Senin, 13 Mei 2019




KATEKETIKA
I.                   Pendahuluan
Kateketika merupakan suatu pengajaran yang dilakukan kepada setiap anak, dalam pelajaran kateketika ini gereja sangat berperan penting dan bertanggung jawab dalam memberikan suatu pengajaran baik itu anak, remaja, dewasa, bahkan lansia. Pelajaran kateketika ini bertujuan untuk membangunkan kedewasaan seseorang serta mendewasakan seseorang dalam pengenalan Yesus Kristus. Dalam hal ini penyaji akan menjelaskan pengertian kateketika, tujuan kateketika, tugas kateketika, dan bahan-bahan kateketika. Semoga sajian ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Kateketika
Kateketika berasal dari kata kerja Yunani yaitu katekhein yang diartikan memberitahukan dari atas ke bawah dan juga mengajarkan.[1] Menurut kamus besar bahasa Indonesia kateketika adalah pelajaran dalam ilmu agama Kristen.[2] Kateketika adalah wadah pembinaan dan pendidikan umat gereja untuk kelak mengakui imannya dihadapan Allah dengan disaksikan oleh jemaat-Nya.[3] Istilah ini sudah lama dipakai untuk pelajaran yang diberikan kepada siapa saja yang mau menerima dan mengakui iman Kristen. Secara sistematis ajaran Kristen dilayankan kepada orang yang disebut “katekumen”. Dengan mengikuti kateketika maka mereka akan mulai mengerti apa artinya menjadi Kristen.[4]


2.2.Sejarah Kateketika
a.      Dalam Abad Pertama
Kira-kira pada akhir abad pertama, bahan-bahan katekese Gereja Purba makin bertambah banyak dan waktu persiapan juga makin bertambah lama. Hal itu antara lain nyata dari salah satu katekismus yang dipakai oleh jemaat-jemaat Purba pada waktu itu, yaitu “Didakhe” (ajaran keduabelas rasul). Ketekismus ini berasal dari lingkungan orang-orang Kristen Yahudi yang ditulis sekitar tahun 100. Isinya terdiri dari: kedua jalan (hukum-hukum untuk hidup orang Kristen), petunjuk-petunjuk liturgis untuk pelayanan baptisan dan perjamuan malam (diselingi oleh puasa dan Doa Bapa Kami), peraturan-peraturan untuk hidup jemaat dan pejabat-pejabatnya, dan nasihat yang bersifat eskatologis (untuk berjaga-jaga). Secara formal isi “didakhe” banyak bersamaan dengan bahan bimbingan (pengajaran) Yahudi yaitu Torah, doa hari raya Yahudi, pengakuan iman tetapi secra esensial ia sama sekali baru, karena ia dijiwai oleh pengakuan akan Kristus sebagai Juruselamat.
b.      Dalam Abad kedua
Pada abad ini gereja makin berkembang dan memperoleh bentuk-bentuk tertentu sebagai katekumenat. Katekumenat gereja terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama adalah ketekumin-ketekumin (pengikut-pengikut katekumenat). Bagian yang kedua adalah calon-calon baptisan. Kalau ada orang yang mau menjadi anggota gereja, ia tidak begitu saja diterima untuk dibaptis. Ia mula-mula harus menjadi katekumin. Katekumin mempunyai kedudukan yang khusus dalam gereja. Pada lain pihak mereka dianggap sebagai anggota gereja. Gereja menuntut supaya mereka oleh hidup mereka membuktikan bahwa mereka benar-benar anggota gereja. Karena itu siapa yang ingin mengikuti ketekumenat, harus pergi dulu kepada uskup atau kepada katekit (pemimpin katekumenat) untuk mencatat namanya.
c.       Dalam Abad Pertengahan
Dalam abad ini katekese gereja makin lama makin mendangkal. Hal ini disebabkan karena pembatisan anak-anak telah dipraktekkan dimana-mana. Oleh praktik ini pengajaran katekese tidak diberikan lagi kepada anak-anak dari keluarga-keluarga Kristen. Sebab menurut tradisi pada waktu itu katekese hanya di untukkan bagi orang-orang yang berpindah dan berpindah dari agama kafir ke agama Kristen sebagai persiapan untuk menjadi anggota gereja. Unsur yang penting dari katekse yaitu pengakuan iman, hukum, doa, dan sakramen-sakramen.[5]  
2.3.Kateketika Menurut Para Tokoh
1.      Menurut Calvin
Calvin mengatakan bahwa kateketika merupakan suatu pengajaran yang sangat penting dan harus didorong kuat oleh gereja itu sendiri. Di dalam kateketika gereja wajib membentang di hadapan mereka kebenaran dan keindahan iman Kristen tentang panggilan Tuhan.[6]
2.      Menurut Luther
Luther berpendapat bahwa kateketika adalah keluarga, orangtua yang berkewajiban mendidik anak-anak mereka menurut Firman dan hukum-hukum Allah, dan membimbing mereka kepada Kristus dan juga harus ditugaskan kepada sekolah-sekolah untuk menyebarluaskan agama Kristen.[7]
2.4.Kateketika Dalam Perjanjian Lama
Salah satu pelayanan yang paling tua dan yang paling banyak dipakai oleg gereja-gereja adalah pelayanan kateketika. Kateketika dikatakan sebagai pelayanan yang paling tua dikarenakan kateketika gerejawi berasal dari Israel. Dalam perjanjian lama (Ul. 6:20-25; Mzm. 78:1-7) kita membaca bahwa kepada orangtua ditugaskan untuk memberikan pengajaran tentang perbuataan-perbuatan Allah yang besar. Mereka harus memberikan kepada anak-anak mereka apa yang telah mereka dengar dari orangtua mereka. Tradisi ini diteruskan dari generasi ke generasi. Sekitar permulaan abad pertama ternyata telah ada sekolah-sekolah yang didirikan oleh jemaat-jemaat Yahudi. Pengajaran diatur menurut umur anak-anak:
a.       Umur 6-7 tahun     : pengajaran elementer, yaitu belajar nas torah
b.      Umur 10 tahun      : pengajaran yang sebenarnya (misyna)
c.       Umur 12-13 tahun : wajib menuruti syariat Yahudi (mitswoth)[8]

2.5.Kateketika Menurut Perjanjian Baru
a.      Kathekein
Kata atau istilah ini berarti, memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran, (Kis. 21:21; 21:24; Luk.1:4; Rom. 2:17-18), dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulakn bahwa katekhein itu mempunyai rupa-rupa arti. Arti mengajar lebih menonjol, tetapi di dalam pengertian bukan intelektualitas, melainkan dalam pengertian praktis.
b.      Didaskein
Kata atau istilah ini berarti mengajar dengan suatu tujuan yang tertentu. Yaitu mengajar supaya orang yang diajarkan itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya (Mat.4:23; 26:25; Kol. 1:28; 3:16) dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa “didaskein” itu terarah keseluruh manusia, bersifat sangat praktis, karena yang paling penting ialah pemahaman dan penghayatan akan perbuatan-perbuatan penyelamat Allah.
c.       Ginoskein
Arti dasar dari istilah ini adalah; mengenal, belajar mengenal. Dalam dunia pemikiran Yunani ginoskein terutama bersifat intelektualitas dan dapat berarti; mengatahui sesuatu, mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang nyata (Ul. 11:2; Hos. 4:6; 1 Kor. 10:5; Gal. 4:8-9; Yoh. 17:3). Kesimpulannya ialah kata ginoskein berarti pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang kehendak Allah karena pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan diri.
d.      Manthanein
Kata atau istilah ini punya kaitan erat dengan “belajar”. Dari arti umum kata atau istilah ini mengindikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapai sesuatu bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya (Mat. 9:13; Ibr. 5:7-8; Ef. 4:20-32). Kesimpulannya adalah bahwa manthanein adalah kata yang tetap antara murid-murid dan Yesus sebagai Tuhan yang hidup, yaitu Tuhan yang memanggil mereka untuk mengikutNya dan melakukan apa yang Ia ajarkan kepada mereka.
e.       Paideuein
Memberikan bimbingan kepada anak-anak, supaya mereka dalam dunia orang dewasa dapat menempati posisi mereka. Kata Paideuein dalam arti juga umpanya dalam Imamat 20:26. Dalam nats ini pendidikan adalah hal pengudusan. Pendidikan disini merupakan pelajaran untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai pemilik umat-Nya. Tujuan taurat ialah mengajar, menuntun dan menjaga manusia dalam hidupnya sebagai umat Allah.[9]
2.6.Bahan-bahan Kateketika
2.6.1.      Alkitab[10]
Sejak dahulu Alkitab menempatkani tempat yang sentral dalam pelayanan katekese. Alkitab sebagai salah satu bahan yang paling penting di dalam gereja-gereja baik di gereja di Indonesia maupun di Gereja Barat. Alkitab bukanlah buku yang kecil. Alkitab adalah buku yang besar dan tebal, yang terdiri dari banyak kitab dan surat. Oleh karena itu banyak orang yang bertanya tentang Alkitab yang digunakan dalam pelayanan kateketika. Ada beberapa penting tentang Alkitab:
a.       Alkitab adalah buku pemberitahuan
Perbuatan-perbuatan Allah yang besar di dalam sejarah. Alkitab tidak memuat ide-ide dan pikiran-pikiran manusia, yang tidak ada hubungannya dengan perbuatan-perbuatan Allah yang besar itu.
b.      Yang dimaksudkan dengan perbuatan-perbuatan Allah yang besar ialah bukan semua perbuatan yang kita baca dalam Alkitab, tetapi hanya perbuatan-perbuatan Allah yang berhubungan dengan karya penciptaan, karya pemeliharaan, karya pembebasan atau penyelamata-Nya.
c.       Susunan Alkitab sebagai buku. Susunan ini mempunyai arti theologisyang penting bagi struktur pemberitaan Gereja.
d.      Kewibawaan Alkitab. Kewibawaan berita yang terdapat di dalamnya. Kewibawaan Alkitab sangat erat terjalin dengan kewibawaan sebagai buku yang memberikan karya penyelamatan Allah.

2.6.2.      Pengajaran tentang Iman Kristen[11]
Pengajaran tentang iman Kristen erat berhubungan dengan “berita Alkitab”. Pengajaran itu adalah rangkuman dogmatis dari apa yang kit abaca dalam PL dalam PB. Pengajarn ini merupakan suatu bagian yang tetap dari bahan-bahan katekese. Sebagai dasar dari pengajaran ini gereja-gereja biasanya menggunakan konfesi-konfesi (pengakuan Iman) yang dimiliki. Salah satu dari konfesi-konfesi yang di gunakan semua gereja sebagai dasar dari pengajaran adalah Apostolicium (Pengakuan Iman Rasuli).

2.7.Kateketika Menurut Perjanjian Baru
1.      Kathekein
Kata atau istilah ini berarti, memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran, (Kis. 21:21; 21:24; Luk.1:4; Rom. 2:17-18), dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulakn bahwa katekhein itu mempunyai rupa-rupa arti. Arti mengajar lebih menonjol, tetapi di dalam pengertian bukan intelektualitas, melainkan dalam pengertian praktis.
2.      Didaskein
Kata atau istilah ini berarti mengajar dengan suatu tujuan yang tertentu. Yaitu mengajar supaya orang yang diajarkan itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya (Mat.4:23; 26:25; Kol. 1:28; 3:16) dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa “didaskein” itu terarah keseluruh manusia, bersifat sangat praktis, karena yang paling penting ialah pemahaman dan penghayatan akan perbuatan-perbuatan penyelamat Allah.
3.      Ginoskein
Arti dasar dari istilah ini adalah; mengenal, belajar mengenal. Dalam dunia pemikiran Yunani ginoskein terutama bersifat intelektualitas dan dapat berarti; mengatahui sesuatu, mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang nyata (Ul. 11:2; Hos. 4:6; 1 Kor. 10:5; Gal. 4:8-9; Yoh. 17:3). Kesimpulannya ialah kata ginoskein berarti pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang kehendak Allah karena pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan diri.
4.      Manthanein
Kata atau istilah ini punya kaitan erat dengan “belajar”. Dari arti umum kata atau istilah ini mengindikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapai sesuatu bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya (Mat. 9:13; Ibr. 5:7-8; Ef. 4:20-32). Kesimpulannya adalah bahwa manthanein adalah kata yang tetap antara murid-murid dan Yesus sebagai Tuhan yang hidup, yaitu Tuhan yang memanggil mereka untuk mengikutNya dan melakukan apa yang Ia ajarkan kepada mereka.

5.      Paideuein
Memberikan bimbingan kepada anak-anak, supaya mereka dalam dunia orang dewasa dapat menempati posisi mereka. Kata Paideuein dalam arti juga umpanya dalam Imamat 20:26. Dalam nats ini pendidikan adalah hal pengudusan. Pendidikan disini merupakan pelajaran untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai pemilik umat-Nya. Tujuan taurat ialah mengajar, menuntun dan menjaga manusia dalam hidupnya sebagai umat Allah.[12]
2.8.Tujuan Kateketika
Tujuan kateketika adalah pertama-tama pendidikan (sama dengan pengajaran) anggota-anggota jemaat untuk menyadari tugas mereka di dalam Gereja. Katekumen harus mengetahui bahwa gereja adalah satu persekutuan. Kateketika juga mempunyai tujuan untuk mendidik warga gereja menjadi hamba-hamba Allah yang bertanggungjawab di dunia. Akhirnya tujuan kateketika adalah juga penyampaian pengetahuan tentang Allah dari generasi ke generasi.
2.8.1.      Tujuan umum/Teologis
a.       Mengantar dari baptisan hingga perjamuan kudus.
b.      Membina muda-mudi agar menjadi anggota jemaat yang dewasa, yang dapat melaksanakan pelayanan dan tugas mereka sebagai umat Kristen.
c.       Belajar percaya secara kognitif dengan mempelajari semua yang difirmankan Allah, dan berharap melalui pergaulan dengan Tuhan, suatu saat sang murid akan merasa terpanggil oleh Tuhan.
Dan dibawah ini ada beberapa tujuan kateketika
1.      Tujuan Kateketika dalam membangun ke-Dewasaan
Dalam kateketika membangun ke-Dewasaan terlihat struktur-struktur sosial yang cenderung untuk meminggirkan bahkan menjauhkan masyarakat-masyarakat lemah, tetapi yang merupakan mayoritas pemilik dari kekayaan Alam Indonesia. Ada kesenjangan yang terlalu besar antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini bukan masalah kemasyarakatan dewasa ini, tetapi masalah penghayatan iman, karena tidak sesuai dengan Semangat Yesus Kristus. Tidaklah muda untuk melihat kaitan antara iman dan usaha penyelesaian masalah-masalah tersebut. Hidup beriman sering dikaitkan dengan hidup doa dan hidup ibadat. Iman lebih dihayati iman yang “Devosional” dari pada iman yang tidak “bertindak” disinilah letak peranan katekese yakni untuk mengusahakan agar dimensi sosial sungguh disadari dan dimiliki oleh umat. Dengan kata lain, Katekese mempunyai tugas untuk membina  dan membantu agar umat memiliki dan menghayati iman yang terlibat dalam masyarakat.[13]
2.      Tujuan Kateketika Anak Sekolah Minggu membentuk ke-Dewasaan[14]
Diakonia adalah salah satu bentuk pelayanan gereja untuk mewujudkan iman dalam Masyarakat Kristen. Dengan adanya katekese dalam diakonia gereja berusaha agar dapat memberikan pengajaran saling membantu dalam segi kehidupan masyarakat. Sejak dulu anak-anak merupakan suatu golongan yang penting dalam gereja Kristen tetapi kenyataan itu tidak selalu diinsafinya dengan secukupnya. Gereja kurang mencurahkan perhatian dan pemeliharaannya kepada anak-anak itu. Gereja wajib memimpin dan mengarahkan anak dengan sungguh-sungguh dan setia supaya mereka jangan meninggalkan Tuhan dan lari kejalan yang sesat. Hendaknya gereja membina dan mengembangkan iman anak-anak yang memang masih sederhana itu. Jangan menganggap itu mudah. Tujuan kateketika dalam anak adalah supaya anak itu mengenal Allah, mengasihi sesamanya, insaf akan dosa-dosanya, mau belajar mengenal Alkitab dan mau melayani Tuhan.
3.      Tujuan Kateketika Pemuda membentuk ke-Dewasaan[15]
Kaum muda merupakan suatu masalah yang sukar dan penting bagi Gereja Kristen. Dimana-mana kaum pemuda bergerak dan bertindak. Kaum pemuda bersifat Dinamis dan mau berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Gereja harus mencurahkan perhatian dan pekerjaan kepada orang muda supaya jangan membelakangin gereja. Kita harus sadar bahwa kebanyakan anggota gereja yang telah menjauhi dirinya dari hidup jemaat, mulai merenggangkan pertaliannya dengan gereja justru pada umur-umur muda. Dalam hal ini diharapkan bahwa gereja harus bisa menerima kaum muda itu apada adanya, dengan menunjukkan pengertian dan minat-minat sejati terhadap permasalahan dan pergumulan mereka. Hendaklah pemimpin-pemimpin gereja memberikan tempat-tempat kepada kaum pemuda untuk program kerja jemaat, dengan jalan menyediakan pengajaran agama, kursus-kursus kelompok, perkumpulan-perkumpulan dan sebagainya. Lebih memahami mereka pada saat ini karena mereka generasi penerus gereja.Salah satu memahami mereka adalah membuat program yang variatif, namun harus diperhatikan bahwa pelajaran Alkitab merupakan progam utama bagi Mereka.
4.      Tujuan Kateketika Keluarga membentuk ke-Dewasaan[16]
Lembaga Masyarakat yang paling kecil tetapi paling penting adalah keluarga. Di dalam keluarga terdapat anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Ada dua hal penting yang seharusnya dilakukan dalam keluarga agar keluarga tersebut dapat tumbuh secara rohani menuju kepada kedewasaan penuh yaitu: kebaktian dan saat teduh. Kebaktian keluarga dilaksanakan secara bersama oleh seluruh anggota keluarga dan seisi rumah.Dalam kebaktian keluarga dilibatkan semua anggota keluarga. Saat teduh merupakan waktu yang disisihkan setiap hari oleh setiap pribadi, biasanya pagi hari melalui doa, pujian, dan membaca firman. Saat teduh merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana pertumbuhan rohani. Orang tua merupakan unit pertama dalam keluarga dalam proses kateketika karena orang tua terlebih dahulu mengajarkan anak tentang kateketika. Karena itu peranan orang tua.

2.9.Tugas Kateketika
Tugas merupakan suatu kegiatan yang wajib untuk dikerkjakan maupun dilakukan. Maka dalam hal ini kateketika juga tidak terlepas dari yang namanya tugas. Adapun yang menjadi tugas dari kateketika adalah:
a.       Mewartakan kabar Yesus Kristus yaitu memberitakan Injil Kristus agar orang lain mengenal Kristus dan datang mengikut Dia. Dalam hal mengikut Yesus, Abineno mengatakan bahwa bersaksi demi Kristus adalah pelayanan yang sukar dan meminta penderitaan.[17]
b.      Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan mengajak, membantu, dan mengantar seorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia akan masuk ke persekutuan pribadi dengan Tuhan.[18]
c.       Membimbing umat beriman untuk memahami misteri Kristus. Mereka dibawa kepada Yesus Kristus dan respon mereka terhadap kerajaan Allah. Serta mengenal sejarah keselamatan yang telah diberitakan Yesus Kristus.
d.      Membantu serta membina pendewasaan iman umat. Kemandirian dan kedewasaan merupakan tanggungjawab seseorang sebagai pribadi, tetapi tidak terlepas dari kebersamaan gerejawi. Seseorang yang bersikap seperi itu tidak akan mudah ikut-ikutan pihak lain. Ia sadar bahwa ia dipanggil untuk memenuhi amanat Tuhan dalam persekutuan Gereja.[19]

2.9.1.      Tugas pokok Kateketika dalam pelayanan gereja
1.      Tugas Pokok Kateketika Dalam Tritugas Gereja[20]
a.      Koinonia
Koinonia adalah usaha pelayanan gereja untuk membentuk dan membangun komunitas orang beriman secara menyeluruh, katekese berperan sebagai pelayanan untuk mempersatukan umat kristiani agar hidup dalam persekutuan dalam iman akan Yesus Kristus, katekese juga mengusahakan untuk membangun dan membentuk umat kristen agar menjadi lebih baik , katekese gereja dalam menghayati dan mewujudkan koinonia ditengah masyarakat pada dasarnya merupakan jawaban kerinduan manusia akan persaudaraan, perdamaian, persatuan dan komunikasi  diantara umat  kristen secara sehat dan mendalam.
b.      Diakonia
Diakonia adalah suatu bentuk pelayanan gereja untuk mewujudkan iman dalam masyarakat, dalam hal ini katekese berpera untuk menemukan nilai iman yang bentuknya sangat manusiawi. Dengan adanya katekese dalam diakonia segera berusaha agar dapat memberikan pengajaran saling membantu dalam segi kehidupan masyarakat, contoh :pendidikan sosial, ekonomi, kesehatan, kebudayaan.
c.       Marturia
Marturia merupakan suatu bentuk pelayanan gereja untuk bersaksi  tentang kebenran Yesus Kristus. Dalam hal ini katekese berfungsi untuk memberikan kesaksian kepada warga jemaat gereja untuk dapat mengenal dan memahami akan adanya Tuhan Yesus. Sehingga katekese memiliki peran.
2.      Tugas Kateketika Dalam Sekolah Minggu[21]
Sekolah minggu merupakan kegiatan bersekolah yang diadakan pada hari minggu. Banyak dominasi Kristen yang mengajarkan pelajaran keagamaan di dalam sekolah minggu. Biasanya kegiatan sekolah minggu diadakan di sebuah Gereja. Tugas kateketika dalam Sekolah minggu adalah mengajarkan anak-anak sekolah minggu tentang pengajaran yang baik. Dan kateketika juga memperkenalkan siapa Tuhan Yesus. Yang berperan dalam pengjaran sekolah minggu adalah guru sekolah minggu. Sehingga guru sekolah minggu harus mempersiapkan pengajaran katekese yang baik dan benar. Dan ditempat inilah anak-anak itu dibentuk menjadi anak yang berbakti, anak yang mempunyai etika, anak yang sopan, dan anak yang selalu menghargai orang. Melalui pengajaran Katekese di sekolah minggu, anak-anak dapat bertumbuh dalam iman melalui pengajaran Firman Allah.

3.      Tugas Kateketika dalam Remaja[22]
Disebut Remaja karena memiliki budaya dan cirri tersendiri. Budaya disini dicirikan sebagai kebiasaan, kepercayaan, sistem nilai dan bentuk pemikiran tersendiri. Tugas kateketika dalam remaja ialh membangun filosofi yang Alkitabiah dan Konstruktif untuk melayani para remaja dan Kateketika bertugas untuk memeperkenalkan para remaja tentang hal-hal yang positif dan negtif serta berpikir secara kritis.

4.      Tugas Kateketika dalam kaum Dewasa
Tugas kateketika dalam kaum muda sangat dibutuhkan karena kaum dewasa sangat penting dalam proses pelayanan Kateketika Tugas Kateketika dalam kaum dewasa ialah memberitakan sabda Allah, dan mewartakan adanya kuasa Yesus Kristus. Kateketika juga bertugas untuk mengatasi kesulitan berbagai masalah kaum dewasa dan menerangkan berbagai tradisi iman serta menggali pengalaman manusia sebagai saluran komunikasi.[23]

5.      Tugas Kateketika Dalam Kaum Orangtua
Orangtua merupakan unit pertama dalam proses kateketika karena orangtua terlebih dahulu mengajarkan anak tentang kateketika. Karena itu orangtua juga harus mendapat pengajaran kateketika. Tugas kateketika dalam orangtua ialah mengajarkan orangtua untuk lebih mencintai Alkitab, selalu berdoa, mencintai gereja dalam rajin bersaksi. Orangtua juga diarjakan untuk mengusahakan adanya jam kebaktian keluarga.[24]


6.      Tugas Kateketika dalam Lansia
a.       Memberikan kepemimpinan dengan membangun kebersamaan antara sesama
b.      Menerima dan memenuhi pemanggilan di Gereja
c.       Memberikan pelayanan seperti Kristus
d.      Memberikan semangat mereka yang sudah lanjut usia kasih, kepedulian dan rasa hormat yang patut mereka dapatkan
e.       Memberikan semangat untuk mengenal Yesus Kristus.[25]

2.10.                    Jenis-jenis Kateketika
a.      Kateketika Gereja
Tentang katekese gerejawi bahwa sesudah pembuangan ke Babel hidup keagamaan orang-orang Yahudi di Palestina dan di luar Palestin berpusat dalam rumah-rumah ibadah. Rumah-rumah ibadah dimaksudkan sebagai “rumah-rumah pengajaran” bagi rakyat. Maksudnya rumah-rumah pengajar, dimana rakyat diajar dalam pengetahuan tentang Torah. Pengajaran ini seperti yang telah kita katakan disitu terdiri dari pengakuan iman. Dalam abad-abad pertama katekese gereja makin berkembang dan memperoleh bentuk-bentuk tertentu sebagai katekumenat. Secara kasar katekemunat gereja purba terdiri dari dua bagian atau tingkat. Bagian atau tingkat pertama ialah bagian katekumin-katekumin (pengikut-pengikut), dan yang kedua adalah calon-calon baptisan.
b.      Kateketika Keluarga
Menurut kesaksian Perjanjian Lama, keluarga (rumahtangga) adalah tempat yang mula-mula, dimana pendidikan dan bimbingan agama diberikan. Disitu orangtua berfungsi sebagai pengajar-pengajar (guru-guru) yang pertama. Pada waktu-waktu yang orangtua terutama ayah sebagai rumah keluarga mengumpulkan anak-anak mereka dan anak-anak lain untuk memberikan kepada mereka pengajaran-pengajaran tentang hukum-hukum Allah. Pengajaran dalam pendidikan ini adalah “bentuk purba” dari pelayanan katekese pemberitaan tentang perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Oleh karena itu pemberitaan ini umat Allah dibina menjadi umat yang baik, yang taat kepadaNya. Pengajaran itu berlangsung secara lisan dalam keluarga-keluarga Israel. Yang penting kita catat disini adalah dari mulanya pendidikan agama dari keluarga adalah suatu bentuk katekese yang egitim. Namun jenis katekese ini sekarang telah hilang.
c.       Kateketika Sekolah
Tentang katekese gerejawi bahwa sekitar permulaan abad pertama rupanya telah ada sekolah-sekolah yang didirikan jemaat-jemaat Yahudi, dimana anak-anak kecil mendapat pelajaran dari guru-guru torah. Pengajaran ini yaitu untuk mengetahui arti dan makna torah bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Ia mempunyai hubungan dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Yahudi, yang merupakan latar belakangnya. Sejak kecil anak-anak telah dibiasakan untuk menaati peraturan-peraturan agama. Pengajaran (membimbing) diatur menurut umur anak-anak. Pada umur 6-7 tahun mereka mulai pengajaran dengan elementer yaitu belajar membaca, membaca nats torah kira-kira pada umur 10 tahun mereka mulai dengan pengajaran yang sebenarnya atau misyna. Pada waktu itu pengajaran agama terutama diberikan di sekolah-sekolah Kristen. Perhatian gereja-gereja kita terhadap pengajaran ini tidak sama, ada yang cukup besar tetapi ada juga yang tidak.[26]

III.             Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran kateketika gereja sangat berperan penting dalam memberikan pengajaran kepada setiap anak atau setiap jemaat. Dan tujuan kateketika itu juga untuk mendidik warga gereja atau anak menjadi hamba-hamba Allah yang bertanggungjawab di dunia. Akhirnya tujuan kateketika adalah juga penyampaian pengetahuan tentang Allah dari generasi ke generasi. Dalam pengajaran kateketika untuk memberikan pengajaran bahan yang digunakan adalah salah satunya adalah Alkitab, untuk dapat mendewasakan jemaat atau seseorang mengenal Kasih Allah kepada setiap jemaat. Setiap seseorang dapat memberikan pengajaran kateketika terkhusus keluarga, sebab dari keluargalah merupakan awal dalam Orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya dan dapat dilihat secara logis dari kepercayaan bahwa anak-anak itu adalah anugerah Tuhan melalui orang tua  dan dari tangan orangtualah tugas pendidikan itu diberikan.  


IV.             Daftar Pustaka
Sumber Buku
Antoni Yan, Tanya-Jawab Sekitar Agama Kristen, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas
Atmadja Hadinoto N.K., Dialog dan Edukasi, Jakarta: BPK-GM, 2000
Ch Abineno L., Sekitar Katekes Gerejawi Jakarta: BPK-GM, 1999
Den End Th Van, Enam Belas Dokumen Besar Calvinisme, Jakarta: BPK-GM, 2014
 I.H Enklaar & E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen
 I.H. Enkelar E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen Jakarta: BPK-GM, 1989
 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
 Lalu Yosef, Katekese Umat, Jakarta: Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan Se-Indonesia, 1997
Lewier F.C., Kateketika Jakarta: Departemen, 1998
Lewier F.C., Kateketika, Jakarta: Departemen, 1998
Lilik Paulus, Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: ANDI Offest, 2006
Luther Martin, Katekismus Besar, Jakarta: BPK-GM, 2011
Marj Poeter, Katekese Masa Kini, Jakarta: Litindo, 1998
  Porter R.J., Katekisasi Masa Kini Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000
                  RiemeG., Ajarlah Mereka, Jakarta: Litindo, 1998   
 Sukarman Timotius, Gereja Yang Bertubuh dan Berkembang, Yogyakarta: ANDI, 2012

Sumber Lain
https://www.Ids. Org/manual/ teachings-of-presidents-of-the-church-ezra-taft-benson/chapter-16-the-elderly-in-the-church?lang=ind, Diakes Tanggal: 01 Februari 2018, Pukul 14:00



[1] Th Van den End, Enam Belas Dokumen Besar Calvinisme, ( Jakarta: BPK-GM, 2014), 141.
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)
[3] F.C. Lewier, Kateketika (Jakarta: Departemen, 1998), 1.
[4] R.J.Porter, Katekisasi Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 1.
[5] L.Ch Abineno, Sekitar Katekes Gerejawi (Jakarta: BPK-GM, 1999), 25-34
[6] E.G. Homrighausen & I.H. Enkelar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK-GM, 1989), 20
[7] Martin Luther, Katekismus Besar, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 1&3
[8] J.L. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, 1-2
[9] G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Litindo, 1998), 21-29            
[10] J.L.Ch. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 126
[11] Ibid, 132
[12] G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Litindo, 1998), 21-29          
[13] Yosef Lalu, Katekese Umat, (Jakarta: Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan Se-Indonesia, 1997), 23
[14] Poeter Marj, Katekese Masa Kini, (Jakarta: Litindo, 1998), 23
[15] E.G. Homrighausen & I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 34
[16] Ibid, 35
[17] N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 165
[18] Timotius Sukarman, Gereja Yang Bertubuh dan Berkembang, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 51-52
[19] Ibid, 50
[20] J.l.CH.Abineno, sekitar Katekese Gerejawi,                                                                                                                  
[21] R.J. Porter MA, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Litindo, 1998), 158
[22] Paulus Lilik, Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI Offest, 2006), 96
[23] I.H. Enklaar, E.G. Hommrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 138
[24] Yan Antoni, Tanya-Jawab Sekitar Agama Kristen, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas), 137-140
[25] https://www.Ids. Org/manual/ teachings-of-presidents-of-the-church-ezra-taft-benson/chapter-16-the-elderly-in-the-church?lang=ind, Diakes Tanggal: 28 Februari 2018, Pukul 13:00
[26] F.C. Lewier, Kateketika, (Jakarta: Departemen, 1998), 14-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar