Jumat, 10 Mei 2019


SEJARAH PERKEMBANGAN HOMILETIKA
a.       Zaman Bapa-bapa Leluhur s.d. Zaman Hakim-hakim
b.      Zaman sebelum pembuangan s.d. Zaman Pembuangan
c.       Zaman Sesudah PEmbuangan s.d. Zaman Rasul-rasul


I.                   Pendahuluan
Homiletika adalah ilmu yang mempercakapkan tentang Yesus Kristus yaitu Firman Allah yang hidup. Sejarah adalah suatu hal yang penting dalam hal memahami sesuatu hal. Pada perkembangannya, homiletika memiliki sejarah yang panjang dan homiletika memiliki sejarahnya sendiri. Pada kesempatan kali ini, penyaji akan memaparkan sejarah perkembangan homiletika dari zaman bapa-bapa leluhur s.d. zaman hakim-hakim, zaman sebelum pembuangan s.d zaman pembuangan, zaman sesudah pembuangan s.d. zaman rasul-rasul.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Homiletika
Kata Homiletik berasal dari bahasa inggris Homiletics bahasa latin Homileticus yang berarti baik hati dan sopan dan yang berarti mengatakan, membicarakan. Kata Homletik sebenarnya tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam bahasa inggris istilah Homletics baru muncul pada abad ke 17 dan sejak itu kata ini dipakai untuk menunjuk ilmu berkhotbah.[1] Khotbah berasal dari kata Homilein berarti sama-sama , bergaul atau persekutuan, kontak dengan orang lain, pergaulan, bercakap-cakap, pembicaraan. Kemudian semakin hari semakin jelas artinya yaitu bercakap-cakap atau berbicara dengan seorang atau beberapa orang dan dalam teologia percakapan yang dimaksud adalah pemberiaan atau pewartaan Firman Tuhan (Luk.24:14, Kis.20:11).[2] Jadi Homiletics berarti teknik membuat khotbah berdasarkan suatu bagian Alkitab yang menyatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Alkitab itu. homiletik juga berkaitan dengan penyelidikan, pembahasan, pengembanan ilmu dan praktik berkhotbah. Homiletik berhubungan dengan teologi (atau ilmu) dan seni.[3]
2.2.Sejarah Perkembangan Homiletika
2.2.1.      Zaman Bapa-bapa Leluhur s.d. Zaman Hakim-hakim
2.2.1.1.Zaman Bapa-bapa leluhur
Semua tradisi Perjanjian Lama sama-sama menempatkan kisah bapak-bapak leluhur sebelum peristiwa keluaran Israel dari Mesir. Kisah itu adalah sejarah suatu keluarga yang mungkin sekali hidup sebagai peternak yang berpindah-pindah. Kisah Bapak-bapak leluhur mencerminkan keadaan Timur Tengah Kuno pada awal abad ke 20 SM. Penemuan kembali dunia kuno telah memperlihatkan bahwa kisah para bapak leluhur secara Alkitab. Tujuan utamanya bersifat teologis, sebagaimana jelasn darin pernyataan pembukaannya yang menegaskan janji Allah yang memanggil Abraham (Kej.12:1-3).[4]
1.      Abraham
Pengalaman keagamaan Abraham tidak dapat ditelusuri, karena Alkitab hampir tidak dapat ditelusuri, karena Allah hampir tidak menceritakan tentang kepercayaannya yang mula-mula. Yang ditekankan Alkitab adalah campur tangan Allah yang baru dalam kehidupan manusia, yaitu panggilan Allah terhadap Abraham seperti yang disajikan dalam Kej.12:1-3. Meskipun Abraham tetap bergerak dalam lingkungan keagamaan zamannya, namun kepergiannya ke Kanaan atas perintah Allah juga merupakan kepergiannya dari masa lampaunya politeistis untuk menyembah Allah yang Esa yang menyatakan diriNya kepadanya. Sejarah bapak-bapak leluhur dimulai dengan pemanggilan dan pemilihan Abraham dalam kejadian 12:1-3. Pemanggilan itu datang pada Abraham begitu saja, tanpa petunjuk waktu, tempat atau cara komunikasi dan tanpa keterangan tentang Abraham.[5] Abraham berkali-kali mengalami pertemuan dengan Allah, maka dalam rangka pertemuan-pertemuan itu Abraham mendapat janji mengenai anak yang akan lahir baginya, perjanjian yang digenapi setelah Abraham menunggu bertahun-tahun lamanya.[6] Abraham menerima firman Allah dan bersandar pada firman Allah, ia pergi ketika dipanggil (kej.12:1,4a), ia percaya akan janji Tuhan sekalipun keadaan tidak menunjang (kej.15:1-6) dalam hal ini percaya berarti bersandar kepada Allah dan mengikat diri sepenuhnya kepadaNya dan ia menyerahkan anaknya (kej.22:1-14).[7] Hubungan pribadi Abraham dan mengikat diri dalam kesetiaan kepada Abraham. Perjanjian Allah dengan Israel di gunung Sinai menentukan kewajiban-kewajiban yang harus dipikul Israel dan juga menggariskan tanggung jawab yang secara spontan diterima Allah sendiri dalam rangka perjanjian.[8]
2.      Ishak
Abraham  mencoba segala cara untuk memperoleh anak. Ia mengambil budak yang lahir dirumahnya sebagai anak (kej.15:2-3). Sara melindungi kedudukannya sebagai istri Abrahakm dengan memberi budaknya, Hagar sebagai istri kedua dan melalui perkawinan ini lahirlah Ismael (kej.16). Tetapi tak satupun dari kedua usaha itu memenuhi janji Allah akan seorang putra melalui Sara (15:4, 17:18-19). Akhirnya ketika usia lanjut membuat janji itu mustahil menurut ukuran manusia , “TUHAN memperhatikan Sara seperti yang difirmankanNya dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikanNya (21:1). Lalu lahirlah Ishak.[9] Keturunan Ishak berkembang menjadi bangsa yang lumayan besar. Dalam kitab Keluaran dan Imamat ditekankan hubungan yang istimewa antara keturunan Abraham (orang Israel) dengan Allah.[10]
3.      Yakub
Yakub ialah anak Ishak dan Ribka dan Yakub bertengkar dengan kakak kembarnya. Sejak didalam rahim Ibunya (Kej.25:23). Ia lincah dan pandai mencari keuntungan sendiri. Ia membeli hak kesulungannya dengan sepiring kacang merah (kej.25:26-34), menipu ayahnya untuk memperoleh berkat kesulungan (kej.27:1-35), lalu lari (yang kemungkinan disebabkan takut dibunuh oleh Esau, kej 27:4-45 atau atas suruhan Ibunya kej.27:1-35).[11] Kisah Yakub menyajikan gambaran seorang yang sangat “duniawi”, menggunakan tipu muslihat dan bersandar pada diri sendiri. Sejak lahirnya ia adalah seorang pengganti (25:26), ia adalah seorang perancang yang licik, tepat seperti Ibunya (27:5-17, 41-45). Pelayanannya selama 20 tahun pada laban pamannya merupakan pertarungan terus menerus antara dua orang yang cerdik , masing-masing berniat mengalahkan yang lain. Akhirnya ditepi sungai Yabok dalam perjalanan kembali ke Kanaan, Yakub menemukan lawan yang dapat dikalahkan ketika ia bergumul dengan “seorang laki-laki”. Kemudian ia mengenali orang itu sebagai Allah sendiri yang bergumul dengan dia. Hanya oleh karya Allah yang langsung , yakub si pengganti menjadi Israel sang pemenang (32:28).
Kisah-kisah kehidupan Yakub berdamai kembali dengan Esau (33:1-11) menyesali kelakuan putranya (34:30), dipandang setia karena menyingkirkan patung-patung dewa (35;2-3), hancur hati karena kehilangan putra kesayangannya, Yusuf (37:33-35) dan akhirnya yang atas kehendak Tuhan pergi ke Mesir (46:1-5) adalah sketsa orang yang dikuasai oleh Allah. Permintaannya sebelum meninggal (49:29-32) agar jasadnya dikuburkan di gua Makhpela melengkapi kisah itu dan menunjukkan dengan jelas bahwa Yakub hidup dalam janji yang diikrarkan Allah jauh sebelumnya kepada Abraham.[12]
4.      Musa dan Harun
Musa adalah tokoh yang  terpenting dalam sejarah dan Agama Israel. Ia dianggap sebagai nabi yang ideal, hamba Allah yang sebenarnya dan pengantara yang sangat terpercaya yang menyampaikan firman Allah kepada manusia (Bil.12;1-5, Ul. 18:15-22). Di dalam agama Yahudi nama Musa dipakai juga untuk menyebut kelima kitab yang pertama dalam PL yaitu Thorah. Thorah disebut sebagai kitab-kitab Musa. Musa dianggap sumber dari banyak hal yang kemudian berlaku di Israel. Tahun keagamaan Yahudi dengan semua upacara dan pestanya juga dianggap berasal dari Musa. Demikian juga dengan pelayanan korban, keimanan, hukum-hukum dan peraturan-peraturan. Bahkan kumpulan hukum yang disebut ‘kitab pejanjian” (kel.20;22-23:33). Bangsa Israel memberikan tempat yang sangat penting kepada Musa. Hal itu mereka lakukan bukan tanpa alasan. Alasan utama mereka adalah banyak hal yang khusus dalam iman Israel serta yang sangat menentukan sejarah Israel selanjutnya sudah ada dalam waktu dan dalam peristiwa-peristiwa yang di alami Musa.[13]
Imam besar merupakan perantara antara Allah yang kudus dengan umatNya yang berdosa. Dalam lambang kemah perjanjian (kelak, Rumah Allah) Allah hadir diantara kerub ruang Maha Kudus. Pada hari Raya Perdamaian, Imam besar harun menanggalkan jubah imamatnya , memakai jubah putih dan melaksanakan upacara.[14]
5.      Yosua
Yosua lahir di Mesir pada waktu orang Israel keluar dari Mesir, ia masih muda (kel.33:11). Dia diberi nama Hosea (Ibr.hosyea ‘keselamatan’, Bil.13:8), tetapi Musa memanggilnya yosua (Ibr.yehosyua ‘Tuhanlah keselamatan’, ay.16). Yosua dipilih Musa untuk menjadi pembantu pribadinya dan hadir di gunung ketika Musa menerima taurat (kel.24:13,dst). Ia juga menjadi penjaga kemah pertemuan pada saat Musa bertemu dengan Tuhan (33:11). Yosua diangkat oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin orang Israael ketika Musa meninggal (Ul.13;14-15:23). Yosua adalah seorang hamba yang telah mengalami peristiwa pembebasan dari Mesir, pemberian hukum Allah di Sna, keputusasaan dan penderitaan yang hebat dipadang gurun. Ia juga telah menyaksikan iman Musa yang besar.[15]

2.2.1.2.Zaman Hakim-hakim
Dengan membaca kisah mengenai pemberian Taurat di Sinai dan menyilmpukan bahwa hakim-hakim tersebut adalah para petugas yang ditunjuk Allah untuk mengdadili bangsa Israel apabila mereka melanggar hukum itu. pada umumnya hakim tidak melaksanakan peradilan, tugas utama mereka bukan untuk mendengan pengaduan atau pembuat keputusan hukum. Dalam lingkungan sosial, para penatua atau keluargalah yang biasanya melakukan hal itu , sedangkan dalam lingkungan agama para imam adalah penafsir hukum agama yang tertinggi. Ternyata “hakim-hakim” disini adalah seorang pemimpin berkharisma yang dibangkitkan oleh Tuhan dan diberi kuasa oleh rohNya untuk menangani masalah tertentu. Ia bukan raja dan tidak membentuk dinasti atau keluarga yang berkuasa. Seorang hakim adalah pria atau wanita (misalnya hakim wanita , Debora) yang dipilih Allah untuk mengusir penindas dan mengamankan negeri mereka.[16]
Pada mjulanya masing-masing hakim itu adalah seorang tokoh yang terkenal hanya dalam satu suku / kelompok dan dalam satu wilayah saja. Mereka masing-masing muncul untuk menyelamatkan suku/kelompoknya dari serangan musuh. Mereka adalah pahlawan-pahlawan suku/kelompok mereka masing-masing dan mungkin hidup sezaman dan mungkin juga tidak. Mereka juga terkenal karena mereka dipanggil yahweh. Ketika ‘Roh yahweh’ menguasai mereka (band.Hakim 6:34) mereka dimampukan untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Mereka merupakan orang-orang pertama yang menerima kharisma untuk memimpin orang banyak. Mereka adalah orang-orang yang menerima pemberian Roh Yahweh. Kedudukan mereka hilang ketika Israel mulai dipimpin oleh raja .
Kehidupan agamaniah dari masing-masing suku sebenarnya berpusat pada satu atau beberapa tempat suci. Ada tempat suci milik satu suku saja, tetapi ada juga yang menajdi milik bersama beberapa suku. Semua peraturan agamaniah dari suku-suku tersebut pada mulanya berpusat pada tempat-tempat suci lokal seperti itu. masing-masing tempat suci mempunyai Imam. Kebanyakan dari tempat-tempat suci lokal itu sudah ada jauh sebelum suku Israel yang bersangkutan datang kesitu. Upacara dan perayaan agamaniah Kanaan yang bersifat pertanian itu diambil alih oleh Israel dan diisi dengan makna yang baru. Kalau semula upacara dan perayaan itu berpusat pada dewa-dewi Kanaan, maka sekarang berpusat kepada yahweh, Allah Israel.[17]
2.2.2.      Zaman Sebelum Pembuangan s.d. Zaman Pembuangan
2.2.2.1.Zaman Sebelum Pembuangan
1.      Yesaya
Nabi Yesasa dapat dikatakan nabi yang paling pengting pada masa raja-raja Yehuda. Dia menitik beratkan klepercayaan kepada Allah, kendati dalam keadaan yang paling sukar. Dia tidak hanya berkhotbah bagi raja-raja saja, tetapi dia juga aktif fi bidang politik. Dengan demikian dia menjadi penolong dan penasihat bagi raja Hizkia. Pengetahuan akan kekudusan Allah membuka matanya terhadap realitas dosa bangsa itu dan terhadap hukuman yang akan datang dari allah. Hanya sedikit sisa bangsa ini akan diselamatkan dan akan menjadi permulaan dari bangsa yang baru. Yesaya tahu bahwa Allah memakai kekuasaan dan kekuatan orang asyur untuk dibatasi pula oleh Allah yang sama. Yesaya menantikan (seorang) Almasih (Mesias) dari keturunan Daud (fasal 7,9,11)0.[18]
2.      Yeremia
Yeremia dipanggil untuk mengabarkan hukuman yang akan datang oleh Allah atas bangsanya dan yang dilaksanakan dengan jatuhnya Yehuda dan Yerusalem dengan pembuangan ke Babylon. Nabi ini yang sama seperti Hosea selalu merasai kasih Allah terhadap Israel dengan begitu kuat, dipakai sebagai utusan Allah justru pada masa yang gelap itu.
Yeremia adalah anak Hilkia yang tinggal di anator. Nabi Yeremia sendiri mengumpulkan nubuat-nubuatnya yang diucapkan sampai tahun 60S seb kr.[19]
2.2.2.2.Zaman Pembuangan
Masa pembuangan adalah masa diangkutnya bangsa Israel oleh bangsa Asyur ke babylon. Dimana pembuangan itu merupakan hukuman Allah atas umat Allah yang berbakti kepada berhala. Masa pembuangan ini terjadi sekitar abad 7-6 SM, dimana pada waktu pembuangan itu ada dua orang nabi yang terkenal yakni Yehezkiel dan Daniel. Yehezkiel diutus terutama kepada orang-orang buangan yang di babel, sedang daniel bergerakl di istana Nebukadnevar.[20] Nabi Yehezkiel diangkut ke pembuangan di Babylon pada tahun 597 seb.ker, dia adalah seorang imam. Pada tahun 593 seb.kr, dia terpanggil sebagai seorang nabi. Sampai tahun 587 seb.kr, dia menubuatkan jatuhnya kota Yerusalem dan sesudah tahun ini, dia menubuatkan kelepasan Israel. Nama lengkap nabi ini ialah Yehezkiel bin Busi. Dia sering kali dipanggil oleh Allah dengan sebutan “anak manusia”, suatu gelar yang menitik beratkan kerendahan Yehezkiel sebagai seorang manusia saja.[21] Di pembuangan, Yehezkiel merasakan keputusasaan yang melanda umat Allah. Yehezkiel seperti menyaksikan penglihatan yang dramatis tentang medan perang yang penuh dengan kerangka kering, tetapi lebih dihidupkan kembali oleh roh Allah. Ia memakai gambaran yang dipakai ulang-tulang kuburan dan kerangka orang mati. Ia memakai metafora untuk menghidupkan pengharapan mereka berdasarkan kuasa Allah. Ia percaya kepada kebaikan dan kuasa Tuhan seperti yang tertulis dalam Hab 3:17-18. Ayat ini menjelaskan bahwa usaha menyampaikan firman tuhan dilakukan para nabi dengan menggunakan metafora dan bahasa yang indah.[22]
Konfessiones nabi Yehezkiel terdapat di dalam pasa; 1-3:15, pasal 3:16a, 22:27 (penglihatan-penglihatan pemanggilan); pasal 4-5:12 9perintah untuk melaksanakan tiga perbuatan simbolis), dll. Di dalam rangka konfessiones ini terdapat beberapa khotbah kenabian; pasal 6 dst; pasal 12;21-13:23, pasal 14;12-pasal 19; dst.[23]
2.2.3.      Zaman Sesudah Pembuangan s.d. Zaman Rasul-rasul
2.2.3.1. Zaman Sesudah Pembuangan
Sebelum melihat lebih jauh hal-hal yang dicapai oleh Ezra – Nehemia , kita perlu meninjau secara sepintas situasi kehidupan orang Israel sebagai umat Allah, supaya kita dapat mengerti makna pekerjaan mereka. Kejatuhan  Yerusalem dan peristiwa pembuangan memadamkan harapan yang ditaruh pada negara dan masa depan mereka yakni harapan yang dibentuk oelh keyakinan bahwa Allah telah memilih Sion selama-lamanya sebagai takhtaNya dibui dan telah menjanjikan kepada Daud suatu dinasti yang kekal. Melalui pekerjaan Ezra dan nehemia jati diri Israelm yang baru Israel dipusatkan disekitar Taurat dan Rumah Allah. Pada saat yang menentukan ini, melalui pemeliharaan Allah, jati diri umat Allah dibentuk oleh wujud dan isi kepercayaan mereka yang sebelum pembuangan justru tidak pernah berhasil menjadi pusat kehidupan mereka. Semuanya ini terjadi berkat pembaruan oleh Ezra dan Nehemia. Pelapor utama yang melahirkan jati diri yang baru itu adala Imam Ezra “ahli kitab yang mahir dalam taura Musa (Ezr 7:6). Berdasarkan mandat yang diperolehnya dari raja, ia “mengadakan penyelidikan mengenai yehuda dan yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahmu” (ay.14). Jadi kitab Ezra tiba di Yerusalem dengan kuasa dan semangat untuk mengatur kembali masyarakat agar mereka hidup sesuai dengan hukum taurat.
Bila dikatakan Ezra berhasil melaksanakan pembangunan kerohanian umat yang baru itu, maka Nehemia berhasil pula memantapkan kondisi fisiknya, ketika masih memangku jabatan tinggi di Yehuda berada dalam ‘kesulitan yang besar dan dalam keadaan tercela’ (neh.1:3). Ia berhasil mengusahakan agar dirinya diangkat sebagai bupati sehingga dengan wewenang dan sumber-sumber daya yang ada, ia dapat membangun kembali tembok kota itu. Dari doa- doa dan kesalehannya nyata bahwa ia mempunyai keyakinan yang kuat dalam agamanya. Karya mereka berdua berhasil mempersatukan jati diri Israel dengan kehidupan keagamaan sedemikian ruoa , sehingga umat Allah, firman Allah dan jani-janji keselamatanNya terpelihara sampai pada saat Allah menggenapi semua kerinduan dan harapan perjanjian yang lama dalam diri dan karya Yesus Kristus.
Ada banyak unsur yang baru dalam pranata dan jati diri umat Allah pada masa pemulihan itu, namun itu tidak berarti ada teologi baru. Rumah Allah sangat penting dalam pemikiran sesudah masa pembuangan. Rumah Allah itu melambangkan kehadiran Allah dengan cara yang tidak pernah dapat dicapai sebelumnya sebab kesetiaan mereka terbagi antara kepentingan politis dan kebangsaan. Rupanya ada perkembangan menuju pemahaman Perjanjian Baru akan kehadiran Allah dalam diri seorang manusia, melalui Dialah kemulianNya dinyatakan dan “diam di antara kita , penuh dengan anugerah dan kebenaran (yoh.1:14)”.[24]
2.2.3.2.Zaman Rasul-rasul
Sejumlah catatan pelayanan para rasul yang memberitakan Firman Tuhan memberikan gambaran gaya atau model khotbah pada masa perjanjian baru. Kisah Para rasul 2 menuliskan pengalaman Rasul petrus berkhotbah pada hari pentakosta. Hari itu 3.000 orang percaya kepada Tuhan Yesus dan memberikan diri mereka dibabtis (kis.2:41).petrus menggunakan dasar Perjanjian Lama (Daud) dan menghubungkan dasar itu kepada Tuhan Yesus. Petrus berpijak pada perjanjian Daud dan menunjukkan bahwa Tuhan Yesus yang disalibkan , mati dan bangkit merupakan bagian dari penggenapan perjanjian Daud, bapa leluhur mereka. Sementara itu, Kisah para rasul 10 mencatat kisah Rasul petrus yang berbicara dan memberitakan Firman Tuhan diantara orang-orang non-yahudi. Petrus menyatakan pergumulannya untuk dapat berkumpul dengan mereka, tetapi Allah telah menunjukkan kepadanya sesuatu yang lain, suatu perjalanan akan kehendak Allah. Petrus menggunakan model naratif (bercerita) dan menjelaskan perubahan hatinya. Sesungguhnya tidak ada hal baru pada khotbah Petrus. Ia hanya mengkhotbahkan kisal lama yang diceritakan (dikabarkan) kembali dengan penuh keyakinan.[25]
III.             Kesimpulan
Homiletika memiliki sejarah yang panjang, dan Homeletics baru muncul pada abad ke 17 dan kata ini dipakai untuk menunjuk ilmu berkhotbah. Sejarah perkembangan Homiletika dari zaman bapa-bapa leluhur sampai zaman hakim-hakim, pada saat itu masih Allah sendiri yang langsung memberi perintah keoada bapa-bapa leluhur dan hakim-hakim tersebut. Dan pada zaman pembuangan sampai zaman pembuangan, perkembangan homiletika sudah ada nabi yang mulai berkhotbah dan Allah juga masih secara langsung memberi perintah dan sesudah pembuangan sampai zaman rasul-rasul. Rasul sudah mulai memberitakan Firman Tuhan diantarab orang-orang non-yahudi. Petrus menggunakan model naratif (bercerita) dengan penuh keyakinan. Dan di setiap zaman ada perkembangan  baik sedikit maupun banyak, dalam sejarah perkembangan homiletika dari zaman bapa-bapa leluhur s.d. zaman hakim-hakim , zaman sebelum pembuangan s.d. zaman pembuangan dan zaman sesudah pembuangan s.d. zaman rasul-rasul.
IV.             Daftar Pustaka
...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih , 1997
Baker, F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK GM, 2007
Barth, Christoph, dkk, Teologi Perjanjian Lama , Jakarta; BPK GM, 2011
Blommendaal, J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta : BPK GM, 1979
Gintings, E.P., Khotbah dan Pengkhotbah, Jakarta: BPK GM, 2009
Gintings,E.P., Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya , Yogyakarta ; Penerbit Andi, 2013
Rowley, H.H., Ibadat Israel Kuno, Jakarta: BPK GM, 2014
Susanto,Hasan, Homiletik Prinsip dan MetodeBerkhotbah, Jakarta : BPK GM, 2002
Tambunan, Lukman, Khotbah dan Retorika, Jakarta: BPK GM,2011
W.S. dkk ,Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK GM, 1993
Wahono, S.Wismoady, Disini Kutemukan , Jakarta: BPK GM, 2002


V.                Perbaikan / Tambahan Dosen
Ciri-ciri Homiletika:
-          Berlangsung dalam peribadahan
-          Mempercakapkan tentan Yesus Kristus
-          Mengacu pada kitab suci
Berbicara bapa Leluhur khusus (suku) dari Adam dan Hawa
1.      Homilitiker
Allah yang awalnya memberikan perintah itu kepada Adam lalu adamlah yang menyampaikan kepada binatang lainnya. Ibrani 1;1-2 - pada zaman dahulu kala Allah berbicara kepada manusia (dengan berbagai cara dan perantara nabi-nabi) , dan pada zaman akhir ini , ia berbicara melalui perantara Yesus Kristus.
2.      Pada zaman Nuh dan Abraham
NUH- Peristiwa air bah yang dialami Nuh (cara Allah) menyampaikan Firman Allah.
ABRAHAM- Sedangkan  Abraham dengan fenomena alam dan fenomena alam ada juga suara Allah yang terdengar langsung kepada sara dan Hagar(melalui malaikat). Ada beberapa kali kepada Hagar malaikat menampakkan diri pada saat Hagar itu pergi meninggalkan rumah Abraham.
ISHAK- Ishak tidak pernah dijumpai oleh malaikat dan Allah tidak pernah berbicara kepadanya. Allah mengingatkan dia akan perjanjian terikat dengan bangsa yang besar.
YAKUB- Allah menggunakan mimpi , tidak lagi berbicara langsung dan bertemu dengan malaikat.
3.      400 tahun masa perbudakan
Sekalipun Allah tidak berbicara dengan perantara apapun , selama 400 tahun masa perbudakan Allah bertemu Musa pada waktu umat Israel memanggil Allah pada masa perbudakan. Musa dipilih menjadi Allah , bukan menjadi nabi/imam. Allah berbicara kepada Musa lalu dari Musa kepada Harun, harus kepada orang Israel dan Firaun. Musa menjadi representasi/ bukti kehadiran Allah, itu sebabnya ketika Musa pergi ke gunung Sinai dan tidak pulang-pulang , rakyat menuntut kepada Harun dan berkata “berikan kami Allah”. Musa adalah lambang kehadiran Allah.
Pada zaman Musa , Musa pernah dipanggil 40 hari 40 malam naik ke gunung dan selama naik ke gunung dia diperintah Allah menulis Taurat. Musa adalah orang yang rajin menulis (Bil.33:2). Dan untuk apa semua tulisan-tulisan Musa? Berkenaan dengan representasi Allah ketika terjadi sunsesi kepemimpinan dari Musa kepada Yosua, Yosua sempat berfikir dia tidak mampu meneruskan kepemimpinan Musa karena dia tau Allah selalu menyertai Musa (Yosua 1:8).
Setelah zaman Yosua , masuk Kanaan dan menempati tanahnya masing-masing , mengalami penindasan dari bangsa-bangsa lain karena ada gelombang dalam kitab suci pada zaman Yosua. Mereka tidak lagi hidup berdasarkan kitab Taurat. Maka dari zaman Yosua yang sebagai representai Allah kepada umat manusia adalah kitab suci (yos 1;8). Ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan, maka mereka menyadari bahwa mereka harus hidup pada hukum Taurat (Neh.8).








[1] Hasan Susanto, Homiletik Prinsip dan MetodeBerkhotbah, (Jakarta : BPK GM, 2002), 3
[2] E.P.Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta: BPK GM, 2009), 1
[3]Hasan Susanto, Homiletik Prinsip dan Metode Berkhotbah, 3

[4] Lasor W.S. dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK GM, 1993), 149-159
[5] Ibid, 161-163
[6] H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: BPK GM, 2014), 23
[7] Christoph Barth, dkk, Teologi Perjanjian Lama , (Jakarta; BPK GM, 2011), 68
[8] Rowley, Ibadat Israel Kuno, 24
[9] Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 164
[10] Ibid, 165
[11] ...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih , 1997), 627
[12] Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 168
[13] S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan , (Jakarta: BPK GM, 2002), 100
[14] Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 222
[15] Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 283
[16] Ibid, 301
[17] S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, 122-124
[18] J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta : BPK GM, 1979), 109-111
[19] Ibid, 116-117
[20] F.L.Baker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta: BPK GM, 2007). 96
[21] J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 122
[22] Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika, (Jakarta: BPK GM,2011), 53-54
[23] J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 123

[24] Lasor W.s,dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 442-448
[25] E.P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya , (Yogyakarta ; Penerbit Andi, 2013), 111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar