Jumat, 10 Mei 2019


KONTRAVERSI AJARAN KESELAMATAN
a). Kontraversi Yesus dengan Pemimpin Agama Yahudi
b). Kontraversi Paulus dengan Yudaisme Kristen
c). Corak Pandangan Bapa-Bapa Gereja di Zaman Patriakh (Tokoh-tokoh & Kelompok aliran Teologi)
I.            Pendahuluan
Sebagai umat Kristen sudah pastinyalah kita harus mengharapkan dan membutuhkan sebuah keselamatan , keselamatan yang pastinya kita harapkan ialah Keselamatan yang berasal dari pada Tuhan. Pada Pembahasan ini, kita akan membahas Kontraversi ajaran keselamatan menurut pandangan dari Pemimpin Yahudi, Keselamatan menurut Yesus , Keselamatan menurut Paulus , serta menurut Yudaisme Kristen , dan Para tokoh-tokoh teolog. Semoga dalam pembahasan kontraversi ajaran keselamatan ini, kita dapat mengambil dan memegang dalam kehidupan kita  . Tuhan Yesus Memberkati.
II.            Pembahasan
2.1.Pengertian Keselamatan
Keselamatan berasal dari bahasa Ibrani yesyua dan Yunani soteria yang berarti tindakan atau hasil pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya yang mencakup keselamatan.[1] Keselamatan merupakan penerapan karya Kristus terhadap kehidupan seseorang.[2] Keselamatan semula yang dimaksudkan adalah maksud Allah untuk menyelamatkan umat dari bahaya , kemudian juga berarti janji Allah mendirikan kerajaanNya. Dalam PB, Yesus mendatangkan keselamatan atau Kerajaan Allah (Matius 1:21). Kematian dan Kebangkitan Yesus adalah saat-saat paling menentukan dalam rangka keselamatan menurut PB.[3] Manusia yang tersesat karena perbuatannya diselamatkan oleh Anugrah Allah didalam Kristus.[4]
2.2.            Ajaran Keselamatan Menurut Yesus
 Alkitab mengajarkan bahwa Allah telah menyediakan keselamatan melalui pribadi dan Karya PutraNya (Yoh.3:16). Sang Putra telah diutus untuk menjadi manusia, mati ganti kita, bangkit kembali dari antara orang mati. naik kepada Allah Bapa, menerima kedudukan yang berkuasa di sebelah kanan  Allah, dan menghadap Allah atas nama orang percaya.[5] Kematian Kristus bukan hanya berkaitan dengan manusia dan dosanya, melainkan juga menyangkut Allah, dan hal ini disebut dengan istilah hendak mendamaikan. Kematian Kristus merupakan tindakan kebenaran, suatu demonstrasi bahwa Allah pada hakikatnya adalah Allah yang benar. Ini membuktikan bahwa Allah itu Adil dan Ia adalah pembenar terhadap yg beriman kepada Kristus. Melalui kematian Kristus, keadilan dan karunia Ilahi telah menampakkan wujud yang sempurna.[6]
2.3.Ajaran  Keselamatan Menurut Pemimpin Agama Yahudi
Hukum mempunyai tempat yang sentral di dalam ke Yahudi-an sepanjang sejarah. Sepanjang sejarah tersebut orang Yahudi merasa mempunyai ikatan dan kewajiban terhadap hukum. Hidup mereka sehari-hari mereka baktikan untuk mempelajari, menafsirkan , memberkalukan dan menghayati hukum.[7] Bagi orang-orang Yahudi yang berpendapat bahwa jasa dapat ditabung dengan cara memelihara hukum Taurat dengan cermat, “perbuatan menurut hukum Taurat”  merupakan  jalan keselamatan.[8] Orang Yahudi mengakui bahwa mereka adalah bangsa pilihan Tuhan. Karena memang dari pemanggilan nenek moyangnya, sehingga mereka tahu bahwa mereka bangsa yg dipilih Tuhan. Ketika mereka keluar dari Mesir, dan tiba di tanah Kanaan. Itulah kata-kata yg mereka ingat bahwa mereka ialah bangsa pilihan. Syarat mereka supaya tetap menjadi bangsa pilihan ialah Keluaran 19 : 5-6 dan isi perjanjian itu adalah Keluaran 34:2-28 yaitu Hukum Tauratlah isi Perjanjian itu.[9]

2.4.Kontraversi Yesus dengan Pemimpin Agama Yahudi
Pengajaran Yesus  sangat berbeda dengan pendekatan para ahli Taurat yang berpusat pada huruf-huruf  hukum. Pendekatan terhadap Perjanjian Lama itulah yang menjadi pertikaian Yesus dengan para ahli Taurat, yg berpegang teguh pada ajaran tradisional mereka.Tua-tua Yahudi memahami bahwa mereka adalah umat yang terikat dalam satu perjanjian dengan Allah. Siapa yang hidup dalam perjanjian itu, maka diaharus tunduk dan taat kepada perjanjian itu yaitu Hukum Taurat. Semua yang tidak tunduk kepada Hukum Taurat, berarti bukan umat Allah karena tanda keumatan dicerminkan melalui ketaatan Hukum Taurat.Lalu Yesus muncul dan mengatakan “Akulah penggenapan Hukum Taurat” (Matius 5:17). Itu berarti Yesus memposisikan diriNya sebagai tanda perjanjian antara Allah dengan Israel.[10] Yesus bukan seorang yang tidak mau tunduk kepada hukum. Perhatian Yesus adalah menafsirkan Perjanjian Lama dengan sebenar-benarnya sebagai pedoman untuk mengenal kehendak Allah. Kekhasan pendekatan Yesus ini terletak pada jawaban-Nya  terhadap suatu pertanyaan yg iklas: “Perintah manakah yg paling penting dari semua perintah ?” Pokok itu sering timbul dalam perdebatan ahli-ahli Taurat. Yesus menjawab dengan mengutip nats, perintah agar mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mrk. 12:28-34). Bagi Yesus Kasih adalah yang pertama dan kalau itu berarti membengkokkan atau menyampingkan peraturan-peraturan yang disusun turun temurun oleh Para Ahli Taurat , maka itulah yang harus dilakukan. Manusia yang dipedulikan Allah, jadi manusia diutamakan diatas peraturan-peraturan.[11] Jadi, Yesus memandang bahwa perjanjian di gunung Sinai bukanlah puncak tetapi pengantar digenapkannya isi perjanjian itu, dan sesungguhnya isi perjanjian yang akan digenapkannya itu adalah Yesus Kristus. Itu sebabnya Yesus katakana :Akulah jalan kebenaran dan hidup (Yoh.14:6).[12]
2.5.Ajaran Keselamatan Menurut Paulus
Kita mulai dengan tinjauan atas wawasan Paulus tentang anugerah Allah. Itu jelas sekali dalam ajarannya tentang keselamatan dalam surat Roma. Ia menegaskan bahwa orang-orang berdosa “oleh anugerah telah dibenarkan dengan Cuma-Cuma” (Roma 3:24), kendati manusia harus mengambil pembenaran ini bagi dirinya sendiri melalui iman. Apa yang disediakan Anugrah , diterima oleh Iman (bnd Roma 4:16). Dengan demikian Paulus dapat menyimpulkan keselamatan sebagai “karena Anugrah … oleh Iman” (Ef.2:8). Keyakinan yang kuat tentang karya Anugrah Allah ini tidak terbatas pada surat Roma saja. Itu juga muncul dalam surat-surat Korintus. Dalam I Korintus 1 : 4 anugerah Allah yang dianugerahkan dalam Kristus dikatakan membuat jemaat itu kaya dalam perkataan dan pengetahuan. Orang dibenarkan oleh anugrah-Nya (Tit 3:7). Seluruh rencana keselamatan dipandang sebagai penampakan Anugrah Allah (Tit 2:11).[13]             Dengan demikian, anugrah Allah adalah penggerak, dan penebusan oleh Kristus adalah penyebab yang berjasa untuk keselamatan kita. Keselamatan melalui perbuatan adalah hal yg mustahil, tetapi keselamatan oleh anugrah sudah pasti.[14]
2.6.Ajaran Keselamatan Menurut Yudaisme Kristen
Ketaatan kepada Taurat Allah adalah Ungkapan kepercayaan kepada Allah ; dan hanya mereka yang mempersembahkan kepercayaan seperti itu kepada Allah yang benar-benar menjadi Umat-Nya dan kepercayaan kepada Yesus Kristus sebagai Juruslamat. Intisari Teologi mereka dituliskan dalam Kisah Para Rasul 15:1 Beberapa orang dating dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara disitu : “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan”. Ibu kota Yudea yaitu Yerusalem berarti orang-orang Yahudi, dan Antiokhia dimana orang-orang yang mula-mula mengikut Kristus yang disebut Kristen. Sunat adalah tradisi Abraham. Adat istiadat Musa yaitu Hukum Taurat.[15] Pentingnya Taurat telah menyelubungi konsep perjanjian dan telah menjadi syarat keanggotaan Umat Allah. Lebih penting lagi, ketaatan kepada taurat telah menjadi  dasar keputusan Allah bagi seseorang. Taurat merupakan dasar pengharapan orang yang setia ,pembenaran, keselamatan, kebenaran, kehidupan. Ketaatan kepada Taurat pun akan mewujudkan Kerajaan Allah dan akan mengubah seluruh dunia yang telah terkutuk oleh dosa. Jadi dalam hal ini Taurat berfungsi sebagai perantara antara Allah dengan manusia. Peran Taurat menjadi ciri khas kerabian Yudaisme ; Taurat menjadi satu-satunya perantara Allah dengan manusia ; seluruh hubungan lain antara Allah dengan manusia, Israel, bahkan dunia pun ditentukan oleh Taurat. Kebenaran dan kehidupan di dunia yang akan datang diperoleh melalui ketaatan kepada Taurat. [16]
2.7.Kontraversi  Paulus dengan Yudaisme Kristen
Dalam hal ini Pengajaran Paulus sangat berbeda dengan pengajaran yang dilakukan oleh Yudaisme Kristen. Pandangan Yudaisme mengatakan wewenang Yesus hanya untuk menebus dosa manusia, untuk membersihkan dosa, dosa kita , tidak sampai memperoleh keselamatan, jika manusia sudah ditebus dosanya, belum tentu dia selamat. Bahwa hukum adalah alat untuk mencapai keselamatan, bagi mereka hukum adalah air kehidupan, roti kehidupan dan damai. Sedangkan bagi Paulus Kristuslah  jalan kepada keselamatan dan keselamatan bukan diperoleh karena tunduk kepada hukum taurat. Manusia dibenarkan karena iman dan bukan karena ia melakukan hukum taurat (Rom.3:28), tetapi Paulus tidak menyalahkan Hukum Taurat karena Taurat akan tetap sebagai Hukum Allah, Taurat itu bukanlah dosa (Rom 7:7). Melainkan kudus, benar dan tidak (Rom 7:12).[17]
2.8.Tokoh-tokoh dalam kelompok Aliran Teologia pada Zaman Patriakh
2.8.1.Aliran Moralisme
a.      Tertulianus
Tertulianus adalah Bapa Teologi Latin yang menulis banyak karya dalam bahasa-bahasa latin. Ia adalah pembela iman Katolik Ortodoks yang gigih, namun pada tahun akhir hidupnya ia meninggalkan gereja yang Am dan menjadi anggota serta pemimpin aliran Montanisme di Kartago, Afrika Utara. Tertulianus memiliki watak yang keras, itulah sebabnya ia memilih Montanisme yang bersikap keras  terhadap orang-orang yang murtad dalam penghambatan. Tertulianus mempertahankan asas perkawinan monogamy. Ia menolak pernikahan yg kedua. Sebab pernikahan yg kedua hanyalah diperbuat oleh orang yang bukan Kristen karena pernikahan yang kedua dipandangnya sebagai tindakan poligami. Pernikahan kesatuan Rohani dari 2 jiwa dan kesatuan itu berlaku mulai dari bumi hingga di seberang kubur. Ia menolak hiburan umum dengan tegas, Ia berpendapat bahwa kesenangan dari hiburan umum adalah salah satu dosa dunia dan bertentangan dengan iman Kristen serta hukum displin Kristen.[18]
Wawasannya mengenai rahmat dan peranan manusia dalam jalan keselamatan membuatnya menjadi perintis Teologi. Sesudah pengampunan dosa dalam baptisan, Allah mengaruniakan Roh Kudus yang menunjang usaha manusia untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.[19]
b.      Origenes
Origenes adalah seorang Bapa apologetika yang gigih mempertahankan kebenaran iman Kristen.[20] Origenes menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam hari dengan belajar dan berdoa, serta tidur dilantai tanpa alas. Dalam pendidikan serta teologinya dia berupaya menghubungkan kekristenan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masanya. Ia percaya bahwa filsafat Yunani merupakan persiapan untuk memahami Kitab Suci. Ia percaya akan eksistensi roh sebelum lahir dan mengajarkan bahwa keberadaan manusia diatas bumi ini ditentukan oleh perilakunya ketika dalam keadaan sebelum lahir. Ia menolak paham kebangkitan daging dan mempertimbangkan gagasannya bahwa akhirnya Allah akan menyediakan keselamatan bagi semua manusia.[21]
Origenes mengajarkan bahwa inkarnasi berlangsung melalui proses yang perlahan-lahan. Logos itu telah ada sebelum penciptaan dan sejak semula pula telah mengenakan jiwa. Jiwa itu melekat pada logos karena cintanya yang hangat. Jiwa itu menikah dengan Logos dan kemudian mengambil tubuh dari perawan Maria serta menjadi manusia untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang berdosa. Ia juga mengajarkan bahwa semua mahkluk ciptaan Allah akan mengalami keselamatan, termasuk didalamnya iblis dan malaikat yang memberontak kepada Allah. Pada akhirnya, segala sesuatu akan dipersatukan kembali,lalu terjadi lagi kejatuhan ke dalam dosa dan terbentuklah dunia yang baru lagi. Dengan demikian akan terdapat serentetan dunia baru.[22]
2.8.2.Aliran Sakramentalisme
a.      Irenaeus
Irenaeus adalah orang Yunani, yang lahir di Asia Kecil dari keluarga Kristen.[23] Ajaran Irenaeus ialah sama seperti jiwa, begitu juga tubuh manusia diciptakan oleh Allah. Maksud Allah ialah supaya tubuh dan jiwa itu kelak diberi hidup kekal. Namun, karena manusia jatuh kedalam dosa, tubuh dan jiwa itu tidak dapat tidak harus binasa. Tetapi, ia berkenan kepada Allah untuk menebus kita. Kristus, yang adalah Allah sepenuhnya, mengenakan tubuh dan jiwa manusia. Tubuh dan jiwa itu, karena penggabungan yang erat dengan bagian Kristus yg Ilahi, mengambil alih sifat keIlaihan , yaitu kekekalan. Dengan demikian, sesudah mati, kemanusiaan Kristus bangkit pula dan ikut naik ke sorga. Tetapi setiap kali Ekaristi dinyalakan, tubuh itu diterima oleh orang percaya. Kita memakan tubuh Kristus lalu tubuh itu menjadi suatu obat, semacam ragi, yg lama kelamaan mengubah sifat dan jiwa kita menjadi kekal. Ia menganggap sakramen sebagai “ragi (obat) kekekalan”. Teologi Irenaeus bercorak sakramentalistis. Artinya, Anugrah Allah disalurkan kepada kita terutama melalui sakramen.[24]
2.8.3.Aliran Gnostik
a.      Valentinus
Valentinus adalah tokoh Gnostik yg terkenal, ia dilahirkan sekitar tahun 100. Pada mulanya ia menyebarkan Gnostik di Aleksandria, tetapi kemudian pindah ke roma. Valentinus pindah keroma dan keluar dari gereja karena ia kecewa terhadap gereja. Ia berambisi untuk menjadi uskup, namun tidak berhasil. Valentinus mengajarkan bahwa pada mulanya, sebelum adanya waktu, terdapat satu aion yang disebut Butos (Kedalaman). Ia juga disebut Permulaan yg Pertama Bapa yg Pertama. Tempat kediaman sangat tinggi. Butos tidak dapat disebut namanya, tak dapat dilihat, kekal dan sempurna . Bersama Butos terdapat aion yg lain, yaitu Ennonia (Pikiran) yg disebut juga anugrah atau kesunyian. Butos dan Ennonia melahirkan 30 pasangan aion. Keseluruhan aion itu membentuk Pleroma. Pasangan aion yang pertama diberi nama Monogenes (Anak Tunggal) dan Aletheia (Kebenaran). Aion-aion itu mempunyai derajat yang bertingkat-tingkat. Makin dekat dengan Butos ia makin sempurna. Makin jauh dari Butos, ia makin kurang sempurna. Valentinus mengajarkan bahwa Demiurgos menciptakan manusia yaitu Yesus. Sewaktu Yesus dibaptis, aion Kristus turun kepada Yesus dalam bentuk burung merpati. Yesus mengajarkan Gnosis kepada murid-murid-Nya yang terdekat saja. Aion Kristus meninggalkan Yesus ketika Yesus dibawa untuk disalibkan sehingga Kristus tidak menderita dan mati. Yang mati adalah manusia jiwani itu saja. Keselamatan hanya dapat diperoleh melalui Gnosis (Pengetahuan Rahasia). Gnosis itu adalah pengetahuan tentang siapakah kita dahulu,lalu kita menjadi apa, dimanakah kita dahulu, kemudian ketempat manakah kita akan pergi, dari apa kita diselamatkan, apakah kelahiran dan apakah pula kembali itu.[25]
b.      Clemens dari Alexsandria  
Clemens dari aleksandria adalah seorang Bapa Gereja dari Gereja Timur pada periode Gereja Lama. Pentingnya Clemens dari Aleksandria dalam sejarah Gereja adalah keberanian dan keberhasilannya dalam mengadakan hubungan yang baik antara Iman Kristen dengan Filsafat. Pada masa ini orang takut untuk menghubungkan (memperdamaikan) antara kedua hal itu, karena akan membawa pada kesesatan. Usaha tersebut didasarkan pada pertimbangannya, bahwa jikalau gereja menutup diri terhadap kebudayaan dan filsafat Yunani, maka gereja akan tertutup bagi orang-orang yang berpendidikan. Clemens berpendapat bahwa didalam filsafat yunani terdapat kebenaran-kebenaran. Dalam hubungan Gnostik, Clemens berpendapat bahwa iman dan gnosis tidak ada pertentangan. Iman diperlukan bagi setiap orang Kristen. Namun disamping iman masih ada hal yang lebih tinggi, yaitu gnosis (pengetahuan). Gnosis itu diperlukan oleh orang Kristen yang dapat berpikir lebih mendalam. Gnosis (pengetahuan) tidak menghilangkan iman tetapi menerangi iman. Iman adalah permulaan pengetahuan dan karena itu iman harus berkembang hingga menjadi pengetahuan (gnosis).  Oleh karena itu, tanpa iman tidak mungkin gnosis itu ada.[26]
c.       Tatianus
Tatianus adalah seorang yang berusaha untuk mencari kebenaran. Pada akhirnya, ia menemukan dalam kekristenan. Ia mempelajari filsafat Yunani dan agama-agama lainnya, namun ia tidak memperoleh kepuasan batin. Pada akhirnya ia memperolehnya, ia menemukannya dalam kekristenan .Ia memperoleh kedamaian setelah membaca Alkitab . Tatianus tertarik karena karena Alkitab menekankan kesucian hidup. Kemungkinan Tatianus bertobat menjadi seorang Kristen di Roma, ketika ia berkenalan dengan Yustinus Martir disana. Dengan demikian ia menjadi Kristen karena belajar kepada Yustinus Martir. Sesudah kematian Yustinus Martir, Tatianus terpengaruh oleh aliran Gnostik dan mendirikan sektenya sendiri yang disebut Enkratit. Ia kemudian tinggal di Antiokhia dan mengajar disana. Ia memperoleh banyak pengikut. Tatianus menulis banyak karangan yang sebagian besar telah hilang. Terdapat dua tulisannya yang terpenting, yaitu Wejangan kepada orang Yunani dan Diatessaron. Tatianus menyatakan bahwa orang Kristen hanya menyembah Allah dan hanya takut kepada-Nya saja. Allah itu tidak dapat dilihat dengan mata manusia. Allah tidak mempunyai permulaan dan Ia sendiri adalah permulaan segala sesuatu. Allah adalah Roh dan menciptakan segala sesuatu bagi kepentingan manusia. Ia juga menguraikan tentang penciptaan , kejatuhan manusia kedalam dosa, kebangkitan orang mati, dan penghukuman.[27]
III.            Kesimpulan
Melalui kematian Kristus semua karunia Ilahi dan penyelamatan Allah akan terwujud . Yesus melakukan Hukum Taurat berlandaskan belas kasih. Pemimpin Yahudi menekankan dan beranggapan bahwa dengan melakukan hukum taurat akan mendapatkan keselamatan dari Allah. Itulah jalan keselamatan yang seutuhnya menurut pemimpin agama Yahudi. Paulus menekankan bahwa keselamatan itu adalah karya Allah  melalui Yesus Kristus. Keselamatan itu bukanlah karya manusia dengan taat atau ketika melakukan hukum taurat , tetapi ketika hanya oleh karena anugrah yang diterima manusia dalam iman , yang dimana iman itu kepada Yesus Kristus. Yudaisme Kristen menekankan keselamatan itu hanya dapat diperoleh dengan ketaatan kepada perintah-perintah dalam hal Taurat dan sunat, sebagai tanda perjanjian .
IV.            Daftar Pustaka
…., Ensklopedia Alkitab Masa Kini Jilid (M-Z), (Jakarta : Yayasan Bina Kasih, 1998), 375
Millard J.Erickson, Teologi Kristen Volume Tiga, Malang : Gandum Mas, 2004
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 2016
Henry C.Thiessen, Teologi Sistematika, Malang : Gandum Mas, 1993
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1987
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta : Gunung Mulia , 2016
Catatan Senior (Roni Rezeki Manihuruk) Rekaman Akademik Dogmatika II  (Medan : STT AS Medan 2017).
R.T. France, Yesus Sang Radikal, Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2009
Dikutip dari Sajian Senior, Dogmatika II, Egia Satria Ginting  III/A Theologia, 2017
F.D Wellem,  Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, 2009
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta : Gunung Mulia, 2015
A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah KeKristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012







[1] …., Ensklopedia Alkitab Masa Kini Jilid (M-Z), (Jakarta : Yayasan Bina Kasih, 1998), 375
[2] Millard J.Erickson, Teologi Kristen Volume Tiga, (Malang : Gandum Mas, 2004), 69
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2016), 199
[4] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (USA: ALI, 2012), 85
[5] Henry C.Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang : Gandum Mas, 1993), 307
[6] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002), 175-179
[7] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1987), 324
[8] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2,(Jakarta : Gunung Mulia , 2016), 127
[9] Catatan Senior (Roni Rezeki Manihuruk) Rekaman Akademik Dogmatika II  (Medan : STT AS Medan 2017).
[10] Rekaman Akademik Dogmatika II  (Medan : STT AS Medan 2018). Pada Hari Selasa, 25 September 2018

[11] R.T. France, Yesus Sang Radikal, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2009), 94-95
[12] Rekaman Akademik Dogmatika II  (Medan : STT AS Medan 2018). Pada Hari Selasa, 25 September 2018

[13] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, 270-272
[14] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 85
[15] Rekaman Akademik Dogmatika II  (Medan : STT AS Medan 2018). Pada Hari Selasa, 25 September 2018

[16]  George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 271-272
[17]  Dikutip dari Sajian Senior, Dogmatika II, Egia Satria Ginting  III/A Theologia, 2017
[18] F.D Wellem,  Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 2009), 179-180
[19] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : Gunung Mulia, 2015), 43
[20] F.D Wellem,  Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 152
[21] A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah KeKristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), 13
[22] F.D Wellem,  Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 153
[23] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009), 9
[24] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,  66
[25] F.D Wellem,  Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 197
[26] F.D Wellem,  Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 58-59

[27] F.D Wellem,  Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 175-176

Tidak ada komentar:

Posting Komentar