Jumat, 10 Mei 2019



INJIL SINOPTIK
(Latar Belakang dan Masalah-Masalahnya)

I.            Pendahuluan
Secara etimologi kata Sinoptik berasal dari bahasa Yunani dari kata syn dan opsis atau optic. Syn artinya bersama sedangkan opsis atau optic artinya melihat atau memandang. Jadi dapat diartikan bahwa sinoptik adalah ‘melihat secara bersama’ atau ‘melihat dengan cara pandang yang sama (S, 2012).[1]

II.            Pembahasan
Jika kita membaca secara cermat dan membandingkan bahan-bahan Matius, Markus dan Lukas maka kita akan melihat bahwa ketiga injil ini memiliki kesamaan antara yang satu dengan yang lain. Bisa kita lihat dari perikopnya, alur cerita maupun dalam susunan kalimat.

Hampir semua isi Injil Markus dapat dijumpai di Injil Matius, dan ada banyak kemiripan Injil Markus dan Injil Lukas. Namun, Injil Matius dan Injil Lukas mempunyai banyak materi yang sama, yang tidak dijumpai dalam Injil Markus(Wikipedia).[3]



Robert H. Stein melaporkan bahwa dalam injil Markus terdapat 661 ayat atau 11. 025 kata, Matius memiliki 1.068 ayat atau 18. 293 kata dan Lukas memiliki 1. 149 ayat atau 19. 376 kata. Dari jumlah kata-kata Markus , hanya 132 kata yang tidak sejajar dengan Matius ataupun Lukas dan dari jumlah kata dalam injil Matius hanya 3. 102 kata yang tidak sejajar dengan injil Markus dan Lukas. Sedangkan dari jumlah kata dalam injil Lukas hanya 6. 300 yang tidak sejajar dengan Matius dan Markus. Selanjutnya dari 11. 025 kata dalam injil Markus hanya 304 kata yang tidak sejajar dengan Matius dan 1. 282 kata tidak sejajar dengan Lukas. Kesimpulannya adalah 97.20% dari kata-kata dalam injil Markus sejajar dengan injil Matius dan 88,4% sejajar dengan injil Lukas.
Karena persamaan ini , maka sejak abad ke-17 ketiga injil ini disebut dengan “sinoptik.” Dan ketiga injil itu memberitakan tentang keidupan Yesus (Hakh, 2007). [4]

2.1. Susunan Kitab Injil Sinoptik
Matius di tempatkan pertama bukan karena kitab ini di tulis lebih dahulu, tetapi dalam garis penggenapan injil sesuai dengan amanat Yesus Kristus. Jemaat menempatkan Injil dalam bimbingan Roh Kudus dan dalam rangka penggenapan amanat Kisah Para Rasul 1:8. Jemaat telah menempatkan kitab Injil Matius sebagai yang pertama yang dialamatkan kepada orang Yahudi. Kemudian di susul dengan Injil Markus yang pencampuran Yahudi dan Romawi (Samaria) dan dialamatkan kepada bangsa Yahudi yang ada di Roma yang kebanyakan juga campuran Yahudi dan Romawi. Lukas ditempatkan di urutan ke-tiga yaitu kitab yang dialamatkan kepada bangsa Yunani. Dengan demikian penyusunan kitab telah di susun sedemikian rupa dan di bawah bimbingan Roh Kudus, demi penggenapan rencana Allah (Pasaribu, 2005).[5]

2.2. Latar Belakang
Matius adalah seorang Yahudi dan ia menuliskan surat Matius kepada bangsanya, yaitu bangsa Yahudi. Dan karena ia tahu bahwa orang Yahudi sangat menyukai silsilah-silsilah, maka dengan hal itu Matius menuliskan silsilah Yesus pertama kali dalam suratnya untuk menarik perhatian pembacanya. Markus bukanlah seorang Yahudi, namun ibunya seorang Yahudi. Ia menuliskan suratnya kepada orang-orang percaya di Roma, yang pada saat itu menderita di bawah pemerintahan Romawi. Berbeda dengan Lukas. Lukas adalah seorang yang seorang non-Yahudi dan injilnya dialamatkan kepada




Teofilus[6] yang juga adalah seorang non-Yahudi. Berbeda dengan Matius, Lukas menempatkan silsilah Tuhan Yesus pada pasal yang ketiga dan menghubungkannya dengan baptisan dan pencobaan di padang gurun. Lukas menjelaskan bahwa Yesus adalah anak Allah, anak Adam yang menjadi Juruselamat dunia termasuk bagi orang non-Yahudi.[7]
Masing-masing injil di tulis dalam waktu yang berbeda, di tulis di tempat yang berbeda dan oleh orang yang berbeda. Meski demikian isi dan tujuan injil adalah untuk memperkenalkan Yesus. Alasan kitab injil di tulis[8]:
a.      Untuk memperkenalkan siapa Yesus
Penulis menuliskan injil bertujuan untuk memperkenalkan Yesus, yaitu lewat cerita, menyaksikan, dan menuliskan kembali tentang pekerjaan Allah dalam dan melalui Yesus Kristus.
b.      Meneguhkan berita Alkitab (PL)
Untuk meneguhkan berita bahwa Allah telah menggenapi janj-janji Allah sebagaimana telah difirmankan dalam Perjanjian Lama. Semua janji-janji itu telah digenapi dalam diri Yesus Kristus.
c.       Agar pembaca mengenal Yesus Kristus
Kitab-kitab injil di tulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengenal Yesus secara pribadi agar dapat mengasihi Yesus Kristus. Artinya lewat pengenalan Yesus Kristus setiap para pembaca dapat semakin mengasihi Yesus Kristus, semakin dekat kapada-Nya dan menaati Yesus sebagai Juruselamat pribadi.
d.      Umat percaya mengenal Allah
Alkitab di tulis dengan tujuan agar para pembaca dapat memahami kasih Kristus sehingga setiap orang percaya dipenuhi dalam kepenuhan Kristus (Ef. 3:18-19). Alkitab adalah cerita tentang apa yang telah Tuhan kerjakan dan apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam diri Yesus untuk menyelamatkan manusia. Demi mencapai tujuan itulah injil ditulis. Para penulis memilih dan menyeleksi berita dari sebagian besar yang pernah diajarkan Yesus. 



2.3. Masalah-masalah dalam Injil sinoptik[9]
Walaupun terdapat banyak kesamaan yang mendalam, terdapat juga perbedaan-perbedaan yang jelas (Marxsen, 1994 ). Pada bagian awal dan akhir terdapat rincian yang lebih dalam dibandingkan dengan injil Markus. Meskipun demikian tidak menunjukkan kesamaan. Contohnya menurut injil Matius Yesus bangkit dan muncul di Yerusalem dan Galilea (Mat. 28:9, 16), tetapi menurut Lukas hanya di kota Yerusalem dan sekitarnya (Lukas 24). Dalam perikop-perikop lain Matius dan Lukas menggunakan bahan yang sama, namun tidak terdapat dalam injil Markus.
Ketiga injil ini mengandung bahan-bahan yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab lainnya[10] (Mat. 27:62-66; Mark. 4:26-29; Lukas 19:1-10).
Karena itu masalah sinoptis dapat diungkapkan sebagai berikut: bagaimana kita menjelaskan kesamaan di antara ketiga injil tersebut? Dan bagaimana kita menjelaskan adanya perbedaan meskipun terdapat kesamaan yang luas?

2.3.1.      Usaha-Usaha Awal untuk Memecahkan Masalahnya
Sekitar pertengahan abad XVIII Masalah Sinoptis sungguh diakui dan orang berusaha mencari pemecahan masalahnya. Untuk itu ada empat teori yang dikembangkan
2.3.1.1.Teori Injil Asli
Teori ini menganggap bahwa ada sebuah injil asli yang tidak diketahui lagi jejaknya yang di tulis dalam bahasa Aram. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa injil yang kita kenal adalah sebagai terjemahan bebas dari injil asli ini.
Namun teori ini tidak dapat dibenarkan karena suatu teori ini tidak dapat menjelaskan adanya kesesuaian kata demi kata. 
2.3.1.2.Teori Naratif
Teori ini menganggap bahwa adanya cerita/ kisah (narasi) yang beredar kemudian para penulis mengumpulkannya dalam urutan dan kata-kata yang berbeda.
Namun teori ini malah sebaliknya karena tidak dapat ditelusuri kembali dalam proses penyusunannya.
2.3.1.3.Teori Tradisi
Teori ini menganggap adanya cerita lisan yang beredar dalam kehidupan di Yerusalem di antara para Rasul dan demi kebutuhan penginjilan maka diterjemahkan dan disesuaikan lalu dituliskan.



2.3.1.4.Teori Saling Ketergantungan
Teori ini mengatakan bahwa adanya ketergantungan satra, maka dengan demikian sastra ini menjadi patokan dalam penulisan dalam injil. Jika demikian maka pada dasarnya injil Matius dan Lukas adalah sama. Namun teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa Markus menghilangkan/ tidak memasukkan begitu banyak bahan.

2.3.2.      Teori Dua Sumber
Teori ini menganggap bahwa ada dua yang menjadi sumber dalam penulisan injil sinoptik[11].
Pertama, adalah salah satu dari Injil, yaitu Markus. Di mana menurut sumber ini bahwa injil Matius dan Lukas menjadikan injil Markus sebagai sumber sastra dalam penulisan injil. Hal ini terbukti, karena kita dapat melihat bahwa sejumlah tradisi dalam injil Markus terdapat dalam masing-masing injil yang lainnya. Misalnya Markus 6:17-19 dapat kita temukan dalam Matius14:3-12; Markus 8:1-10 dalam Matius 15:32-39.[12] Begitu juga dengan Markus 1:21-28 terdapat dalam Lukas 4:31-37; Markus 9:38-41 terdapat dalam Lukas 9:49-50; Markus 7:41-44 terdapat dalam Lukas 21:1-4. Oleh sebab itulah teori ini mengusulkan bahwa injil Matius dan Lukas menggunakan injil Markus yang lebih singkat sebagai bahan penulisannya dan barangkali versi yang digunakan dalam penulisan itu versi yang berbeda. Dapat kita katakan bahwa sebelumnya telah ada/ telah lebih dahulu injil Markus, yang dinamakan Markus asli atau ur Markus.[13] Sulit untuk mengatakan ini sebuah kebetulan. Kenyataan bahwa injil yang lain tidak terdapat dalam perikop Markus.
Namun tidak ada bukti yang menyatakan keberadaan injil Markus yang asli itu. Sangat tidak logis bila kita mengatakan injil Markus yang asli itu hilang dan karena injil Matius dan injil Lukas menggunakan urMarkus yang berbeda maka dapat kita katakan sangatlah luas persebaran dari ur Markus itu. Karena itu teori ini tidak dapat dibenarkan. Biasanya sumber ini di sebagai sumber Q[14]. Meskipun Markus mungkin tidak mengenal Q, tetapi paling tidak mengenal tradisi-tradisi yang kemudian hari masuk kedalam Q (mis. Mat. 16:24-25 dan Luk. 9: 23-24 di ambil dari Mark. 8:34-35, tetapi Mat. 10:38-39 dan Luk. 14:27;17:33dari Q). Hal ini memberi kenyataan bahwa Markus pun tidak menulis injil secara langsung.
Yang kedua, sumber khusus yang di singkat sumber S yakni tradisi-tradisi bahan lisan. Namun tampaknya Q tidak mengandung bahan naratif (bisa diterjemahkan “pengisahan” dan atau “wacana”) mungkin dengan satu pengecualian yaitu Mat. 8:5-13=Luk. 7:1-10), mungkin juga bahan-bahan naratif paling tidak bagian khusus dalam Matius dan Lukas berasal dari sumber-sumber lain atau tradisi lain.
Teori dua sumber menolong kita dalam menjelaskan apa yang menjadi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dalam Injil Sinoptik.

2.3.3.      Kepentingan Teori Dua Sumber Bagi Tafsiran Injil-injil Sinoptis
Matius dan Lukas sama sekali tidak Kanonis artinya tidak berarti sebagai tulisan suci;  penyunting. Kenyataannya keduanya memperlakukan model dengan amat kritis dan bertindak cukup bebas dalam perlakuan mereka terhadap Q.[15] Namun bukan berarti sewenang-wenang melainkan jelas berhubungan dengan sudut pandang yang mereka ambil. Maka teori dua sumber mempunyai dampak yang penting terhadap tafsiran dalam arti segi-segi khusus dalam penulis barulah nampak bila berbeda dengan model-model mereka. Hal ini menjelaskan bahwa injil Matius dan Lukas selalu harus di bahas dengan injil Markus (Q). Dalam hal itu kita harus selalu memperhatikan urutan-urutan waktu. Karena itu kita memerlukan kedua sumber sebagai bahan revisi dalam memperhatikan sumber dan masalah waktunya sehingga semakin jelas.

2.3.4.      Teori Sumber Matius[16]
Teori ini muncul pada abad pertama dan kembali muncul pada abad ke-17 sampai ke-18.
Dalam teori ini menyebutkan bahwa kitab yang pertama sekali di tulis adalah kitab Matius dan Kitab yang kedua adalah kitab Lukas yang mana dalam penulisan Kitab Lukas juga menggunakan kitab Matius sebagai bahan dalam penulisan kitabnya dan yang terakhir adalah kitab Markus. Dalam teori inijuga disebutkan bahwa yang kitab Markus menggunakan Kitab Matius dan Lukas sebagai bahan penulisan kitabnya. Sehingga kitab Markus merupakan injil yang terpendek. Dan menurut teori ini juga khotbah Petrus sangatlah berpengaruh dalam penulisan kitab Markus, hal ini dapat kita terima sebab Markus adalah anak rohani Petrus. Maka tentulah Markus belajar banyak dari Petrus dan juga karena Petrus adalah salah satu murid Yesus. Teori ini sangat di dukung oleh gereja mula-mula hal ini karena lebih jelas adanya hubungan ke-tiga injil.
Namun kelemahan dari teori ini adalah pengabaian dalam hubungan kedekatan antara Markus dengan Lukas dengan Para Rasul lain bukan saja hanya kepada Matius. Hal ini juga diragukan karena hampir tidak ada bukti sejarah yang mengatakan Matius dan Lukas pernah bersama. Menurut Kisah Para Rasul Markus dan Lukas sudah saling mengenal dan juga bersama-sama dalam pemberitaan injil bersama para rasul baik Petrus maupun Paulus.

2.3.5.      Teori Empat Sumber[17]
Menurut teori ini injil yang paling tua adalah injil Markus dan sekaligus menjadi sumber penulisan yang di gunakan oleh Matius dan Lukas. Matius memakai empat sumber, yaitu: Injil Markus dan sumber “M” (sumber yang hanya dimiliki oleh Matius), sumber “Q” (sumber yang di pakai oleh Matius dan Lukas) dan di tambah dengan sumber tradisi yang ada di Antiokhia[18]. Sama halnya dengan Lukas memakai Injil Markus, sumber “L,” sumber “Q” dan tradisi yang ada di Kaisarea[19] atau Korintus sebagai sumber penulisannya.
Namun teori ini mengabaikan Matius sebagai murid Yesus yang menjadi saksi mata selama pelayanan Yesus, juga mengabaikan bahwa para penulis injil telah saling mengenal sehingga ada hubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga ada persamaan didalamnya.

2.3.6.      Teori Sumber Para Saksi Mata[20]
Teori ini merupakan kebenaran penulisan kitab Injil. Sepeti kita ketahui bahwa Alkitab dituliskan berdasarkan para saksi mata.
Matius menuliskan Injil berdasarkan apa yang disaksikannya selama bersama dengan Yesus. Lain halnya dengan Markus dan Lukas. Mereka bukanlah saksi mata atas semua peristiwa yang mereka tulis oleh sebab itu mereka mendapat sumber berasal dari para saksi mata atas semua peristiwa yang terjadi. Dapat diyakini bahwa para Rasul mengingat semua peristiwa-peristiwa yang mana peristiwa-peristiwa itu selama bertahun-tahun dikhotbahkan/ diberitakan secara berulang-ulang (tradisi lisan). Sumber inilah yang di pakai oleh Markus dan Lukas dalam penulisan injil. 
2.3.7.      Injil Markus di Tulis Lebih Dahulu?[21]
Dapat di pastikan sedikitnya Lukas menggunakan berbagai sumber dalam penulisan Injilnya, sebab ia secara eksplisit mengatakan bahwa ia telah menyelidiki hasil pekerjaan-pekerjaan orang lain, serta memilih bagian-bagian dari tulisan mereka yang sesuai dengan tujuan penulisannya.
2.3.7.1.Pemakaian Kata-kata
Lebih dari setengah kosakata yang di pakai Markus terdapat dalam Matius dan Lukas dan keduanya mempunyai bagian-bagian yang sama tepat, yang tidak terdapat dalam injil Markus.
2.3.7.2.Urutan
Jika kita menemukan adanya persamaan urutan cerita dalam kitab maka kita dapat berkata bahwa ada satu sumber yang sama dan kata-katanya telah di rekam oleh ke-tiga penulis. Ketiga injil secara garis besar memiliki urutan yang sama. Di mulai dengan kisah pelayanan Yohanes pembaptis, kemudian baptisan Yesus Kristus, kemudian pencobaan, pelayanan Yesus, hingga hari-hari terakhir Yesus, pengadilan, penyaliban dan kebangkitan-Nya.
2.3.7.3.Isi
Dari 661 ayat dalam Markus, 606 ayat ditemukan dalam Matius dalam bentuk yang hampir sama dan kira-kira setengahnya terdapat juga dalam Lukas.
2.3.7.4.Gaya Bahasa
Gaya bahasa seorang penulis dapat bergantung pada banyak hal: situasi penulisan, kepada siapa injil itu di tulis, apakah ia menggunakan sekretaris atau tidak dan sebagainya. Injil Markus di tulis dengan bahasa Yunani yang lebih rendah mutunya karena ia sering melukiskan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan kata kerja bentuk masa kini. Sedangkan Matius dan Lukas menggunakan kata kerja bentuk lampau yang lebih tepat. Jika Markus menggunakan kata kerja yang kurang tepat tentu tata bahasanya pun kurang sempurna. Markus mencatat delapan ucapan Yesus dengan bahasa Aram. Lukas sama sekali tidak mengikutinya, sedangkan hanya ada satu dalam injil Matius.
2.3.7.5.Gagasan dan Teologi
Saat injil-injil di tulis teologi sudah sangat berkembang pada jaman Rasul Paulus.
Matius dan Lukas tampaknya telah mengubah ataupun menghilangkan pernyataan tertentu dalam injil Markus yang di anggap kurang menghargai Yesus. Pernyataan Markus yang blak-blakan di Nazaret Yesus “tidak dapat mengadakan satu mujizat pun” (Markus 6:5), dalam Matius berbunyi, “tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ” (Mat.13:58), dan Lukas sama sekali menghilangkannya. Begitu juga perkataan Yesus dalam Markus, “mengapa kau katakan Aku baik?” (Mark. 10:18) dalam Matius dikatakan sebagai berikut “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?” (Mat. 19:17).

2.3.8.      Teori “Proto Lukas”[22]
Penggagas teori ini adalah B. H. Streeter. Dalam teorinya ia mengatakan bahwa Matius menulis sebagian besar dari injil Markus meskipun dalam tulisannya Matius menuliskannya kembali dan menyediakan kembali tempat bagi informasi ataupun topik tambahan. Sehingga hasilnya seperti Markus yang baru/ yang di revisi. Dalam penelitiannya Streeter menemukan bahwa apabila sebagian topik yang sama dengan Injil Markus di hilangkan sisanya tidak terpadu bukunya pecah/ tidak sejalan. Streeter juga melakukan hal yang sama dengan injil Lukas dan dia menemukan bahwa yang tinggal masih merupakan cerita yang nyambung/ sejalan. Terutama mengenai kematian dan kebangkitan Yesus, tampak ditambahkan dengan keterangan dari Markus bukan dari cerita Markus.
Streeter beranggapan bahwa sebelum Markus di tulis Lukas telah membuat suatu konsep berdasarkan kumpulan ucapan-ucapan Q dan bahan yang di sebut L, yang di terimanya dari jemaat Kaisarea di mana ia tinggal ketika Paulus di penjara (Kis. 23:23-27:2). Kemudian, ia berpendapat ketika Lukas tinggal di Roma tidak lama setelah itu  ia mendengar bahwa tidak lama berselang telah di tulis Injil Markus dan ia memasukkan kutipan-kutipan kepada Proto Lukas yang telah dibuatnya. Hal ini terbukti. Lukas sering memberikan versi cerita yang berbeda dengan Markus contohnya penolakan Yesus di Nazaret (Mark. 6:1-6; Luk. 4:16-30). Kedua penulis menceritakan kisah yang sama, tetapi cerita Lukas jauh lebih lengkap. Streeter menyebutkan bahwa permulaan injil Lukas ada dua yang di mulai dengan Lukas 1:1-4 dan diulangi kembali pada Lukas 3:1 dengan penetuan tanggal secara saksama pelayanan Yesus. Streeter menyimpulkan bahwa yang menjadi permulaan asli Proto Lukas kemudian ia menyimpulkan bahwa Lukas 1-2 merupakan tambahan.
Tetapi teorinya tidak di terima secara luas karena terlalu menyederhanakan persoalannya dan mungkin saja Lukas mengenal bahan Markus, tetapi tidak melalui injil Markus dalam bentuk sekarang.
III.            Kesimpulan
Kita telah melihat banyak hal mengenai injil sinoptik. Memang banyak sekali teori-teori yang di munculkan namun tidak satu pun yang pasti semua memiliki kelemahan. Mengenai kepastiannya itu kembali kepada diri kita masing-masing. Sebab kitab Injil dituliskan bukanlah sebagai biografi Yesus, namun kisah-kisah selektif tentang kehidupan dan pengajaran Yesus Kristus demi pelayanan dan perkembangan iman jemaat mula-mula dan juga demi penyebaran pelayanan (Drane, 1996).[23] Namun meskipun demikian ada beberapa fakta yang cukup pasti[24] (Tenney, 2009):
1.      Injil Markus dan Injil Matius merupakan rangkaian cerita yang sangat mirip dan terkadang sampai kepada pemilihan katanya. Hal ini dapat dimengerti karena tradisi dan pergaulan hidup mereka.
2.      Injil Markus di susun oleh seseorang yang kehidupannya sangat dekat dengan para Rasul sejak kelahiran Gereja dan di tulis semasa hidup para Rasul.
3.      Injil Lukas merupakan catatan bebas dari rekan seperjalanan Paulus yang menulis pada abad pertama dan dengan sumber khotbah-khotbah apostel (para Rasul).
Kami meyakini bahwa permasalahan sinoptik ini muncul karena ketiga injil memiliki kemiripan tentu kita pasti bertanya jika ceritanya sama mengapa harus tiga injil? Dan karena keberadaan ketiga injil ini pasti kita mencari yang mana yang paling benar?
Namun perlu diketahui pada dasarnya injil dituliskan untuk penyebaran pelayanan. Sehingga para penulis injil menulis injil secara bebas menuliskannya sesuai dengan konteks tujuannya. Kalau ada kemiripan dapat kita yakini bahwa mereka punya sumber yang sama, lagipula Markus dan Lukas bukanlah murid Yesus jadi karena para murid sama-sama dalam perjalanan mengikut Yesus tentu punya cerita yang sama namun memiliki penyampaian yang berbeda. Ketiganya berjalan sejajar untuk saling melengkapi dan memberikan suatu gambaran mengenai pengajaran dan pekerjaan Yesus sesuai dengan maksud Roh Kudus yang mengilhamkannya. Selain itu perlu kita ketahui jauh lebih penting Injil-Injil itu sendiri daripada membeda-bedakannya.[25]






Daftar Pustaka


Drane, J. (1996). Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hakh, S. B. (2007). Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik. Banndung: Jurnal Info Media.
Indonesia, L. A. (2011). Alkitab: Edisi Pelita. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Kasih, Y. K. (2008). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid 1 A-L. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Kasih, Y. K. (2008). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid 2 M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Marxsen, W. (1994 ). Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Pasaribu, M. (2005). Eksposisi Injil Sinoptik: Mengenal Yesus yang Diberitakan dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Malang, Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas.
Pegan, M. (2011, Mei 19). Teori-Teori Injil Sinoptik. Retrieved Oktober 14, 2015, from http://mexesjr.blogspot.co.id/: http://mexesjr.blogspot.co.id/2011/05/teori-teori-injil-sinoptik.html
Press, O. U. (2015). Oxford Biblical Studies Online. Retrieved Oktober 12, 2015, from Oxford Biblical Studies Online: www.oxfordbiblicalstudies.com/article/opr/t94/e1982?_pos=8312
S, L. A. (2012). Smart Book of Christianity: Perjanjian Baru. Yogyakarta: ANDI.
Tenney, M. C. (2009). Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
Wikipedia. (n.d.). Wikipedia: Injil Sinoptik. Retrieved September 25, 2015, from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Injil_Sinoptik






[1] Lukas Adi S. 2012. Smart Book of Christianity: Perjanjian Baru. Yogyakarta: ANDI. Hlm. 30.
[2] Berkas: Relationship between synoptic gospels. png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9f/Relationship between synoptic gospels. png Lisensi: GFDL Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alecmconroy
[3] Injil Sinoptik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas di kutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Injil_Sinoptik pada 25 September 2015 pukul 13.00.
[4] Pdt. Dr. Samuel Benyamin Hakh. 2007. Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik. Bandung: Jurnal Info Media. Hlm. 13-14.
[5] Pdt. Dr. Marulak Pasaribu. 2005. Eksposisi Injil Sinoptik: Mengenal Yesus yan Diberitakan dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Malang: Penerbit Gandum Mas. Hlm. 29-30.
[6] Teofilus (Yunani theophilos, “sahabat Allah”). Orang yang kepadanya dikirimkan Lukas kedua tulisan sejarah yang ditulisnya (Luk. 1:3; Kis. 1:1). Ada yang menganggap bahwa nama itu ialah “orang Kristen, pembaca surat itu.” Yang lain menganggap bahwa nama itu menyembunyikan seorang tokoh besar, seperti Titus Flavius Klemen kemenakan kaisar Vespasianus (pendapat B. H. Streeter, the Four Gospels, 1924, hlm 534 dst). Tetapi mungkin sekali nama itu adalah nama sungguhan. Gelar “yang mulia” yang diberikan kepadanya dalam pembukaan Lukas bisa mengartikan bahwa Teofilus termasuk golongan equestrian yang berjabatan tinggi atau bisa juga merupakan gelar kehormatan. Teofilus sudah menerima sedikit banyak mengenai ajaran kristen , tetapi Lukas mengambil keputusan untuk menyediakan baginya berita yang tersusun lebih teratur dan yang lebih dapat dipercaya. Teofilus juga bisa anggota bagian dari golongan masyarakat Roma yang Lukas hendak layani demi keuntungan injil. Tetapi ia bukanlah pembela Paulus dihadapan Nero, seperti dianggap oleh J. I. Still, St. Paul on Trial, 1923, hlm, 84 dst (Kasih, 2008).
[7] Pdt. Dr. Marulak Pasaribu. 2005. Eksposisi Injil Sinoptik: Mengenal Yesus yan Diberitakan dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Malang: Penerbit Gandum Mas. Hlm. 40.
[8] Ibid, hlm. 41-42.
[9] Willi Marxsen. 1994. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kristis Terhadap Masalah-Masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 132.
[10] Kitab Lainnya seperti kitab Yohanes yang juga membahas tentang biografi Yesus
[11] Teori dua sumber ini adalah merupakan suatu bentuk “teori ketergantungan.”
[12] Tanpa adanya kesejajaran dengan injil yang lain.
[13] Ur-Markus Nama yang diberikan oleh beberapa para ahli Jerman untuk injil yang diduga sebagai edisi pertama Injil Markus. Bukti yang digunakan untuk mendukung teori ini adalah adanya beberapa frasa dalam Injil yang kita kenal saat ini yang tidak terdapat dalam injil Matius dan injil Lukas. (Press, 2015)
[14] Sumber ini disebut sebagai “sumber” perkataan-perkataan atau “sumber logia” dan disebut dengan singkatan Q (Quelle dalam bahasa Jerman). 
[15] Sama seperti latar belakang penulisan Matius dan Lukas menulis injil secara bebas dan membuat tekhnik tersendiri dalam menambah keuntungan dalam penyebaran injil.
[16] Pdt. Dr. Marulak Pasaribu. 2005. Eksposisi Injil Sinoptik: Mengenal Yesus yan Diberitakan dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Malang: Penerbit Gandum Mas. Hlm. 82-83.
[17]  Ibid, hlm. 83-84.
[18] Antiokhia merupakan sebuah kota yang didirikan oleh Seleukus I Nikator (312-280 SM), pemimin pasukan berkuda dari Makedonia untuk menghormati ayahnya. Letaknya di jalur lintas perdagangan antara Efesus dan Sisilia, maka kota itu Merupakan pusat kebudayaan orang Yunani (Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid 1 A-L, 2008).
[19] Kota yang di bangun oleh Herodes Agung di tempat menara Strato. Kota ini berada di pantai Laut Tengah, 40 KM sebelah Selatan G. Karmel dan kiri 100 KM sebelah Barat Laut Yerusalem. Nama Kaisarea diberikansebagai penghormatan kepada kaisar Roma, Agustus (Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid 1 A-L, 2008).
[20] Pdt. Dr. Marulak Pasaribu. 2005. Eksposisi Injil Sinoptik: Mengenal Yesus yan Diberitakan dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Malang: Penerbit Gandum Mas. Hlm. 85.
[21]  John Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. hlm. 193-196.
[22]  Ibid, hlm. 199-200.
[23] John Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. hlm. 203.
[24] Merrill C. Tenney. 2009. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. Hlm. 178.
[25] John Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. hlm. 86.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar