SEJARAH
PERKEMBANGAN HOMILETIKA
a. Zaman
Bapa-bapa Leluhur s.d. Zaman Hakim-hakim
b. Zaman
sebelum pembuangan s.d. Zaman Pembuangan
c. Zaman
Sesudah PEmbuangan s.d. Zaman Rasul-rasul
I.
Pendahuluan
Homiletika
adalah ilmu yang mempercakapkan tentang Yesus Kristus yaitu Firman Allah yang
hidup. Sejarah adalah suatu hal yang penting dalam hal memahami sesuatu hal.
Pada perkembangannya, homiletika memiliki sejarah yang panjang dan homiletika
memiliki sejarahnya sendiri. Pada kesempatan kali ini, penyaji akan memaparkan
sejarah perkembangan homiletika dari zaman bapa-bapa leluhur s.d. zaman
hakim-hakim, zaman sebelum pembuangan s.d zaman pembuangan, zaman sesudah
pembuangan s.d. zaman rasul-rasul.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Homiletika
Kata
Homiletik berasal dari bahasa inggris Homiletics
bahasa latin Homileticus yang
berarti baik hati dan sopan dan yang berarti mengatakan, membicarakan. Kata
Homletik sebenarnya tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam
bahasa inggris istilah Homletics baru
muncul pada abad ke 17 dan sejak itu kata ini dipakai untuk menunjuk ilmu
berkhotbah.[1]
Khotbah berasal dari kata Homilein
berarti sama-sama , bergaul atau persekutuan, kontak dengan orang lain,
pergaulan, bercakap-cakap, pembicaraan. Kemudian semakin hari semakin jelas
artinya yaitu bercakap-cakap atau berbicara dengan seorang atau beberapa orang
dan dalam teologia percakapan yang dimaksud adalah pemberiaan atau pewartaan
Firman Tuhan (Luk.24:14, Kis.20:11).[2] Jadi Homiletics berarti
teknik membuat khotbah berdasarkan suatu bagian Alkitab yang menyatakan hal
yang sama seperti yang dikatakan Alkitab itu. homiletik juga berkaitan dengan
penyelidikan, pembahasan, pengembanan ilmu dan praktik berkhotbah. Homiletik
berhubungan dengan teologi (atau ilmu) dan seni.[3]
2.2.Sejarah Perkembangan Homiletika
2.2.1.
Zaman
Bapa-bapa Leluhur s.d. Zaman Hakim-hakim
2.2.1.1.Zaman Bapa-bapa leluhur
Semua tradisi Perjanjian Lama sama-sama menempatkan kisah
bapak-bapak leluhur sebelum peristiwa keluaran Israel dari Mesir. Kisah itu
adalah sejarah suatu keluarga yang mungkin sekali hidup sebagai peternak yang
berpindah-pindah. Kisah Bapak-bapak leluhur mencerminkan keadaan Timur Tengah
Kuno pada awal abad ke 20 SM. Penemuan kembali dunia kuno telah memperlihatkan
bahwa kisah para bapak leluhur secara Alkitab. Tujuan utamanya bersifat
teologis, sebagaimana jelasn darin pernyataan pembukaannya yang menegaskan
janji Allah yang memanggil Abraham (Kej.12:1-3).[4]
1.
Abraham
Pengalaman keagamaan Abraham tidak dapat ditelusuri,
karena Alkitab hampir tidak dapat ditelusuri, karena Allah hampir tidak
menceritakan tentang kepercayaannya yang mula-mula. Yang ditekankan Alkitab
adalah campur tangan Allah yang baru dalam kehidupan manusia, yaitu panggilan
Allah terhadap Abraham seperti yang disajikan dalam Kej.12:1-3. Meskipun
Abraham tetap bergerak dalam lingkungan keagamaan zamannya, namun kepergiannya
ke Kanaan atas perintah Allah juga merupakan kepergiannya dari masa lampaunya
politeistis untuk menyembah Allah yang Esa yang menyatakan diriNya kepadanya.
Sejarah bapak-bapak leluhur dimulai dengan pemanggilan dan pemilihan Abraham
dalam kejadian 12:1-3. Pemanggilan itu datang pada Abraham begitu saja, tanpa
petunjuk waktu, tempat atau cara komunikasi dan tanpa keterangan tentang
Abraham.[5]
Abraham berkali-kali mengalami pertemuan dengan Allah, maka dalam rangka
pertemuan-pertemuan itu Abraham mendapat janji mengenai anak yang akan lahir
baginya, perjanjian yang digenapi setelah Abraham menunggu bertahun-tahun
lamanya.[6]
Abraham menerima firman Allah dan bersandar pada firman Allah, ia pergi ketika
dipanggil (kej.12:1,4a), ia percaya akan janji Tuhan sekalipun keadaan tidak
menunjang (kej.15:1-6) dalam hal ini percaya berarti bersandar kepada Allah dan
mengikat diri sepenuhnya kepadaNya dan ia menyerahkan anaknya (kej.22:1-14).[7]
Hubungan pribadi Abraham dan mengikat diri dalam kesetiaan kepada Abraham.
Perjanjian Allah dengan Israel di gunung Sinai menentukan kewajiban-kewajiban
yang harus dipikul Israel dan juga menggariskan tanggung jawab yang secara
spontan diterima Allah sendiri dalam rangka perjanjian.[8]
2.
Ishak
Abraham mencoba
segala cara untuk memperoleh anak. Ia mengambil budak yang lahir dirumahnya
sebagai anak (kej.15:2-3). Sara melindungi kedudukannya sebagai istri Abrahakm
dengan memberi budaknya, Hagar sebagai istri kedua dan melalui perkawinan ini
lahirlah Ismael (kej.16). Tetapi tak satupun dari kedua usaha itu memenuhi
janji Allah akan seorang putra melalui Sara (15:4, 17:18-19). Akhirnya ketika
usia lanjut membuat janji itu mustahil menurut ukuran manusia , “TUHAN
memperhatikan Sara seperti yang difirmankanNya dan TUHAN melakukan kepada Sara
seperti yang dijanjikanNya (21:1). Lalu lahirlah Ishak.[9]
Keturunan Ishak berkembang menjadi bangsa yang lumayan besar. Dalam kitab
Keluaran dan Imamat ditekankan hubungan yang istimewa antara keturunan Abraham
(orang Israel) dengan Allah.[10]
3.
Yakub
Yakub ialah anak Ishak dan Ribka dan Yakub bertengkar
dengan kakak kembarnya. Sejak didalam rahim Ibunya (Kej.25:23). Ia lincah dan
pandai mencari keuntungan sendiri. Ia membeli hak kesulungannya dengan sepiring
kacang merah (kej.25:26-34), menipu ayahnya untuk memperoleh berkat kesulungan
(kej.27:1-35), lalu lari (yang kemungkinan disebabkan takut dibunuh oleh Esau,
kej 27:4-45 atau atas suruhan Ibunya kej.27:1-35).[11]
Kisah Yakub menyajikan gambaran seorang yang sangat “duniawi”, menggunakan tipu
muslihat dan bersandar pada diri sendiri. Sejak lahirnya ia adalah seorang pengganti
(25:26), ia adalah seorang perancang yang licik, tepat seperti Ibunya (27:5-17,
41-45). Pelayanannya selama 20 tahun pada laban pamannya merupakan pertarungan
terus menerus antara dua orang yang cerdik , masing-masing berniat mengalahkan
yang lain. Akhirnya ditepi sungai Yabok dalam perjalanan kembali ke Kanaan,
Yakub menemukan lawan yang dapat dikalahkan ketika ia bergumul dengan “seorang
laki-laki”. Kemudian ia mengenali orang itu sebagai Allah sendiri yang bergumul
dengan dia. Hanya oleh karya Allah yang langsung , yakub si pengganti menjadi
Israel sang pemenang (32:28).
Kisah-kisah kehidupan Yakub berdamai kembali dengan Esau
(33:1-11) menyesali kelakuan putranya (34:30), dipandang setia karena
menyingkirkan patung-patung dewa (35;2-3), hancur hati karena kehilangan putra
kesayangannya, Yusuf (37:33-35) dan akhirnya yang atas kehendak Tuhan pergi ke
Mesir (46:1-5) adalah sketsa orang yang dikuasai oleh Allah. Permintaannya
sebelum meninggal (49:29-32) agar jasadnya dikuburkan di gua Makhpela melengkapi
kisah itu dan menunjukkan dengan jelas bahwa Yakub hidup dalam janji yang
diikrarkan Allah jauh sebelumnya kepada Abraham.[12]
4.
Musa
dan Harun
Musa adalah tokoh yang
terpenting dalam sejarah dan Agama Israel. Ia dianggap sebagai nabi yang
ideal, hamba Allah yang sebenarnya dan pengantara yang sangat terpercaya yang
menyampaikan firman Allah kepada manusia (Bil.12;1-5, Ul. 18:15-22). Di dalam
agama Yahudi nama Musa dipakai juga untuk menyebut kelima kitab yang pertama
dalam PL yaitu Thorah. Thorah disebut sebagai kitab-kitab Musa. Musa dianggap
sumber dari banyak hal yang kemudian berlaku di Israel. Tahun keagamaan Yahudi
dengan semua upacara dan pestanya juga dianggap berasal dari Musa. Demikian
juga dengan pelayanan korban, keimanan, hukum-hukum dan peraturan-peraturan.
Bahkan kumpulan hukum yang disebut ‘kitab pejanjian” (kel.20;22-23:33). Bangsa
Israel memberikan tempat yang sangat penting kepada Musa. Hal itu mereka
lakukan bukan tanpa alasan. Alasan utama mereka adalah banyak hal yang khusus
dalam iman Israel serta yang sangat menentukan sejarah Israel selanjutnya sudah
ada dalam waktu dan dalam peristiwa-peristiwa yang di alami Musa.[13]
Imam besar merupakan perantara antara Allah yang kudus
dengan umatNya yang berdosa. Dalam lambang kemah perjanjian (kelak, Rumah
Allah) Allah hadir diantara kerub ruang Maha Kudus. Pada hari Raya Perdamaian,
Imam besar harun menanggalkan jubah imamatnya , memakai jubah putih dan
melaksanakan upacara.[14]
5.
Yosua
Yosua lahir di Mesir pada waktu orang Israel keluar dari
Mesir, ia masih muda (kel.33:11). Dia diberi nama Hosea (Ibr.hosyea ‘keselamatan’, Bil.13:8), tetapi
Musa memanggilnya yosua (Ibr.yehosyua ‘Tuhanlah
keselamatan’, ay.16). Yosua dipilih Musa untuk menjadi pembantu pribadinya dan
hadir di gunung ketika Musa menerima taurat (kel.24:13,dst). Ia juga menjadi
penjaga kemah pertemuan pada saat Musa bertemu dengan Tuhan (33:11). Yosua
diangkat oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin orang Israael ketika Musa meninggal
(Ul.13;14-15:23). Yosua adalah seorang hamba yang telah mengalami peristiwa
pembebasan dari Mesir, pemberian hukum Allah di Sna, keputusasaan dan
penderitaan yang hebat dipadang gurun. Ia juga telah menyaksikan iman Musa yang
besar.[15]
2.2.1.2.Zaman Hakim-hakim
Dengan membaca kisah mengenai pemberian Taurat di Sinai
dan menyilmpukan bahwa hakim-hakim tersebut adalah para petugas yang ditunjuk
Allah untuk mengdadili bangsa Israel apabila mereka melanggar hukum itu. pada
umumnya hakim tidak melaksanakan peradilan, tugas utama mereka bukan untuk
mendengan pengaduan atau pembuat keputusan hukum. Dalam lingkungan sosial, para
penatua atau keluargalah yang biasanya melakukan hal itu , sedangkan dalam
lingkungan agama para imam adalah penafsir hukum agama yang tertinggi. Ternyata
“hakim-hakim” disini adalah seorang pemimpin berkharisma yang dibangkitkan oleh
Tuhan dan diberi kuasa oleh rohNya untuk menangani masalah tertentu. Ia bukan
raja dan tidak membentuk dinasti atau keluarga yang berkuasa. Seorang hakim
adalah pria atau wanita (misalnya hakim wanita , Debora) yang dipilih Allah
untuk mengusir penindas dan mengamankan negeri mereka.[16]
Pada mjulanya masing-masing hakim itu adalah seorang
tokoh yang terkenal hanya dalam satu suku / kelompok dan dalam satu wilayah
saja. Mereka masing-masing muncul untuk menyelamatkan suku/kelompoknya dari
serangan musuh. Mereka adalah pahlawan-pahlawan suku/kelompok mereka
masing-masing dan mungkin hidup sezaman dan mungkin juga tidak. Mereka juga
terkenal karena mereka dipanggil yahweh. Ketika ‘Roh yahweh’ menguasai mereka
(band.Hakim 6:34) mereka dimampukan untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.
Mereka merupakan orang-orang pertama yang menerima kharisma untuk memimpin
orang banyak. Mereka adalah orang-orang yang menerima pemberian Roh Yahweh.
Kedudukan mereka hilang ketika Israel mulai dipimpin oleh raja .
Kehidupan agamaniah dari masing-masing suku sebenarnya
berpusat pada satu atau beberapa tempat suci. Ada tempat suci milik satu suku
saja, tetapi ada juga yang menajdi milik bersama beberapa suku. Semua peraturan
agamaniah dari suku-suku tersebut pada mulanya berpusat pada tempat-tempat suci
lokal seperti itu. masing-masing tempat suci mempunyai Imam. Kebanyakan dari
tempat-tempat suci lokal itu sudah ada jauh sebelum suku Israel yang bersangkutan
datang kesitu. Upacara dan perayaan agamaniah Kanaan yang bersifat pertanian
itu diambil alih oleh Israel dan diisi dengan makna yang baru. Kalau semula
upacara dan perayaan itu berpusat pada dewa-dewi Kanaan, maka sekarang berpusat
kepada yahweh, Allah Israel.[17]
2.2.2.
Zaman
Sebelum Pembuangan s.d. Zaman Pembuangan
2.2.2.1.Zaman Sebelum Pembuangan
1.
Yesaya
Nabi Yesasa dapat dikatakan nabi yang paling pengting
pada masa raja-raja Yehuda. Dia menitik beratkan klepercayaan kepada Allah,
kendati dalam keadaan yang paling sukar. Dia tidak hanya berkhotbah bagi
raja-raja saja, tetapi dia juga aktif fi bidang politik. Dengan demikian dia
menjadi penolong dan penasihat bagi raja Hizkia. Pengetahuan akan kekudusan
Allah membuka matanya terhadap realitas dosa bangsa itu dan terhadap hukuman
yang akan datang dari allah. Hanya sedikit sisa bangsa ini akan diselamatkan dan
akan menjadi permulaan dari bangsa yang baru. Yesaya tahu bahwa Allah memakai
kekuasaan dan kekuatan orang asyur untuk dibatasi pula oleh Allah yang sama.
Yesaya menantikan (seorang) Almasih (Mesias) dari keturunan Daud (fasal
7,9,11)0.[18]
2.
Yeremia
Yeremia dipanggil untuk mengabarkan hukuman yang akan
datang oleh Allah atas bangsanya dan yang dilaksanakan dengan jatuhnya Yehuda
dan Yerusalem dengan pembuangan ke Babylon. Nabi ini yang sama seperti Hosea
selalu merasai kasih Allah terhadap Israel dengan begitu kuat, dipakai sebagai
utusan Allah justru pada masa yang gelap itu.
Yeremia adalah anak Hilkia yang tinggal di anator. Nabi
Yeremia sendiri mengumpulkan nubuat-nubuatnya yang diucapkan sampai tahun 60S
seb kr.[19]
2.2.2.2.Zaman Pembuangan
Masa pembuangan adalah masa diangkutnya bangsa Israel
oleh bangsa Asyur ke babylon. Dimana pembuangan itu merupakan hukuman Allah
atas umat Allah yang berbakti kepada berhala. Masa pembuangan ini terjadi
sekitar abad 7-6 SM, dimana pada waktu pembuangan itu ada dua orang nabi yang terkenal
yakni Yehezkiel dan Daniel. Yehezkiel diutus terutama kepada orang-orang
buangan yang di babel, sedang daniel bergerakl di istana Nebukadnevar.[20]
Nabi Yehezkiel diangkut ke pembuangan di Babylon pada tahun 597 seb.ker, dia
adalah seorang imam. Pada tahun 593 seb.kr, dia terpanggil sebagai seorang
nabi. Sampai tahun 587 seb.kr, dia menubuatkan jatuhnya kota Yerusalem dan
sesudah tahun ini, dia menubuatkan kelepasan Israel. Nama lengkap nabi ini
ialah Yehezkiel bin Busi. Dia sering kali dipanggil oleh Allah dengan sebutan
“anak manusia”, suatu gelar yang menitik beratkan kerendahan Yehezkiel sebagai
seorang manusia saja.[21]
Di pembuangan, Yehezkiel merasakan keputusasaan yang melanda umat Allah.
Yehezkiel seperti menyaksikan penglihatan yang dramatis tentang medan perang
yang penuh dengan kerangka kering, tetapi lebih dihidupkan kembali oleh roh
Allah. Ia memakai gambaran yang dipakai ulang-tulang kuburan dan kerangka orang
mati. Ia memakai metafora untuk menghidupkan pengharapan mereka berdasarkan
kuasa Allah. Ia percaya kepada kebaikan dan kuasa Tuhan seperti yang tertulis
dalam Hab 3:17-18. Ayat ini menjelaskan bahwa usaha menyampaikan firman tuhan
dilakukan para nabi dengan menggunakan metafora dan bahasa yang indah.[22]
Konfessiones nabi Yehezkiel terdapat di dalam pasa;
1-3:15, pasal 3:16a, 22:27 (penglihatan-penglihatan pemanggilan); pasal 4-5:12
9perintah untuk melaksanakan tiga perbuatan simbolis), dll. Di dalam rangka
konfessiones ini terdapat beberapa khotbah kenabian; pasal 6 dst; pasal
12;21-13:23, pasal 14;12-pasal 19; dst.[23]
2.2.3.
Zaman
Sesudah Pembuangan s.d. Zaman Rasul-rasul
2.2.3.1.
Zaman Sesudah Pembuangan
Sebelum melihat lebih jauh hal-hal yang dicapai oleh Ezra
– Nehemia , kita perlu meninjau secara sepintas situasi kehidupan orang Israel
sebagai umat Allah, supaya kita dapat mengerti makna pekerjaan mereka.
Kejatuhan Yerusalem dan peristiwa
pembuangan memadamkan harapan yang ditaruh pada negara dan masa depan mereka
yakni harapan yang dibentuk oelh keyakinan bahwa Allah telah memilih Sion
selama-lamanya sebagai takhtaNya dibui dan telah menjanjikan kepada Daud suatu
dinasti yang kekal. Melalui pekerjaan Ezra dan nehemia jati diri Israelm yang
baru Israel dipusatkan disekitar Taurat dan Rumah Allah. Pada saat yang
menentukan ini, melalui pemeliharaan Allah, jati diri umat Allah dibentuk oleh
wujud dan isi kepercayaan mereka yang sebelum pembuangan justru tidak pernah
berhasil menjadi pusat kehidupan mereka. Semuanya ini terjadi berkat pembaruan
oleh Ezra dan Nehemia. Pelapor utama yang melahirkan jati diri yang baru itu
adala Imam Ezra “ahli kitab yang mahir dalam taura Musa (Ezr 7:6). Berdasarkan
mandat yang diperolehnya dari raja, ia “mengadakan penyelidikan mengenai yehuda
dan yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahmu” (ay.14). Jadi kitab Ezra
tiba di Yerusalem dengan kuasa dan semangat untuk mengatur kembali masyarakat
agar mereka hidup sesuai dengan hukum taurat.
Bila dikatakan Ezra berhasil melaksanakan pembangunan
kerohanian umat yang baru itu, maka Nehemia berhasil pula memantapkan kondisi
fisiknya, ketika masih memangku jabatan tinggi di Yehuda berada dalam
‘kesulitan yang besar dan dalam keadaan tercela’ (neh.1:3). Ia berhasil
mengusahakan agar dirinya diangkat sebagai bupati sehingga dengan wewenang dan
sumber-sumber daya yang ada, ia dapat membangun kembali tembok kota itu. Dari
doa- doa dan kesalehannya nyata bahwa ia mempunyai keyakinan yang kuat dalam
agamanya. Karya mereka berdua berhasil mempersatukan jati diri Israel dengan
kehidupan keagamaan sedemikian ruoa , sehingga umat Allah, firman Allah dan
jani-janji keselamatanNya terpelihara sampai pada saat Allah menggenapi semua
kerinduan dan harapan perjanjian yang lama dalam diri dan karya Yesus Kristus.
Ada banyak unsur yang baru dalam pranata dan jati diri
umat Allah pada masa pemulihan itu, namun itu tidak berarti ada teologi baru.
Rumah Allah sangat penting dalam pemikiran sesudah masa pembuangan. Rumah Allah
itu melambangkan kehadiran Allah dengan cara yang tidak pernah dapat dicapai
sebelumnya sebab kesetiaan mereka terbagi antara kepentingan politis dan
kebangsaan. Rupanya ada perkembangan menuju pemahaman Perjanjian Baru akan
kehadiran Allah dalam diri seorang manusia, melalui Dialah kemulianNya
dinyatakan dan “diam di antara kita , penuh dengan anugerah dan kebenaran
(yoh.1:14)”.[24]
2.2.3.2.Zaman Rasul-rasul
Sejumlah catatan pelayanan para rasul yang memberitakan
Firman Tuhan memberikan gambaran gaya atau model khotbah pada masa perjanjian
baru. Kisah Para rasul 2 menuliskan pengalaman Rasul petrus berkhotbah pada
hari pentakosta. Hari itu 3.000 orang percaya kepada Tuhan Yesus dan memberikan
diri mereka dibabtis (kis.2:41).petrus menggunakan dasar Perjanjian Lama (Daud)
dan menghubungkan dasar itu kepada Tuhan Yesus. Petrus berpijak pada perjanjian
Daud dan menunjukkan bahwa Tuhan Yesus yang disalibkan , mati dan bangkit
merupakan bagian dari penggenapan perjanjian Daud, bapa leluhur mereka.
Sementara itu, Kisah para rasul 10 mencatat kisah Rasul petrus yang berbicara
dan memberitakan Firman Tuhan diantara orang-orang non-yahudi. Petrus
menyatakan pergumulannya untuk dapat berkumpul dengan mereka, tetapi Allah
telah menunjukkan kepadanya sesuatu yang lain, suatu perjalanan akan kehendak
Allah. Petrus menggunakan model naratif (bercerita) dan menjelaskan perubahan
hatinya. Sesungguhnya tidak ada hal baru pada khotbah Petrus. Ia hanya
mengkhotbahkan kisal lama yang diceritakan (dikabarkan) kembali dengan penuh
keyakinan.[25]
III.
Kesimpulan
Homiletika memiliki sejarah yang panjang, dan Homeletics baru muncul pada abad ke 17
dan kata ini dipakai untuk menunjuk ilmu berkhotbah. Sejarah perkembangan
Homiletika dari zaman bapa-bapa leluhur sampai zaman hakim-hakim, pada saat itu
masih Allah sendiri yang langsung memberi perintah keoada bapa-bapa leluhur dan
hakim-hakim tersebut. Dan pada zaman pembuangan sampai zaman pembuangan,
perkembangan homiletika sudah ada nabi yang mulai berkhotbah dan Allah juga
masih secara langsung memberi perintah dan sesudah pembuangan sampai zaman
rasul-rasul. Rasul sudah mulai memberitakan Firman Tuhan diantarab orang-orang
non-yahudi. Petrus menggunakan model naratif (bercerita) dengan penuh
keyakinan. Dan di setiap zaman ada perkembangan
baik sedikit maupun banyak, dalam sejarah perkembangan homiletika dari
zaman bapa-bapa leluhur s.d. zaman hakim-hakim , zaman sebelum pembuangan s.d.
zaman pembuangan dan zaman sesudah pembuangan s.d. zaman rasul-rasul.
IV.
Daftar
Pustaka
...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih , 1997
Baker, F.L., Sejarah
Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK GM, 2007
Barth, Christoph, dkk, Teologi Perjanjian Lama , Jakarta; BPK GM, 2011
Blommendaal, J., Pengantar
Kepada Perjanjian Lama, Jakarta : BPK GM, 1979
Gintings, E.P., Khotbah
dan Pengkhotbah, Jakarta: BPK GM, 2009
Gintings,E.P., Homiletika
Pengkhotbah dan Khotbahnya , Yogyakarta ; Penerbit Andi, 2013
Rowley, H.H., Ibadat
Israel Kuno, Jakarta: BPK GM, 2014
Susanto,Hasan, Homiletik
Prinsip dan MetodeBerkhotbah, Jakarta : BPK GM, 2002
Tambunan, Lukman, Khotbah
dan Retorika, Jakarta: BPK GM,2011
W.S. dkk ,Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK GM, 1993
Wahono, S.Wismoady, Disini
Kutemukan , Jakarta: BPK GM, 2002
V.
Perbaikan / Tambahan Dosen
Ciri-ciri Homiletika:
-
Berlangsung dalam peribadahan
-
Mempercakapkan tentan Yesus Kristus
-
Mengacu pada kitab suci
Berbicara
bapa Leluhur khusus (suku) dari Adam dan Hawa
1. Homilitiker
Allah
yang awalnya memberikan perintah itu kepada Adam lalu adamlah yang menyampaikan
kepada binatang lainnya. Ibrani 1;1-2 - pada zaman dahulu kala Allah berbicara
kepada manusia (dengan berbagai cara dan perantara nabi-nabi) , dan pada zaman
akhir ini , ia berbicara melalui perantara Yesus Kristus.
2. Pada
zaman Nuh dan Abraham
NUH-
Peristiwa air bah yang dialami Nuh (cara Allah) menyampaikan Firman Allah.
ABRAHAM-
Sedangkan Abraham dengan fenomena alam
dan fenomena alam ada juga suara Allah yang terdengar langsung kepada sara dan
Hagar(melalui malaikat). Ada beberapa kali kepada Hagar malaikat menampakkan
diri pada saat Hagar itu pergi meninggalkan rumah Abraham.
ISHAK-
Ishak tidak pernah dijumpai oleh malaikat dan Allah tidak pernah berbicara
kepadanya. Allah mengingatkan dia akan perjanjian terikat dengan bangsa yang
besar.
YAKUB-
Allah menggunakan mimpi , tidak lagi berbicara langsung dan bertemu dengan
malaikat.
3. 400
tahun masa perbudakan
Sekalipun
Allah tidak berbicara dengan perantara apapun , selama 400 tahun masa
perbudakan Allah bertemu Musa pada waktu umat Israel memanggil Allah pada masa
perbudakan. Musa dipilih menjadi Allah , bukan menjadi nabi/imam. Allah
berbicara kepada Musa lalu dari Musa kepada Harun, harus
kepada orang Israel dan Firaun. Musa menjadi representasi/ bukti kehadiran
Allah, itu sebabnya ketika Musa pergi ke gunung Sinai dan tidak pulang-pulang ,
rakyat menuntut kepada Harun dan berkata “berikan kami Allah”. Musa adalah
lambang kehadiran Allah.
Pada
zaman Musa , Musa pernah dipanggil 40 hari 40 malam naik ke gunung dan selama
naik ke gunung dia diperintah Allah menulis Taurat. Musa adalah orang yang
rajin menulis (Bil.33:2). Dan untuk apa semua tulisan-tulisan Musa? Berkenaan
dengan representasi Allah ketika terjadi sunsesi kepemimpinan dari Musa kepada
Yosua, Yosua sempat berfikir dia tidak mampu meneruskan kepemimpinan Musa
karena dia tau Allah selalu menyertai Musa (Yosua 1:8).
Setelah
zaman Yosua , masuk Kanaan dan menempati tanahnya masing-masing , mengalami
penindasan dari bangsa-bangsa lain karena ada gelombang dalam kitab suci pada
zaman Yosua. Mereka tidak lagi hidup berdasarkan kitab Taurat. Maka dari zaman
Yosua yang sebagai representai Allah kepada umat manusia adalah kitab suci (yos
1;8). Ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan, maka mereka menyadari bahwa
mereka harus hidup pada hukum Taurat (Neh.8).
[1]
Hasan Susanto, Homiletik Prinsip dan
MetodeBerkhotbah, (Jakarta : BPK GM, 2002), 3
[2]
E.P.Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta: BPK GM, 2009), 1
[4]
Lasor W.S. dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK GM, 1993), 149-159
[5]
Ibid, 161-163
[6]
H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: BPK GM, 2014), 23
[7]
Christoph Barth, dkk, Teologi Perjanjian Lama , (Jakarta; BPK
GM, 2011), 68
[8]
Rowley, Ibadat Israel Kuno, 24
[9]
Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 164
[10]
Ibid, 165
[11]
...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini
Jilid II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih , 1997), 627
[12]
Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 168
[13]
S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan , (Jakarta: BPK GM,
2002), 100
[14]
Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 222
[15]
Lasor, W.S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 283
[16]
Ibid, 301
[17]
S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, 122-124
[18]
J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta : BPK GM, 1979), 109-111
[19]
Ibid, 116-117
[20]
F.L.Baker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta: BPK GM, 2007). 96
[21]
J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 122
[22]
Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika, (Jakarta: BPK
GM,2011), 53-54
[23]
J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 123
[24]
Lasor W.s,dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, 442-448
[25]
E.P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya , (Yogyakarta ; Penerbit
Andi, 2013), 111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar