KATEKETIKA
I.
Pendahuluan
Kateketika
merupakan suatu pengajaran yang dilakukan kepada setiap anak, dalam pelajaran
kateketika ini gereja sangat berperan penting dan bertanggung jawab dalam
memberikan suatu pengajaran baik itu anak, remaja, dewasa, bahkan lansia.
Pelajaran kateketika ini bertujuan untuk membangunkan kedewasaan seseorang
serta mendewasakan seseorang dalam pengenalan Yesus Kristus. Dalam hal ini
penyaji akan menjelaskan pengertian kateketika, tujuan kateketika, tugas
kateketika, dan bahan-bahan kateketika. Semoga sajian ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Kateketika
Kateketika
berasal dari kata kerja Yunani yaitu
katekhein yang diartikan memberitahukan dari atas ke bawah dan juga
mengajarkan.[1]
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kateketika adalah pelajaran dalam ilmu
agama Kristen.[2]
Kateketika adalah wadah pembinaan dan pendidikan umat gereja untuk kelak
mengakui imannya dihadapan Allah dengan disaksikan oleh jemaat-Nya.[3]
Istilah ini sudah lama dipakai untuk pelajaran yang diberikan kepada siapa saja
yang mau menerima dan mengakui iman Kristen. Secara sistematis ajaran Kristen
dilayankan kepada orang yang disebut “katekumen”. Dengan mengikuti kateketika
maka mereka akan mulai mengerti apa artinya menjadi Kristen.[4]
2.2.Sejarah
Kateketika
a.
Dalam
Abad Pertama
Kira-kira
pada akhir abad pertama, bahan-bahan katekese Gereja Purba makin bertambah
banyak dan waktu persiapan juga makin bertambah lama. Hal itu antara lain nyata
dari salah satu katekismus yang dipakai oleh jemaat-jemaat Purba pada waktu
itu, yaitu “Didakhe” (ajaran keduabelas rasul). Ketekismus ini berasal dari
lingkungan orang-orang Kristen Yahudi yang ditulis sekitar tahun 100. Isinya
terdiri dari: kedua jalan (hukum-hukum untuk hidup orang Kristen),
petunjuk-petunjuk liturgis untuk pelayanan baptisan dan perjamuan malam
(diselingi oleh puasa dan Doa Bapa Kami), peraturan-peraturan untuk hidup
jemaat dan pejabat-pejabatnya, dan nasihat yang bersifat eskatologis (untuk
berjaga-jaga). Secara formal isi “didakhe” banyak bersamaan dengan bahan
bimbingan (pengajaran) Yahudi yaitu Torah, doa hari raya Yahudi, pengakuan iman
tetapi secra esensial ia sama sekali baru, karena ia dijiwai oleh pengakuan
akan Kristus sebagai Juruselamat.
b.
Dalam
Abad kedua
Pada
abad ini gereja makin berkembang dan memperoleh bentuk-bentuk tertentu sebagai
katekumenat. Katekumenat gereja terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama
adalah ketekumin-ketekumin (pengikut-pengikut katekumenat). Bagian yang kedua
adalah calon-calon baptisan. Kalau ada orang yang mau menjadi anggota gereja, ia
tidak begitu saja diterima untuk dibaptis. Ia mula-mula harus menjadi
katekumin. Katekumin mempunyai kedudukan yang khusus dalam gereja. Pada lain
pihak mereka dianggap sebagai anggota gereja. Gereja menuntut supaya mereka
oleh hidup mereka membuktikan bahwa mereka benar-benar anggota gereja. Karena
itu siapa yang ingin mengikuti ketekumenat, harus pergi dulu kepada uskup atau
kepada katekit (pemimpin katekumenat) untuk mencatat namanya.
c.
Dalam
Abad Pertengahan
Dalam
abad ini katekese gereja makin lama makin mendangkal. Hal ini disebabkan karena
pembatisan anak-anak telah dipraktekkan dimana-mana. Oleh praktik ini
pengajaran katekese tidak diberikan lagi kepada anak-anak dari
keluarga-keluarga Kristen. Sebab menurut tradisi pada waktu itu katekese hanya di
untukkan bagi orang-orang yang berpindah dan berpindah dari agama kafir ke
agama Kristen sebagai persiapan untuk menjadi anggota gereja. Unsur yang
penting dari katekse yaitu pengakuan iman, hukum, doa, dan sakramen-sakramen.[5]
2.3.Kateketika
Menurut Para Tokoh
1.
Menurut
Calvin
Calvin
mengatakan bahwa kateketika merupakan suatu pengajaran yang sangat penting dan
harus didorong kuat oleh gereja itu sendiri. Di dalam kateketika gereja wajib
membentang di hadapan mereka kebenaran dan keindahan iman Kristen tentang
panggilan Tuhan.[6]
2.
Menurut
Luther
Luther
berpendapat bahwa kateketika adalah keluarga, orangtua yang berkewajiban
mendidik anak-anak mereka menurut Firman dan hukum-hukum Allah, dan membimbing
mereka kepada Kristus dan juga harus ditugaskan kepada sekolah-sekolah untuk
menyebarluaskan agama Kristen.[7]
2.4.Kateketika
Dalam Perjanjian Lama
Salah
satu pelayanan yang paling tua dan yang paling banyak dipakai oleg
gereja-gereja adalah pelayanan kateketika. Kateketika dikatakan sebagai
pelayanan yang paling tua dikarenakan kateketika gerejawi berasal dari Israel.
Dalam perjanjian lama (Ul. 6:20-25; Mzm. 78:1-7) kita membaca bahwa kepada
orangtua ditugaskan untuk memberikan pengajaran tentang perbuataan-perbuatan
Allah yang besar. Mereka harus memberikan kepada anak-anak mereka apa yang
telah mereka dengar dari orangtua mereka. Tradisi ini diteruskan dari generasi
ke generasi. Sekitar permulaan abad pertama ternyata telah ada sekolah-sekolah
yang didirikan oleh jemaat-jemaat Yahudi. Pengajaran diatur menurut umur
anak-anak:
a. Umur
6-7 tahun : pengajaran elementer,
yaitu belajar nas torah
b. Umur
10 tahun : pengajaran yang sebenarnya
(misyna)
c. Umur
12-13 tahun : wajib menuruti syariat
Yahudi (mitswoth)[8]
2.5.Kateketika
Menurut Perjanjian Baru
a.
Kathekein
Kata
atau istilah ini berarti, memberitakan,
memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran, (Kis. 21:21; 21:24; Luk.1:4;
Rom. 2:17-18), dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulakn bahwa katekhein itu
mempunyai rupa-rupa arti. Arti mengajar lebih menonjol, tetapi di dalam
pengertian bukan intelektualitas, melainkan dalam pengertian praktis.
b.
Didaskein
Kata
atau istilah ini berarti mengajar dengan suatu tujuan yang tertentu. Yaitu
mengajar supaya orang yang diajarkan itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya
(Mat.4:23; 26:25; Kol. 1:28; 3:16) dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa
“didaskein” itu terarah keseluruh manusia, bersifat sangat praktis, karena yang
paling penting ialah pemahaman dan penghayatan akan perbuatan-perbuatan
penyelamat Allah.
c.
Ginoskein
Arti
dasar dari istilah ini adalah; mengenal, belajar mengenal. Dalam dunia
pemikiran Yunani ginoskein terutama bersifat intelektualitas dan dapat berarti;
mengatahui sesuatu, mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang nyata (Ul.
11:2; Hos. 4:6; 1 Kor. 10:5; Gal. 4:8-9; Yoh. 17:3). Kesimpulannya ialah kata
ginoskein berarti pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang
kehendak Allah karena pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan
diri.
d.
Manthanein
Kata
atau istilah ini punya kaitan erat dengan “belajar”. Dari arti umum kata atau
istilah ini mengindikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapai sesuatu
bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya (Mat. 9:13; Ibr. 5:7-8; Ef.
4:20-32). Kesimpulannya adalah bahwa manthanein adalah kata yang tetap antara
murid-murid dan Yesus sebagai Tuhan yang hidup, yaitu Tuhan yang memanggil
mereka untuk mengikutNya dan melakukan apa yang Ia ajarkan kepada mereka.
e.
Paideuein
Memberikan
bimbingan kepada anak-anak, supaya mereka dalam dunia orang dewasa dapat
menempati posisi mereka.
Kata Paideuein dalam arti juga
umpanya dalam Imamat 20:26. Dalam nats ini pendidikan adalah hal pengudusan.
Pendidikan disini merupakan pelajaran untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan
sebagai pemilik umat-Nya. Tujuan taurat ialah mengajar, menuntun dan menjaga
manusia dalam hidupnya sebagai umat Allah.[9]
2.6.Bahan-bahan
Kateketika
2.6.1. Alkitab[10]
Sejak dahulu Alkitab menempatkani tempat yang sentral dalam pelayanan
katekese. Alkitab sebagai salah satu bahan yang paling penting di dalam
gereja-gereja baik di gereja di Indonesia maupun di Gereja Barat. Alkitab
bukanlah buku yang kecil. Alkitab adalah buku yang besar dan tebal, yang
terdiri dari banyak kitab dan surat. Oleh karena itu banyak orang yang bertanya
tentang Alkitab yang digunakan dalam pelayanan kateketika. Ada beberapa penting tentang Alkitab:
a.
Alkitab
adalah buku pemberitahuan
Perbuatan-perbuatan
Allah yang besar di dalam sejarah. Alkitab tidak memuat ide-ide dan
pikiran-pikiran manusia, yang tidak ada hubungannya dengan perbuatan-perbuatan
Allah yang besar itu.
b.
Yang
dimaksudkan dengan perbuatan-perbuatan Allah yang besar ialah bukan semua perbuatan
yang kita baca dalam Alkitab, tetapi hanya perbuatan-perbuatan Allah yang
berhubungan dengan karya penciptaan, karya pemeliharaan, karya pembebasan atau
penyelamata-Nya.
c.
Susunan
Alkitab sebagai buku. Susunan ini mempunyai arti theologisyang penting bagi
struktur pemberitaan Gereja.
d.
Kewibawaan
Alkitab. Kewibawaan berita yang terdapat di dalamnya. Kewibawaan Alkitab sangat
erat terjalin dengan kewibawaan sebagai buku yang memberikan karya penyelamatan
Allah.
2.6.2. Pengajaran
tentang Iman Kristen[11]
Pengajaran tentang iman Kristen erat berhubungan dengan “berita Alkitab”.
Pengajaran itu adalah rangkuman dogmatis dari apa yang kit abaca dalam PL dalam
PB. Pengajarn ini merupakan suatu bagian yang tetap dari bahan-bahan katekese.
Sebagai dasar dari pengajaran ini gereja-gereja biasanya menggunakan konfesi-konfesi (pengakuan Iman) yang
dimiliki. Salah satu dari konfesi-konfesi
yang di gunakan semua gereja sebagai dasar dari pengajaran adalah Apostolicium (Pengakuan Iman Rasuli).
2.7.Kateketika
Menurut Perjanjian Baru
1.
Kathekein
Kata
atau istilah ini berarti, memberitakan,
memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran, (Kis. 21:21; 21:24; Luk.1:4;
Rom. 2:17-18), dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulakn bahwa katekhein itu
mempunyai rupa-rupa arti. Arti mengajar lebih menonjol, tetapi di dalam
pengertian bukan intelektualitas, melainkan dalam pengertian praktis.
2.
Didaskein
Kata
atau istilah ini berarti mengajar dengan suatu tujuan yang tertentu. Yaitu
mengajar supaya orang yang diajarkan itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya
(Mat.4:23; 26:25; Kol. 1:28; 3:16) dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa
“didaskein” itu terarah keseluruh manusia, bersifat sangat praktis, karena yang
paling penting ialah pemahaman dan penghayatan akan perbuatan-perbuatan
penyelamat Allah.
3.
Ginoskein
Arti
dasar dari istilah ini adalah; mengenal, belajar mengenal. Dalam dunia
pemikiran Yunani ginoskein terutama bersifat intelektualitas dan dapat berarti;
mengatahui sesuatu, mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang nyata (Ul.
11:2; Hos. 4:6; 1 Kor. 10:5; Gal. 4:8-9; Yoh. 17:3). Kesimpulannya ialah kata
ginoskein berarti pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang
kehendak Allah karena pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan
diri.
4.
Manthanein
Kata
atau istilah ini punya kaitan erat dengan “belajar”. Dari arti umum kata atau
istilah ini mengindikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapai sesuatu
bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya (Mat. 9:13; Ibr. 5:7-8; Ef.
4:20-32). Kesimpulannya adalah bahwa manthanein adalah kata yang tetap antara
murid-murid dan Yesus sebagai Tuhan yang hidup, yaitu Tuhan yang memanggil
mereka untuk mengikutNya dan melakukan apa yang Ia ajarkan kepada mereka.
5.
Paideuein
Memberikan
bimbingan kepada anak-anak, supaya mereka dalam dunia orang dewasa dapat
menempati posisi mereka.
Kata Paideuein dalam arti juga
umpanya dalam Imamat 20:26. Dalam nats ini pendidikan adalah hal pengudusan.
Pendidikan disini merupakan pelajaran untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan
sebagai pemilik umat-Nya. Tujuan taurat ialah mengajar, menuntun dan menjaga
manusia dalam hidupnya sebagai umat Allah.[12]
2.8.Tujuan
Kateketika
Tujuan
kateketika adalah pertama-tama pendidikan (sama dengan pengajaran)
anggota-anggota jemaat untuk menyadari tugas mereka di dalam Gereja. Katekumen
harus mengetahui bahwa gereja adalah satu persekutuan. Kateketika juga
mempunyai tujuan untuk mendidik warga gereja menjadi hamba-hamba Allah yang
bertanggungjawab di dunia. Akhirnya tujuan kateketika adalah juga penyampaian
pengetahuan tentang Allah dari generasi ke generasi.
2.8.1.
Tujuan
umum/Teologis
a. Mengantar
dari baptisan hingga perjamuan kudus.
b. Membina
muda-mudi agar menjadi anggota jemaat yang dewasa, yang dapat melaksanakan
pelayanan dan tugas mereka sebagai umat Kristen.
c. Belajar
percaya secara kognitif dengan mempelajari semua yang difirmankan Allah, dan
berharap melalui pergaulan dengan Tuhan, suatu saat sang murid akan merasa
terpanggil oleh Tuhan.
Dan
dibawah ini ada beberapa tujuan kateketika
1.
Tujuan Kateketika
dalam membangun ke-Dewasaan
Dalam
kateketika membangun ke-Dewasaan terlihat struktur-struktur sosial yang
cenderung untuk meminggirkan bahkan menjauhkan masyarakat-masyarakat lemah,
tetapi yang merupakan mayoritas pemilik dari kekayaan Alam Indonesia. Ada
kesenjangan yang terlalu besar antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini bukan
masalah kemasyarakatan dewasa ini, tetapi masalah penghayatan iman, karena
tidak sesuai dengan Semangat Yesus Kristus. Tidaklah muda untuk melihat kaitan
antara iman dan usaha penyelesaian masalah-masalah tersebut. Hidup beriman
sering dikaitkan dengan hidup doa dan hidup ibadat. Iman lebih dihayati iman
yang “Devosional” dari pada iman yang
tidak “bertindak” disinilah letak peranan katekese yakni untuk mengusahakan
agar dimensi sosial sungguh disadari dan dimiliki oleh umat. Dengan kata lain, Katekese mempunyai tugas untuk
membina dan membantu agar umat memiliki
dan menghayati iman yang terlibat dalam masyarakat.[13]
2.
Tujuan
Kateketika Anak Sekolah Minggu membentuk ke-Dewasaan[14]
Diakonia adalah
salah satu bentuk pelayanan gereja untuk mewujudkan iman dalam Masyarakat
Kristen. Dengan adanya katekese dalam diakonia gereja berusaha agar dapat
memberikan pengajaran saling membantu dalam segi kehidupan masyarakat. Sejak
dulu anak-anak merupakan suatu golongan yang penting dalam gereja Kristen
tetapi kenyataan itu tidak selalu diinsafinya dengan secukupnya. Gereja kurang
mencurahkan perhatian dan pemeliharaannya kepada anak-anak itu. Gereja wajib
memimpin dan mengarahkan anak dengan sungguh-sungguh dan setia supaya mereka
jangan meninggalkan Tuhan dan lari kejalan yang sesat. Hendaknya gereja membina
dan mengembangkan iman anak-anak yang memang masih sederhana itu. Jangan
menganggap itu mudah. Tujuan kateketika dalam anak adalah supaya anak itu
mengenal Allah, mengasihi sesamanya, insaf akan dosa-dosanya, mau belajar
mengenal Alkitab dan mau melayani Tuhan.
3.
Tujuan
Kateketika Pemuda membentuk ke-Dewasaan[15]
Kaum muda
merupakan suatu masalah yang sukar dan penting bagi Gereja Kristen. Dimana-mana
kaum pemuda bergerak dan bertindak. Kaum pemuda bersifat Dinamis dan mau
berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Gereja harus mencurahkan perhatian dan
pekerjaan kepada orang muda supaya jangan membelakangin gereja. Kita harus
sadar bahwa kebanyakan anggota gereja yang telah menjauhi dirinya dari hidup
jemaat, mulai merenggangkan pertaliannya dengan gereja justru pada umur-umur
muda. Dalam hal ini diharapkan bahwa gereja harus bisa menerima kaum muda itu
apada adanya, dengan menunjukkan pengertian dan minat-minat sejati terhadap permasalahan
dan pergumulan mereka. Hendaklah pemimpin-pemimpin gereja memberikan
tempat-tempat kepada kaum pemuda untuk program kerja jemaat, dengan jalan
menyediakan pengajaran agama, kursus-kursus kelompok, perkumpulan-perkumpulan
dan sebagainya. Lebih memahami mereka pada saat ini karena mereka generasi
penerus gereja.Salah satu memahami mereka adalah membuat program yang variatif,
namun harus diperhatikan bahwa pelajaran Alkitab merupakan progam utama bagi
Mereka.
4.
Tujuan
Kateketika Keluarga membentuk ke-Dewasaan[16]
Lembaga
Masyarakat yang paling kecil tetapi paling penting adalah keluarga. Di dalam
keluarga terdapat anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Ada dua hal penting
yang seharusnya dilakukan dalam keluarga agar keluarga tersebut dapat tumbuh
secara rohani menuju kepada kedewasaan penuh yaitu: kebaktian dan saat teduh.
Kebaktian keluarga dilaksanakan secara bersama oleh seluruh anggota keluarga
dan seisi rumah.Dalam kebaktian keluarga dilibatkan semua anggota keluarga.
Saat teduh merupakan waktu yang disisihkan setiap hari oleh setiap pribadi,
biasanya pagi hari melalui doa, pujian, dan membaca firman. Saat teduh
merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana pertumbuhan rohani. Orang tua
merupakan unit pertama dalam keluarga dalam proses kateketika karena orang tua
terlebih dahulu mengajarkan anak tentang kateketika. Karena itu peranan orang
tua.
2.9.Tugas
Kateketika
Tugas
merupakan suatu kegiatan yang wajib untuk dikerkjakan maupun dilakukan. Maka
dalam hal ini kateketika juga tidak terlepas dari yang namanya tugas. Adapun
yang menjadi tugas dari kateketika adalah:
a. Mewartakan
kabar Yesus Kristus yaitu memberitakan Injil Kristus agar orang lain mengenal
Kristus dan datang mengikut Dia. Dalam hal mengikut Yesus, Abineno mengatakan
bahwa bersaksi demi Kristus adalah pelayanan yang sukar dan meminta
penderitaan.[17]
b. Menyuburkan
dan membangkitkan pertobatan mengajak, membantu, dan mengantar seorang untuk
mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus sehingga dengan pimpinan
Roh Kudus ia akan masuk ke persekutuan pribadi dengan Tuhan.[18]
c. Membimbing
umat beriman untuk memahami misteri Kristus. Mereka dibawa kepada Yesus Kristus
dan respon mereka terhadap kerajaan Allah. Serta mengenal sejarah keselamatan
yang telah diberitakan Yesus Kristus.
d. Membantu
serta membina pendewasaan iman umat. Kemandirian dan kedewasaan merupakan
tanggungjawab seseorang sebagai pribadi, tetapi tidak terlepas dari kebersamaan
gerejawi. Seseorang yang bersikap seperi itu tidak akan mudah ikut-ikutan pihak
lain. Ia sadar bahwa ia dipanggil untuk memenuhi amanat Tuhan dalam persekutuan
Gereja.[19]
2.9.1.
Tugas
pokok Kateketika dalam pelayanan gereja
a.
Koinonia
Koinonia
adalah usaha pelayanan gereja untuk membentuk dan membangun komunitas orang beriman
secara menyeluruh, katekese berperan sebagai pelayanan untuk mempersatukan umat
kristiani agar hidup dalam persekutuan dalam iman akan Yesus Kristus, katekese
juga mengusahakan untuk membangun dan membentuk umat kristen agar menjadi lebih
baik , katekese gereja dalam menghayati dan mewujudkan koinonia ditengah
masyarakat pada dasarnya merupakan jawaban kerinduan manusia akan persaudaraan,
perdamaian, persatuan dan komunikasi
diantara umat kristen secara
sehat dan mendalam.
b.
Diakonia
Diakonia adalah
suatu bentuk pelayanan gereja untuk mewujudkan iman dalam masyarakat, dalam hal
ini katekese berpera untuk menemukan nilai iman yang bentuknya sangat
manusiawi. Dengan adanya katekese dalam diakonia segera berusaha agar dapat memberikan
pengajaran saling membantu dalam segi kehidupan masyarakat, contoh :pendidikan
sosial, ekonomi, kesehatan, kebudayaan.
c.
Marturia
Marturia merupakan
suatu bentuk pelayanan gereja untuk bersaksi
tentang kebenran Yesus Kristus. Dalam hal ini katekese berfungsi untuk
memberikan kesaksian kepada warga jemaat gereja untuk dapat mengenal dan
memahami akan adanya Tuhan Yesus. Sehingga katekese memiliki peran.
Sekolah minggu merupakan kegiatan bersekolah yang diadakan pada hari
minggu. Banyak dominasi Kristen yang mengajarkan pelajaran keagamaan di dalam
sekolah minggu. Biasanya kegiatan sekolah minggu diadakan di sebuah Gereja.
Tugas kateketika dalam Sekolah minggu adalah mengajarkan anak-anak sekolah
minggu tentang pengajaran yang baik. Dan kateketika juga memperkenalkan siapa
Tuhan Yesus. Yang berperan dalam pengjaran sekolah minggu adalah guru sekolah
minggu. Sehingga guru sekolah minggu harus mempersiapkan pengajaran katekese
yang baik dan benar. Dan ditempat inilah anak-anak itu dibentuk menjadi anak
yang berbakti, anak yang mempunyai etika, anak yang sopan, dan anak yang selalu
menghargai orang. Melalui pengajaran Katekese di sekolah minggu, anak-anak dapat
bertumbuh dalam iman melalui pengajaran Firman Allah.
3. Tugas
Kateketika dalam Remaja[22]
Disebut Remaja karena memiliki budaya dan cirri tersendiri. Budaya disini
dicirikan sebagai kebiasaan, kepercayaan, sistem nilai dan bentuk pemikiran
tersendiri. Tugas kateketika dalam remaja ialh membangun filosofi yang
Alkitabiah dan Konstruktif untuk melayani para remaja dan Kateketika bertugas
untuk memeperkenalkan para remaja tentang hal-hal yang positif dan negtif serta
berpikir secara kritis.
4. Tugas
Kateketika dalam kaum Dewasa
Tugas kateketika dalam kaum muda sangat dibutuhkan karena kaum dewasa
sangat penting dalam proses pelayanan Kateketika Tugas Kateketika dalam kaum
dewasa ialah memberitakan sabda Allah, dan mewartakan adanya kuasa Yesus
Kristus. Kateketika juga
bertugas untuk mengatasi kesulitan berbagai masalah kaum dewasa dan menerangkan
berbagai tradisi iman serta menggali pengalaman manusia sebagai saluran
komunikasi.[23]
5. Tugas
Kateketika Dalam Kaum Orangtua
Orangtua merupakan unit pertama dalam proses kateketika karena orangtua
terlebih dahulu mengajarkan anak tentang kateketika. Karena itu orangtua juga
harus mendapat pengajaran kateketika. Tugas kateketika dalam orangtua ialah
mengajarkan orangtua untuk lebih mencintai Alkitab, selalu berdoa, mencintai gereja
dalam rajin bersaksi. Orangtua
juga diarjakan untuk mengusahakan adanya jam kebaktian keluarga.[24]
6. Tugas
Kateketika dalam Lansia
a.
Memberikan
kepemimpinan dengan membangun kebersamaan antara sesama
b.
Menerima
dan memenuhi pemanggilan di Gereja
c.
Memberikan
pelayanan seperti Kristus
d.
Memberikan
semangat mereka yang sudah lanjut usia kasih, kepedulian dan rasa hormat yang
patut mereka dapatkan
2.10.
Jenis-jenis
Kateketika
a.
Kateketika
Gereja
Tentang
katekese gerejawi bahwa sesudah pembuangan ke Babel hidup keagamaan orang-orang
Yahudi di Palestina dan di luar Palestin
berpusat dalam rumah-rumah ibadah. Rumah-rumah ibadah dimaksudkan sebagai
“rumah-rumah pengajaran” bagi rakyat. Maksudnya rumah-rumah pengajar, dimana
rakyat diajar dalam pengetahuan tentang Torah. Pengajaran ini seperti yang
telah kita katakan disitu terdiri dari pengakuan iman. Dalam abad-abad pertama
katekese gereja makin berkembang dan memperoleh bentuk-bentuk tertentu sebagai katekumenat. Secara kasar katekemunat
gereja purba terdiri dari dua bagian atau tingkat. Bagian atau tingkat pertama
ialah bagian katekumin-katekumin (pengikut-pengikut), dan yang kedua adalah
calon-calon baptisan.
b.
Kateketika
Keluarga
Menurut
kesaksian Perjanjian Lama, keluarga (rumahtangga) adalah tempat yang mula-mula,
dimana pendidikan dan bimbingan agama diberikan. Disitu orangtua berfungsi
sebagai pengajar-pengajar (guru-guru) yang pertama. Pada waktu-waktu yang
orangtua terutama ayah sebagai rumah keluarga mengumpulkan anak-anak mereka dan
anak-anak lain untuk memberikan kepada mereka pengajaran-pengajaran tentang
hukum-hukum Allah. Pengajaran dalam pendidikan ini adalah “bentuk purba” dari pelayanan katekese pemberitaan tentang
perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Oleh karena itu pemberitaan ini umat
Allah dibina menjadi umat yang baik, yang taat kepadaNya. Pengajaran itu
berlangsung secara lisan dalam keluarga-keluarga Israel. Yang penting kita
catat disini adalah dari mulanya pendidikan agama dari keluarga adalah suatu
bentuk katekese yang egitim. Namun jenis katekese ini sekarang telah hilang.
c.
Kateketika
Sekolah
Tentang
katekese gerejawi bahwa sekitar permulaan abad pertama rupanya telah ada
sekolah-sekolah yang didirikan jemaat-jemaat Yahudi, dimana anak-anak kecil
mendapat pelajaran dari guru-guru torah. Pengajaran ini yaitu untuk mengetahui
arti dan makna torah bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Ia mempunyai
hubungan dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Yahudi, yang merupakan latar
belakangnya. Sejak kecil anak-anak telah dibiasakan untuk menaati
peraturan-peraturan agama. Pengajaran (membimbing) diatur menurut umur
anak-anak. Pada umur 6-7 tahun mereka mulai pengajaran dengan elementer yaitu
belajar membaca, membaca nats torah kira-kira pada umur 10 tahun mereka mulai
dengan pengajaran yang sebenarnya atau misyna. Pada waktu itu pengajaran agama
terutama diberikan di sekolah-sekolah Kristen. Perhatian gereja-gereja kita
terhadap pengajaran ini tidak sama, ada yang cukup besar tetapi ada juga yang
tidak.[26]
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran kateketika gereja sangat
berperan penting dalam memberikan pengajaran kepada setiap anak atau setiap
jemaat. Dan tujuan kateketika itu juga untuk
mendidik warga gereja atau anak menjadi hamba-hamba Allah yang bertanggungjawab
di dunia. Akhirnya tujuan kateketika adalah juga penyampaian pengetahuan
tentang Allah dari generasi ke generasi. Dalam pengajaran kateketika untuk
memberikan pengajaran bahan yang digunakan adalah salah satunya adalah Alkitab,
untuk dapat mendewasakan jemaat atau seseorang mengenal Kasih Allah kepada
setiap jemaat. Setiap seseorang dapat memberikan pengajaran kateketika
terkhusus keluarga, sebab dari keluargalah merupakan awal dalam Orangtua
mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya dan dapat dilihat secara logis
dari kepercayaan bahwa anak-anak itu adalah anugerah Tuhan melalui orang
tua dan dari tangan orangtualah tugas
pendidikan itu diberikan.
IV.
Daftar
Pustaka
Sumber
Buku
Antoni Yan, Tanya-Jawab Sekitar Agama Kristen, Malang:
Yayasan Penerbit Gandum Mas
Atmadja Hadinoto N.K., Dialog dan Edukasi, Jakarta: BPK-GM, 2000
Ch Abineno L.,
Sekitar Katekes Gerejawi Jakarta: BPK-GM, 1999
Den End Th Van, Enam
Belas Dokumen Besar Calvinisme, Jakarta: BPK-GM, 2014
I.H Enklaar &
E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama
Kristen
I.H. Enkelar
E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama
Kristen Jakarta: BPK-GM, 1989
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Lalu Yosef, Katekese Umat, Jakarta: Pertemuan Komisi
Kateketik Keuskupan Se-Indonesia, 1997
Lewier F.C., Kateketika
Jakarta: Departemen, 1998
Lewier F.C., Kateketika, Jakarta: Departemen, 1998
Lilik Paulus, Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta:
ANDI Offest, 2006
Luther Martin, Katekismus
Besar, Jakarta: BPK-GM, 2011
Marj Poeter, Katekese
Masa Kini, Jakarta: Litindo, 1998
Porter R.J., Katekisasi Masa Kini Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000
RiemeG., Ajarlah
Mereka, Jakarta: Litindo, 1998
Sukarman
Timotius, Gereja Yang Bertubuh dan
Berkembang, Yogyakarta: ANDI, 2012
Sumber
Lain
https://www.Ids. Org/manual/
teachings-of-presidents-of-the-church-ezra-taft-benson/chapter-16-the-elderly-in-the-church?lang=ind,
Diakes Tanggal: 01
Februari 2018, Pukul 14:00
[1]
Th Van den End, Enam Belas Dokumen Besar
Calvinisme, ( Jakarta: BPK-GM, 2014), 141.
[2]
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990)
[3]
F.C. Lewier, Kateketika (Jakarta:
Departemen, 1998), 1.
[4]
R.J.Porter, Katekisasi Masa Kini
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 1.
[5]
L.Ch Abineno, Sekitar Katekes Gerejawi (Jakarta:
BPK-GM, 1999), 25-34
[6]
E.G. Homrighausen & I.H. Enkelar, Pendidikan
Agama Kristen (Jakarta: BPK-GM, 1989), 20
[7]
Martin Luther, Katekismus Besar, (Jakarta:
BPK-GM, 2011), 1&3
[8]
J.L. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, 1-2
[9]
G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Litindo, 1998), 21-29
[10]
J.L.Ch. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, (Jakarta:
BPK-GM, 2002), 126
[12]
G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Litindo, 1998), 21-29
[13]
Yosef Lalu, Katekese Umat, (Jakarta:
Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan Se-Indonesia, 1997), 23
[14]
Poeter Marj, Katekese Masa Kini,
(Jakarta: Litindo, 1998), 23
[15]
E.G. Homrighausen & I.H Enklaar, Pendidikan
Agama Kristen, 34
[16]
Ibid, 35
[17]
N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan
Edukasi, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 165
[18]
Timotius Sukarman, Gereja Yang Bertubuh
dan Berkembang, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 51-52
[19]
Ibid, 50
[20]
J.l.CH.Abineno, sekitar Katekese Gerejawi,
[21]
R.J. Porter MA, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Litindo, 1998), 158
[23]
I.H. Enklaar, E.G. Hommrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:
BPK-GM, 2009), 138
[24]
Yan Antoni, Tanya-Jawab Sekitar Agama Kristen, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas), 137-140
[25] https://www.Ids. Org/manual/
teachings-of-presidents-of-the-church-ezra-taft-benson/chapter-16-the-elderly-in-the-church?lang=ind,
Diakes Tanggal: 28 Februari 2018, Pukul 13:00
[26]
F.C. Lewier, Kateketika, (Jakarta:
Departemen, 1998), 14-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar