakan, jangan takut karena Bapamu telah
berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Disini kita harus meluruskan pandangan
dari kesalahpahaman tentang Yesus yang datang dan mengumumkan di muka umum,
bahwa Allah adalah Bapamu dan kamu semua adalah saudara.[12]
3.
Kerajaan
mengandung pola hidup yang baru
Ucapan-ucapan
bahagia yang ada pada permulaan Khotbah dibukit dan yang merupakan inti sarinya
memperlihatkan bagaimana eskatologi dapat sejalan dengan Etika. Melalui mereka
terdengar penegasan bahwa nubuatan-nubuatan telah digenapi, bahwa pemerintahan
Allah telah disini. Apa yang dibuat Yesus di dalamNya adalah melukiskan etik
kasih karunia.[13]
4.
Kerajaan
ini dipusatkan pada Kristus
Dari
Luk. 15:4-7, seolah-olah Ia mengatakan, ya Akulah Gembala dari Allah yang telah
datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (bnd. Luk. 19:10). Apabila
suatu perumpamaan berbicara tentang Kerajaan, maka Yesus ada tersembunyi di
balik istilah kerajaan itu, sebagai isinya yang rahasia. Jadi baik ucapan bahagia
maupun perumpamaan-perumpamaan dimuati bukan hanya dengan rahasia tentang
kerajaan tetapi juga dengan rahasia tentang Yesus.[14]
5.
Kerajaan
Allah sudah datang namun masih akan disempurnakan
Hal
ini jelas termuat dalam Doa Bapa Kami (bnd Luk.11) Kehadiran Kerajaan Allah
nampak melalui pelayananNya yang penuh belas kasihan dan kuasa, terutama atas
penyembuhan atas orang-orang yang dirasuk setan kataNya “jika” Aku mengusir
setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang
kepadamu (Luk. 11:20). Yesus memandang pelayanNya sebagai suatu penggenapan
dari PL dalam sejarah. Hal ini cukup jelas dalam 2 pembacaan didalam rumah
ibadah Yahudi di Nazaret, Yesus membaca nubuat Mesias dari Yes. 61:1-2 mengenai
kedatangan Dia yang diurapi, untuk memberitakan tahun Tuhan dan kemudian dengan
sungguh-sungguh Ia menegaskan pada hari ini genaplah nats itu sewaktu kamu
mendengarnya (Luk. 4:21). Tetapi kerajaan Allah belum datang dengan kuasa
seperti yang bakal terjadi suatu saat dimasa yang akan datang.[15]
Kedatangan akan Kerajaan Allah berarti persekutuan yang sempurna dengan Allah
dalam pesta Mesias (Luk. 13:28-29).[16]
2.2.2.
Kisah
Para Rasul
Dalam
adat budaya orang-orang Yahudi abad pertama, Kerajaan Allah berarti suatu
kerajaan Israel yang bersifat politik, yang dalam arti pada suatu titik
tertentu orang-orang Yahudi bersedia untuk memaksa Yesus menjadi Raja mereka.
Namun misi Yesus bukanlah untuk mendatangkan kerajaan dengan kemegahan duniawi
tetapi dengan kuasa Rohani. Hal ini adalah sesuatu yang sulit dipahami oleh
murid.[17]
Dalam kitab Kisah Para Rasul 1:3, Yesus menunjukkan diriNya kepada para rasul
bahwa Ia hidup. Hal ini terlihat jelas karena selama 40 hari, Ia berulang-ulang
menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Allah. Kedatangan
Kerajaan Allah ini terlihat dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, kematian, dan
kebangkitan Yesus serta memberitakan Injil Kerajaan Allah itu sendiri, hal
inilah yang memperjelas kepada para murid hubungan antara kesengsaraan dan
kemenangan Yesus dengan berita Kerajaan Allah.[18]
Selanjutnya, Yesus yang telah bangkit memerintahkan murid-muridNya untuk
tinggal di Yerusalem sampai mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus dalam waktu yang
tidak lama lagi (Kis 1:5). Kemudian dalam ayatnya yang ke 9 dikatakan,
“terangkatkatlah Ia disaksikan oleh mereka dan awan menutup-Nya dari pandangan
mereka”. Dari peristiwa ini, kita dapat memberi kesan bahwa seolah-olah alam
semesta terdiri dari 3 lapisan. Peristiwa kenaikan Yesus menimbulkan penafsiran
mula-mula oleh orang Kristen, yaitu seperti yang terdapat dalam Kis. 2:33
dikatakan bahwa Allah telah meninggikan Yesus dengan memberikanNya kedudukan di
sebelah kanan Allah, dan sebagai akibatnya maka dicurahkanlah Roh Kudus.
Kemudian dalam Kis. 3:21, Yesus digambarkan sebagai orang “yang harus tinggal
disorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu”.[19]
Yesus tidak mau berbicara panjang lebar tentang Kerajaan Allah kepada murid-Nya
dan dengan tegas Yesus katakan tentang apa yang harus diperbuat oleh para murid
Yesus: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, yaitu Roh Kudus turun ke atas kamu,
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria,
dan sampai ke ujung bumi.” Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa para murid tidak
boleh tinggal diam dan menantikan Kerajaan Allah. Mereka harus menjadi saksi
dan harus berangkat keseluruh dunia untuk memberitakan Yesus. Dengan demikian
turunlah Kerajaan Allah ke atas seluruh dunia.[20]
Selain
itu, istilah “Kerajaan Allah” muncul dua kali secara eksplisit dalam kitab
Kisah Para Rasul 28:23 dan 31, dimana hal ini merupakan pemberitaan Paulus di
Roma. Dalam konteks ini Kerajaan Allah disertai dengan berita tentang Yesus,
dalam artian bahwa Kerajaan Allah dipandang sudah hadir melalui diri Yesus.
Dalam Proses kenaikan Yesus, Kerajaan Allah terlihat dalam dua dimensi, yaitu
dimensi “sudah hadir” dan dimensi “akan hadir”. Dalam hal ini yang dikatakan
yaitu bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di bumi dan
akan terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatangannya kembali kebumi.
Namun, didalam kitab ini secara Implisit “Kerajaan Allah” juga diungkapkan
bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara penuh (Kis. 28:20), yang
menunjukkan sifat dari Kerajaan Allah itu sendiri.[21]
Sehingga hal yang menonjol dalam kitab Kisah Para Rasul yaitu penggenapan janji
Allah melalui pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh yang dikaruniakan
pada hari Pentakosta menjadi tanda keselamatan Allah dan penggenapan janji
akhir zaman. Dalam kitab ini juga dipandang bagaimana Roh Kudus berkaitan
dengan Kerajaan Allah, dimana Roh Kudus menjadi tanda penyempurnaan rencana
Allah.[22]
Kerajaan Allah dalam Kitab Kisah Para Rasul disejajarkan dengan Injil kasih
karunia Allah, dimana Paulus memberitakan tentang Kerajaan Allah dan juga
mengajarkan tentang Yesus kepada semua orang yang datang padanya (Kis. 28:31).[23]
Makna
kerajaan Allah dalam Kisah Para Rasul adalah terjadi ketika Yesus terangkat
kesorga dan memberikan kuasa kepada para murid-muridNya sehingga mereka
melanjutkan kembali tugas Yesus yang telah dilakukanNya selama Ia ada di dunia
ini (Kis. 1:8). Inilah yg menjadi inti pokok dari Kisah Para Rasul yaitu para
murid-murid akan menjadi saksi-saksi Yesus di Yerusalem ke Roma, tempat Paulus
memberitakan Kerajaan Allah dan hal-hal mengenai Tuhan Yesus Kristus tanpa
halangan (Kis. 23:31).[24]
2.3.Hakekat
Kerajaan Allah
2.3.1.
Lukas
Cara
Yesus hidup dan melaksanakan pelayananNya adalah kesaksian yang kuat bagi
pemerintahan Allah yang sudah hadir di dalam komunitas manusia. Kepada
orang-orang farisi yang mengharapkan tanda-tanda Apokaliptik dari pemerintahan
Allah, Yesus berkata, “sesungguhnya pemerintahan Allah ada di antara kamu”
(Lukas 17:21). Kata depan “di antara” adalah terjemahan dari kata Yunani entos, yang dapat berarti “di dalam ”
atau “di antara”. Tetapi, “di antara” dianggap lebih tepat karena dalam konteks
sekarang ini, terjemahan ‘di dalam’ akan berarti bahwa di dalam jawaban
terhadap pertanyaan orang-orang Farisi tentang kapan Kerajaan Allah itu akan
datang (Luk 17:20). Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa jawaban Yesus itu
bahwa pemerintahan Allah ada di antara kamu “harus di pahami bahwa suatu hari
mereka akan menemukan bahwa Kerajaan Allah tiba-tiba dan secara tidak di
sangka-sangka ada di tengah-tengah mereka”.[25]
Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus
menjawab, kataNya “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah,juga orang
tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada disini atau ia ada di sana! Sebab
sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk 17:20-21). Yesus berbicara
kepada orang Farisi (yang berfikir bahwa mereka memiliki pengetahuan akan
Kerajaan Allah itu). Yesus berkata Kerajaan Allah bukanlah fisik dan kasat mata
dan tidak datang seperti yang mansuia pikirkan. Namun, Yesus mengatakan kepada
mereka bahwa Kerajaan Allah tidak datang dengan cara demikian. Di katakan di
dalam Alkitab bahwa di mana pun Yesus berada, kemana pun Dia pergi, Kerajaan
Allah akan dinyatakan di sana.[26]
Allah dapat memberikan
Kerajaan itu kepada manusia (Luk 12:32) tetapi manusia tidak dapat mengambil
kembali dari sesamanya, meskipun mereka menghalangi orang lain memasukinya.
Manusia dapat menerima Kerajaan itu (Luk 18:17) tetapi mereka tidak pernah
mendirikannya. Manusia dapat menolak Kerajaan itu, yaitu menolak untuk menerimanya
(Luk 10:11), tetapi tidak dapat menghancurkannya, mereka dapat menantikannya
(Luk 23:51) dan mencarinya (Luk 12:31) tetapi tidak dapat membawanya. Manusia
mungkin ada di dalam Kerajaan itu (Luk 13:29) tetapi kita tidak diberitahu
bahwa Kerajaan itu tumbuh. Manusia dapat melakukan sesuatu demi Kerajaan itu
(Luk 12:29), tetapi mereka tidak dapat bertindak atas Kerajaan itu sendiri.
Manusia dapat memberitakan Kerajaan itu (Luk 10:9), tetapi hanya Allah yang
dapat memberikannya kepada manusia (Luk 12:32).[27]
2.3.2.
Kisah
Para Rasul
Jemaat
mula-mula lahir dikota Yerusalem dan jemaat ini sangat merindukan kekuatan dari
atas seperti yang dijanjikan Yesus sebagai penghibur (Roh Kudus). Mengingat
Yesus telah memberikan amanat kepada mereka, maka mereka sangat tekun berdoa
bahkan tiap-tiap hari berkumpul untuk memohon pimpinan Tuhan. Kelahiran jemaat
mula-mula ditandai dengan hari turunnya Roh Kudus atau hari Pentakosta sesuai
dengan janji daripada Yesus (Kis. 1:15). Situasi jemaat disini sangat harmonis
yg memiliki pola hidup yang tekun, bersatu dan rukun serta belajar tentang
Injil dan kebenaran akan Yesus Kristus yang telah bangkit. Kemudian Injilpun
disebarkan oleh para Rasul-rasul bukan hanya kepada orang-orang Yahudi saja
tetapi juga kepada orang-orang non Yahudi yang kemungkinan besar akan salah
tafsir mengenai Kerajaan Allah itu dan ini sudah disebutkan oleh Yesus
sebelumnya (Mark. 10:42-43). Contohnya adalah “Keselamatan” (Kis. 16:30-31) dan
“Persekutuan didalam Kristus”. Kalau yang dimaksudkan adalah Kerajaan Allah,
biasanya penggenapannya pada waktu yang akan datang pada akhir zaman (Kis.
1:6). Kalau yang dibicarakan adalah kerajaan yang sudah tiba, itu dilihat
sebagai kerajaan Kristus yang kita capai oleh Roh Kudus. Dengan demikian arti
mendalam tentang kerajaan Allah yaitu kedaulatan Allah dalam Perjanjian Lama yang
kini berganti kepada Pribadi Yesus yang menjalan pemerintahan Allah disebelah
kanan Allah melalui Roh Kudus (Kis. 2:33). Karena itu kerajaan Allah kini dialami
manusia melalui pelayanan Roh Kudus, yang atas dasar pekerjaan Kristus membawa
kehidupan dalam kemuliaan pada zaman yang akan datang kedalam zaman sekarang.[28]
Menurut
aliran besar Yudaisme yang dipengaruhi oleh eskatologi apokaliptis, Kerajaan
Allah itu merupakan suatu realitas masa depan yang akan diteguhkan oleh Allah
sendiri. Sedangkan kaum Zelot, berusaha untuk bekerjasama dengan Allah dalam
rangka menghadirkan Kerajaan Allah itu. Perspektif mereka ini membuat mereka
menggunakan cara-cara kekerasan yang jauh lebih intens demi membebaskan diri
mereka dari sendiri serta seluruh Israel dari penguasaan “duniawi” (maksudnya
oleh bangsa asing). Ada satu sekte Yahudi lain yang mengambil pendekatan lebih
berbeda lagi. Orang-orang Qumran memisahkan diri mereka dari arus utama
Yudaisme, namun mereka tetap berpengharapan bahwa pada suatu hari kelak Allah
akan menegakkan pemerintahanNya. Disisi lain orang-orang Qumran kelihatannya
sepaham dengan orang Zelot tentang pandangan mereka mengenai Kerajaan Allah
dengan peperangan. Sedangkan orang-orang sezaman dengan Yesus percaya bahwa
Yahweh adalah Raja dan bahwa waktunya akan tiba ketika Ia memproklamasikan,
“Saatnya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat”. Dan sejak saat itu Yesus
hendak menghubungkan pelayananNya dengan pengharapan masa lalu terhadap
Kerajaan Allah yang telah lama dinantikan (namun sekarann telah digenapi),
tetapi juga menunjuk kepada kedatangan Kerajaan dimasa depan. Bila kita merasa
bahwa apa yang diproklamasikan Yesus ini tidak kelihatan “mirip” dengan
Kerajaan Allah, maka penjelasannya dapat kita temukan dalam pemahamanNya tentang
kerajaan Allah itu hadir: Kerajaan itu telah hadir sekaligus juga sedang menuju
penggenapan. Karena itu bila kita hendak menjelaskan hakikat dari Kerajaan
Allah yang diproklamasikan Yesus, kita tidak perlu memilih satu diantara dua
pemahaman berikut: Pemahaman bahwa Kerajaan Allah itu telah hadir sekarang atau
pemahaman bahwa Kerajaan itu baru hadir di masa depan.[29]
2.4.Persamaan
Lukas dan Kisah Para Rasul
Dari Kisah Para Rasul 1:1 dan juga
dari gaya bahasa yang sama, jelas sekali bahwa Injil Lukas dan Kisah Para Rasul
berasal dari pengarang yang sama. Yesus berjalan “untuk memberitahukan dan mengabarkan Kerajaan Allah sebagai kabar
baik.” Hal ini juga di ucapkan langsung dalam Lukas 8:1-3. Pemerintahan
Allah adalah pada akhirnya satu-satunya pokok pemberitaan Yesus (bnd. Kis. 1:3;
8:12; 20:25; 28:23; 31). Dalam Kisah Para Rasul, pemberitahuan kabar baik di
salah satu kota biasanya mulai dalam rumah-rumah ibadat Yahudi (Kis. 9:20;
13:5;14:1;17:1;10;17;18:4;19;26;19:8). Baik dalam Lukas maupun dalam Kisah Para
Rasul jelas bahwa kabar baik pertama-tama di alamatkan kepada umat Allah yaitu
orang yang berkumpul didalam rumah-rumah ibadat Yahudi. Allah dalam
pemerintahanNya memperhatikan secara khusus “orang miskin dan orang yang
hilang”. Pembahasan orang miskin tidak dpat dilepaskan dari seluruh hal harta
milik, seperti yang menonjol dalam Lukas/Kisah Para Rasul. Dan perhatian bagi
mereka yang hilang, juga mencakup Pekabaran Injil kepada segala bangsa dunia
ini. Dalam periode yang berikut, umpamanya Filipus “memberitakan injil tentang
Kerajaan Allah” (Kis. 8:12). Lukas 16:16 : “Hukum taurat dan kitab para nabi
berlaku sampai kepada Yohanes, dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan
sebagai kabar baik.” Lukas dengan jelas mengabarkan dalm garis sejarah secara
berikut: kebangkitan, waktu 40 hari (Kis. 1:3), kenaikan (Kis. 1:9-11). Pemberitaan kabar mengenai Yesus yang
sekaligus merupakan pemberitaan Kerajaan Allah, di titik beratkan dalam Kisah
Para Rasul. Tidak hanya dalam Kisah Para Rasul tetapi juga dalam Lukas
pemberitaan Kerajaan Allah sangat di tekankan, dengan perkataan yang seringkali
mengalir dari pena redaktur. Ingatlah kepada nats-nats dari Lukas sebagai
berikut : 4:43 “juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Kerajaan Allah
sebagai Injil.” Kis. 1:3 Para murid di tugaskann untuk memberitakan Kerajaan
Allah. Baik dalam injil maupun dalam Kisah Para Rasul, kabari baik mengenai
Kerajaan Allah membawa sekaligus perwujudan dari apa yang di kabarkan. Ingatlaj
kepada penyembuhan-penyembuhan, juga kepada tumbuhnya persekutuan Jemaat,
dimana persekutuan Kerajaan Allah menjadi nyata.[30]
2.5.Refleksinya
Dalam Kehidupan Ber-Gereja
Setelah
Memahami arti dan makna serta Hakikat Kerajaan Allah dalam Injil Lukas dan
Kitab Kisah Para Rasul yang dimana suasana damai bersama Allah. Pertama-tama
Injil Lukas menggambarkan bahwa kerajaan Allah ditandai oleh pelayanan Yesus Kristus
semasa di bumi secara Historis. Kerajaan Allah ini memberikan suasana yang
presentris dan futuris, hal ini juga mempunyai tuntutan etis yang tegas (bnd.
Luk 14:26). Sebagai warga Gereja yang baik seharusnya kita umat Kristiani hidup
seperti makna panggilan kita. Kita telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju
terang Kristus. Oleh karena itu kita harus memaknai serta turut mengaplikasikan
hakikat panggilan tersebut secara konkrit dalam kehidupan ini. Kita mengetahui
dengan jelas bahwa bahwa pemahaman tugas dan panggilan, yaitu koinonia,
diakonia dan marturia. Tritugas panggilan ini merupakan realisasi hubungan
gereja secara vertical kepada Kristus, sekaligus hubungan horizontal dengan
sesama manusia di dunia ini.
Gereja
adalah masyarakat Kerajaan itu, tetapi bukan Kerajaan itu sendiri. Murid-murid
Yesus adalah milik Kerajaan itu sebagaimana Kerajaan itu adalah milik mereka;
tetapi mereka bukanlah Kerajaan itu. Kerajaan adalah pemerintahan Allah,
sedangkan gereja adalah masyarakat Manusia. Perjanjian Baru tidak menyamakan
orang-orang percaya dengan Kerajaan itu. Para Misionaris pertama memberitakan
Kerajaan Allah,bukan Gereja (Kis. 8:12; 19:8; 20:25; 28:23,31). Gereja adalah
hasil dari kedatangan Kerajaan Allah ke dalam dunia oleh misi Yesus Kristus. Gereja
tidak dapat membangun atau menjadi Kerajaan itu, melainkan menyaksikan Kerajaan
itu tentang tindakan penebusan Allah di dalam Kristus, baik masa lampau maupun
yang akan datang.
Yang
perlu kita sadari selaku Gereja adalah mempersaksikan Yesus, dan karya-karyaNya
adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepada
Yesus. Roh Kudus telah diturunkan untuk memberikan kita kekuatan dalam
mempersaksikan Injil, karena dengan mempersaksikan Injil, maka kita sudah
menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini. Gereja memiliki tugas
dan tanggung jawab yang penuh dalam pemberitaan Injil, bukan hanya untuk orang
Kristen saja, melainkan juga untuk semua bangsa dan sampai keujung dunia.
Memang bukanlah hal yang mudah untuk menjadi saksi Kristus terutama
ditengah-tengah Negara yang Pluralis seperti Negara kita ini. Selain itu, dalam
menyampaikan Injil Kristus, kita harus menyampaikan dengan benar. Dalam
menyampaikan Injil, kita tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal duniawi yang akan
membuat kita tidak lagi menyampaikan Injil yang benar melainkan justru menjadi
menyampaikan Injil sesuai dengan apa yang kita terima (dipengaruhi dengan
pendapatan yang kita terima). Dilain sisi juga perkembangan zaman sudah semakin
menakutkan dalam hidup ini, seperti canggih-canggihnya teknologi sekarang, yang
dimana iman setiap manusia mulai mati dan tak bertumbuh dan mulai melupakan
Allah, karena merasa kecanggihan masa kini dapat menyampaikan Firman Tuhan yang
tidak bermakna dalam hidup. Kita selaku Umat yang percaya dan juga terkhusus
bagi pelayan-pelayan di Rumah Tuhan harus sanggup mengendalikan diri dan
menjaga diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang melakukan penyembahan
berhala. Hal terpenting yang harus kita ketahui adalah, meskipun kita akan
mendapatkan banyak tantangan dalam menyampaikan Kristus dan Kerajaan Allah,
kita tidak boleh takut, karena Tuhan akan selalu menyertai kita.
III.
Kesimpulan
Kerajaan
Allah adalah teman pokok dari pemberitaan Yesus. Injil Lukas memahami bahwa
kerajaan Allah adalah suasana yg menyenangkan bersama Allah. Raja dari kerajaan
itu adalah Allah Bapa yang berada di Sorga. Pandangan mengenai kedatangan dari
Kerajaan Allah ditegaskan oleh Yesus melalui pelayanan dan karya-Nya. “pada
hari ini genaplah nats ini sewaktu kami mendengarnya” (Luk. 4:22). Bersamaan
dengan kitab Kisah Para Rasul, yang dimana Kerajaan Allah itu dipandang dari
segi karya-karya Yesus sampai pada kematian dan kebangkitan-Nya. Kerajaan Allah
itu dipandang sebagai suatu yang ada dan yang akan ada. Ada karena Yesus lahir,
dan hadir ditengah-tengah Kerajaan dunia, dan hal itu akan terus ada sampai
pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya, dan Kerajaan Allah itu dipandang dari
segi pemberitaan Injil keseluruh dunia. Kisah Kerajaan Allah itu sendiri akan
dimulai dari kebangkitan, kenaikan-Nya Yesus serta penantian para murid akan
turunnya Roh Kudus.
IV.
Daftar
Pustaka
….,
Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta:
YKBK, 2003
Adelaja
Sunday, Yesus yang Kau Kenal, Yogyakarta:
ANDI, 2008
Bavinck
J.H., Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian
Baru, Jakarta: BPK-GM, 2003
Bruce
F.F., Ucapan Yesus Yang Sulit,
Malang: SAAT, 1997
Conzelmann,Hans,
The Theology Of St.Luke, trasl. Geoffrey
Buswell, New York: Harper, 1961
Douglas,J.D.,
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid 2
M-Z, Jakarta: YKBK/OFM, 2007
Drane,John,
Memahami Perjanjian Baru, (Pengantar
Historis Teologis),Jakarta: BPK-GM, 1996
Geldenhuys,Norval,
The New International Commentary on the
New Testament The Gospel of Luke, Michigan: Grand Rapids, 1983
Green
Joel B., Memahami Injil-Injil dan Kisah
Para Rasul, Malang: Gandum Mas, 2005
Guthrie
Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:
BPK-GM, 1999
Guthrie
Donald, Teologia Perjanjian Baru II,
Jakarta: BPK-GM, 2011
Guthrie,Donald,
Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta:
BPK – GM, 1993
Harrison
Everett F., Tafsiran Alkitab Wycliffe,
Malang: Gandum Mas, 2013
Hunter
A.M., Memperkenalkan Teologi Perjanjian
Baru I, Jakarta: BPK-GM, 2010
Hunter
A.M., Memperkenalkan Teologia Perjanjian
Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977
Hunter
A.M., Menafsir Perumpamaan-Perumpamaan
Yesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980
Hunter
A.M., Yesus Tuhan dan Juru Selamat, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1990
Kotynski,
Edward A., Pedoman Penafsiran Alkitab
Injil Lukas, Jakarta: LAI bekerja sama dengan KARTIDAYA, 2005
Ladd
George Eldon, Teologi Perjanjian Baru
Jilid I, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002
Marshall,I.H.,
“Injil Yohannes” dalam Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z), Jakarta: YKBK-OMF, 1995
Marxen
Will, Pengantar Perjanjian Baru, terj.
Stephen Suleeman, Jakarta: BPK-GM, 2006
Milne
Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta:
BPK-GM, 2003
Schreiner
Thomas R., New Testament Theology,
Yogyakarta: ANDI, 2015
Soedarmo,R.,
Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008
Song
Choan-Seng, Yesus dan Pemerintahan Allah
Jakarta: BPK-GM, 2010
Sutomo
Adji A., Mengapa Kamu Menengadah Ke
Langit?, Jakarta: BPK-GM, 2006
[1] J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid 2 M-Z,
(Jakarta: YKBK/OFM, 2007), 294
[2] R.Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 43
[3] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: BPK
– GM, 1993), 22
[4] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Pengantar Historis Teologis), (Jakarta:
BPK-GM, 1996), 128
[5] Norval Geldenhuys, The New International Commentary on the New
Testament The Gospel of Luke, (Michigan: Grand Rapids, 1983), 179
[6] I.H. Marshall, “Injil Yohannes” dalam Ensiklopedia Alkitab
Masa Kini Jilid II (M-Z), (Jakarta: YKBK-OMF, 1995), 615
[7] Hans Conzelmann, The Theology Of St.Luke, trasl. Geoffrey
Buswell, (New York: Harper, 1961), 114
[8] Edward A. Kotynski, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas,(Jakarta:
LAI bekerja sama dengan KARTIDAYA, 2005),546-547
[9] A.M. Hunter, Memperkenalkan Teologia Perjanjian Baru ,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977)15
[10] Ibid, 36
[11] Ibid, 37
[12] A.M. Hunter, Yesus Tuhan dan Juru Selamat, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1990),
75
[13] A.M. Hunter, Menafsir Perumpamaan-Perumpamaan Yesus, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1980), 45
[14] Ibid, 49
[15] F.F. Bruce, Ucapan Yesus Yang Sulit, (Malang: SAAT, 1997), 52
[16] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid I,
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002), 82
[17] Everett F.Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang:
Gandum Mas, 2013), 517
[18] …., Tafsiran Alkitab Masa Kini, (Jakarta: YKBK, 2003), 341
[19] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta:
BPK-GM, 1999), 450-452
[20] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru,
(Jakarta: BPK-GM, 2003), 660-661
[21] Adji A. Sutomo, Mengapa Kamu Menengadah Ke Langit?,
(Jakarta: BPK-GM, 2006), 80-81
[22] Thomas R. Schreiner, New Testament Theology, (Yogyakarta:
ANDI, 2015), 5
[23] Donald Guthrie, Teologia Perjanjian Baru II, (Jakarta:
BPK-GM, 2011), 43
[24] Will Marxen, Pengantar Perjanjian Baru, Terj. Stephen Suleeman, (Jakarta:
BPK-GM, 2006) 202
[25]Choan-Seng Song, Yesus dan Pemerintahan Allah(Jakarta:
BPK-GM, 2010),239-240
[26]Sunday Adelaja,Yesus yang Kau Kenal, ( Yogyakarta:
ANDI, 2008),42-43
[27] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid I,135
[28] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM,
2003), 347
[29] Joel B. Green, Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul,
(Malang: Gandum Mas, 2005), 204-205
[30] A.M.Hunter,Memperkenalkan Teologi Perjanjian BaruI,( Jakarta: BPK-GM,2010),
255-287
Tidak ada komentar:
Posting Komentar