Jumat, 10 Mei 2019



ETIKA  PB :Etika yang Eskatologi
Apakah Ada hubungan Etika yang baik dengan kehidupan akan datang ?
I.                   Pendahuluan
Istilah Eskatologi sudah sering di dengar oleh  kaum Teolog-teolog untuk secara lebih luas itu sendiri. Dan, sebagai orang Kristen yang sudah percaya melalui penyelamatan oleh Yesus Kristus, pastinya tidak terlepas juga dari etika kristen yang sesuai dengan pengajaran Kristus. Serta ajaran mengenai Eskatologi atau kedatangan Yesus untuk dunia ini. Untuk memberi jawaban atas pertanyaan “Apakah ada hubungan Etika yang baik dengan kehidupan akan datang ?” Semoga sajian ini bermanfaat bagi kita sekalian.
II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Etika
Menurut KBBI, Etika adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang asas-asas moral (ahklak).[1] Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: kebiasaan,adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara, berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha artinya adalah adat kebiasaan. Etika juga dijelaskan sebagai “Ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).[2]  Etika juga merupakan prinsip-prinsip perbuatan yang benar dan yang salah. Dasar untuk melakukan apa yang benar, dan ketajaman untuk dapat melihat apa yang benar, merupakan hal-hal yang mendasar dalam seluruh Alkitab.[3] Oleh karena itu, istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah: tata krama, sopan santun, pedoman moral,, norma susila, dan lain-lain yang berpijak pada norma tata hubungan antar unsur-unsur atau antar elemen didalam masyarakat dan lingkungannya.[4]
2.2. Eskatologi Secara Umum
Dalam Kristen dan Islam mengenal dan mengimani kedatangan akhir zaman. Secara umum akhir zaman adalah dunia dan semua isinya menjadi rusak, binasa, lenyap, dimana seseorang tidak akan dapat untuk memperbaikinya kembali. Atau juga dapat dikatakan suatu bencana besar, rusak dan binasa, berakhir dan tidak akan muncul lagi.[5] Dalam Kristen istilah ini dalam ilmu teologia dikenal dengan istilah Eskatologi sedangkan dalam Islam dikenal dengan istilah Kiamat, dan dalam Islam kiamat ini juga dikenal dengan kiamat Kubra yaitu kehancuran alam semesta secara total.[6]
Sebutan “Eskatologi’ menarik prhatian pada kenyataan bahwa sejarah dunia ini beserta umat manusia akhirnya akan mencapai titik konsumasi. Proses itu bukanlah sebuah proses tak tertentu yang tampak akhir, tetapi sebuah sejarah yang sesungguhnya yang bergerak yang menuju suatu akhir yang ditunjuk oleh Tuhan. Menurut Alkitab itu akan tiba sebagai suatu krisis yang sangat luar biasa, fakta dan peristiwa yang berkaitan dengan krisis itu membentuk isi dari Eskatologi. Pembicaraan disini adalah Kedatangan kristus, kebangkitan orang mati, penghakiman terakhir, konsumasi kerajaan Allah dan keadaan terakhir dari orang saleh dan orang durhaka.[7]
2.3. Eskatologi Secara Individual
Disamping Eskatologi umum, ada juga Eskatologi individual yang harus di perhatikan. Peristiwa-peristiwa yang disebutkan bisa membentuk keseluruhan Eskatologi dalam arti sempit, tetapi kita tidak dapat berlaku adil padanya tanpa menunjukkan bagaimana eneras-generasi yang telah mati akan mengambil bagian pada peristiwa-peristiwa terakhir. Bagi individu, akhir dari eksistensi sekarang ini datang bersama dengan kematian, yang mengubah dirinya sepenuhnya dari jaman ini menuju kepada jaman yang akan datang. Hal-hal yang menyentuh keadaan individual antara kematiannya dan kebangkitan orang mati merupakan bagian dari Eskatologi individual. Kematian jasmani, kekekalan jiwa, status normal akan dibicarakan dalam bagian ini.[8]
2.4. Eskatologi dalam Kristen
2.4.1.      Pengertian Eskatologi
Secara terminologis, istilah eskatologi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu eskhatos, yang artinya “akhir” atau ”terakhir”, dan logos, yang artinya “Firman” atau “ajaran”.[9] Dalam doktrin Kristen Eskatologi biasanya dipahami sebagai kesudahan dunia ini, dan dalam konteks keselamatan manusia eskatologi dipahami sebagai terlepasnya jiwa dari tubuh dan masuk ke sorga. Atau lebih umum lagi dipahami sebagai hari kiamat.[10] Eskatologi adalah doktrin mengenai akhir zaman yang masuk ke dalam wacana Kristen dengan makna kematian, penghakiman surga, dan neraka.[11]          Menurut Niftrik dan Boland, sebenarnya Eskatologi tidak berbicara tentang ‘apa yang dinantikan’, tetapi ‘siapa yang dinantikan’ yaitu Yesus Kristus. Eskatologi dipahami sebagai pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya untuk menyempurnakan karya penyelamatan atau karya penebusannya. Dalam konteks itu, maka hubungan antara Yesus Kristus yang sudah datang dan Yesus Kristus yang akan datang tidak akan terputus. Maka Eskatologi harusnya dipahami sebagai proses penggenapan yang sudah, sedang dan akan sedang berlangsung. Dalam konteks itu, maka teologi eskatologi tidak berbicara tentang apa yang akan datang, tetapi justru apa yang terjadi dan yang sedang terjadi.[12]
2.4.2.      Eskatologi dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, kita dapat melihat pengajaran Yesus terutama dalam perumpamaan-perumpamaan yang Ia ajarkan seperti perumpamaan tentang lalang dan gandum (Mat. 13:23-30,36-43) dan perumpamaan tentang pukat (Mat. 13:47-50). Dalam perumpamaan ini Yesus menyatakan bahwa pada waktunya malaikat akan memisahkan orang yang benar dari orang yang jahat, dan orang yang jahat akan diberikan ganjaran dengan mencampakkan ke dapur api (Mat. 13:41-43) begitu juga dengan perumpamaan perjamuan kawin (Mat.22:1-14).
Ketika orang Kristen mengaku bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang dibangkitkan Allah dari kematian , hal ini langsung membawa umat Kristen kepada pengertian “akhir Zaman” : Mesias adalah tokoh “akhir Zaman” dan kebangkitan adalah pristiwa utama dari akhir zaman. Sama halnya dengan pemahaman Yahudi bahwasanya Mesias itu datang untuk meniadakan segala kejahatan dan menghukum semua penjahat, serta mengukuhkan pemerintahan atau kerajaan Allah dengan sempurna. Mesias adalah pemegang kuasa terakhir dan semua orang pada masa akahir zaman tersebut akan menghadap kepada-Nya, termasuk mereka yang sudah mati. Jadi intinya bahwa akhir zaman adalah kedatangan Tuhan Yesus Kristus dalam kemuliaan (Mrk. 13:26). Dan akhir zaman tersebut akan dimulai pada saat kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.[13]
2.5. Etika Perjanjian Baru (Etika yang eskatologi)
Etika sangat menitik-beratkan perbuatan manusia pada waktu sekarang. Dan eskatologi mengarahkan segala perhatiannya kepada hari kemudian. Oleh sebab itu, Etika dan eskatologi tidak berjajar sebagai dua eksponen yang tidak berhubungan satu sama lainnya. Tetapi etika dan eskatologi jalin-menjalin sedemikian rupa, sehingga panggilan Kristen di dunia ini, beralaskan pengharapan akan Kerajaan Allah, dan hingga perbuatan berdasarkan pengharapan, dan dengan demikian Etika digerakkan oleh eskatologi. Kitab perjanjian baru adalah kitab pengharapan. Namun telah berubah keadaannya. Dalam perjanjian baru segala pengharapan itu dipusatkan di dalam Yesus Kristus, yang sudah datang dan yang akan datang. “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8).[14]
Dengan Tegas Paulus mengatakan, “Kristus itulah pengharapan kita!” (Kolose 1:27). Kehidupan manusia sebagai kehidupan yang eskatologi ditandai dengan adanya Roh Kudus (Kis 2:4 dengan 2:17). Roh kudus merupakan tanda yang nyata untuk awal eskaton. Maksudnya disini kita bukan budak lagi, melainkan anak. Kita tidak takut lagi, tetapi merdeka untuk menempuh hidup dengan rasa gembira dan berani. Status manusia selaku anak Allah ialah status eskatologis yang sudah mulai berlaku. Jadi pemberian Roh Kudus menandai pendahuluan keselamatan eskatologis, dan mereka yang menerimanya bersukaria tentang karunia/pemberian itu.[15]
Yesus Kristus dalam ajarannya, masalah eskatologi mendapat “perhatian” yang seksama. Pada “Hari Tuhan” Yesus Kristus akan “menghakimi” pemerintah AntiKristus (II Tesalonika 2:2), dan menghakimi serta menghukum orang yang “menolak Yesus Kristus” sebagai Juruselamat manusia. Sewaktu seseorang mengambil keputusan untuk melakukan kehendak Allah dalam karya Yesus, ia secara langsung terkait pula mengambil bagian, dalam keselamatan yang berhubungan dengan Kerajaan Allah yang eskatologis. Kerajaan Allah yang masih “dinantikan”, memberikan “motivasi moral” kepada orang-orang percaya untuk bersikap dan bertindak, sesuai dengan predikat sebagai “anak-anak Allah” yang menjadi warga Kerajaan Allah.[16]
2.5.1.      Kerajaan Allah (Eskatologis) Presentis
Eskatologis “presentis” adalah eskatologi yang menyangkut masa sekarang. Eskatologi yang bersifat presentis sebagian besar terdapat dalam Injil Yohanes (Yohanes 5:24 ; 18:36).[17] Dalam injil Yohanes tentunya terdapat keterangan bahwa Yesus menganggap waktu yang menentukan. Orang-orang yang telah melihat kemuliaan-Nya (Yohanes 1:14). Penghukuman tidak hanya merupakan peristiwa yang terjadi pada masa yang akan datang tetapi lebih merupakan kenyataan yang terjadi pada masa sekarang. Barangsiapa yang tidak percaya telah berada dibawah hukuman (Yohanes 3:18). Penghukuman atas dunia ini berlangsung “sekarang” (Yohanes 12:31).[18] Menurut Yohanes, hukuman terakhir, kebangkitan orang mati dan kehidupan yang kekal sudah terwujud dengan kedatangan Yesus. Dalam ayat Yohanes 5:24 menekankan untuk eskatologi presentis, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barangsiapa mendengarkan perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Orang yang sudah percaya sudah bangkit dan sudah mempunyai hidup yang kekal. Kejadian Eskatologis ini merupakan tujuan seluruh kedatangan Yesus yang diberitakan dalam Injil Yohanes: “Supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (20:31).[19]
2.5.2.      Kerajaan Allah (Eskatologis) Futuris
Menurut pandangan pertama, ajaran Yesus mencerminkan suatu “eskatologi futuris” atau “eskatologi konsisten”. Maksud kata “futuris” disini ialah masa depan dari sudut pandang Yesus dan bukan dari sudut pandangan masa kini. Ada banyak orang Kristen sekarang yang berpegang pada “eskatologi futuris”. Mereka mengharapkan kedatangan kerajaan Allah dalam bentuk nyata di masa depan. Mereka mengidentifikasikan kedatangan kerajaan Allah sperti ini dengan kedatangan Yesus yang kedua kalinya (atau parousia). Yang mempopulerkan gagasan bahwa Yesus menganut eskatologi futuris adalah Albert Schweitzer, teolog jerman yang menjadi dokter dan misonaris di afrika. Menurut pendapatnya, Yesus mempunyai pengharapan-pengharapan yang sama seperti banyak penulis apokaliptik Yahudi sezamannya. Bagi Yesus kedatangan yang kedua kali bukan merupakan suatu kemungkinan, tetapi suatu hal yang pasti. Didalam salah satu perkataan-Nya, kedatangan yang kedua kali dihubungkan secara khusus dengan Kerajaan Allah (Matius 16:28; Mrk 9:1).[20]
2.6.Apakah Ada hubungan Etika yang baik dengan kehidupan akan datang?
Dari pertanyaan di atas mengenai adakah hubungan etika yang baik dengan kehidupan yang akan datang? Tentunya ada, karena etika yang baik menentukan bagaimana kehidupan kita di masa yang akan datang. Etika yang baik melatih pribadi seseorang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi baik terhadap Tuhan maupun sesamanya. Ketika manusia memiliki etika yang baik sudah pasti ada kasih di dalam dirinya. Karena etika tetap kembali kepada kasih yaitu Allah itu sendiri. Jadi sudah jelas etika yang baik menentukan kehidupan yang akan datang. Di dalam 1 Petrus 3: 11 dikatakan “Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya”. Di ayat ini juga sudah jelas dikatakan bahwa kita harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, bahkan kita harus mengusahakan perdamaian dan kebaikan itu sendiri untuk kita lakuka. Itulah Etika yang baik, bagaimana kita menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik sesuai dengan kehendak Allah.
III.             Kesimpulan
Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: kebiasaan,adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara, berpikir. Dalam Kristen dan Islam mengenal dan mengimani kedatangan akhir zaman. Dalam Kristen istilah ini dalam ilmu teologia dikenal dengan istilah Eskatologi sedangkan dalam Islam dikenal dengan istilah Kiamat. Dalam Perjanjian Baru, kita dapat melihat pengajaran Yesus terutama dalam perumpamaan-perumpamaan yang Ia ajarkan seperti perumpamaan tentang lalang dan gandum dan perumpamaan tentang pukat. Kehidupan manusia sebagai kehidupan yang eskatologi ditandai dengan adanya Roh Kudus dan  Roh kudus merupakan tanda yang nyata untuk awal eskaton.disini ada dua Eskatolog yaitu Eskatologi Presentis dan Eskatologi Futuris.  Eskatologis “presentis” adalah eskatologi yang menyangkut masa sekarang. Eskatologi yang bersifat presentis sebagian besar terdapat dalam Injil Yohanes dan Menurut pandangan pertama, ajaran Yesus mencerminkan suatu “eskatologi futuris” atau “eskatologi konsisten”. Menurut pendapat Albert Schweitzer, Yesus mempunyai pengharapan-pengharapan yang sama seperti banyak penulis apokaliptik Yahudi sezamannya. Dan mengenai hubungan etika yang baik dengan kehidupan yang akan datang ialah Etika yang baik membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik sesuai dengan kehendak Tuhan itu sendiri.
IV.             Daftar Pustaka
Becker, Dieter, Pedoman Dogmatika,Jakarta:BPK GM, 2001
Berkof, Louis, Teologi Sistematika vol 6, Surabaya:Momentum, 2005
Bertens, K. Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994
Beyer, Ulrich, Garis-Garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru, Jakarta:Gunung Mulia, 2009
Bolland, Niftrik, Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1990
Borrong, Robert P. Etika Bumi Baru, Jakarta:PT BPK GM,1999
Browning,  W.R.F. Kamus Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 2010
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab,Jakarta:BPK-GM,2013
Drane, John,  Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:BPK-GM,2015
Guthrie, Donald Teologi Perjanjian Baru 3,Jakarta:BPK GM, 2012
Komandoko, Gamal, Ensiklopedi Istilah Islam, Yogyakarta: CAKRAWALA, 2009
Milne, Bruce, Mengenali Kebenaran,  Jakarta: BPK-GM, 2003
Pandensolang, Welly, Eskatologi Biblika, Yogyakarta:Andi, 2004
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka, 1976
Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996
Sosipater, Karel, Etika Perjanjian Baru, Jakarta:Suara Harapan Bangsa, 2010
Verkuyl, J. Etika Kristen Jilid 1 Bagian Umum, Jakarta:BPK-GM,2004
Verkuyl, J. Etika Krsiten jilid1 Bagian Umum, Jakarta:BPK GUNUNG MULIA, 1999













[1] W.J.S.Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 1976), 278
[2] K.Bertens,Etika,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994),4-5
[3] W.R.F.Browning, Kamus Alkitab,(Jakarta:BPK-GM,2013),98
[4] J.Verkuyl,Etika Kristen Jilid 1 Bagian Umum,(Jakarta:BPK-GM,2004),30
[5] Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), 438
[6] Gamal Komandoko, Ensiklopedi Istilah Islam, (Yogyakarta: CAKRAWALA, 2009), 220
[7]Louis Berkof, Teologi Sistematika vol 6, (Surabaya:Momentum, 2005), 12
[8] Louis Berkof, Teologi Sistematika vol 6, 12-13
[9] Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika, (Yogyakarta:Andi, 2004), 1
[10] Robert P.Borrong, Etika Bumi Baru,(Jakarta:PT BPK GM,1999), 211
[11]  W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2010), 97
[12]  Niftrik & Bolland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1990), 520
[13]  Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 352
[14] J.Verkuyl, Etika Krsiten jilid1 Bagian Umum, (Jakarta:BPK GUNUNG MULIA, 1999), 255
[15] Ulrich Beyer, Garis-Garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru, (Jakarta:Gunung Mulia, 2009), 28-29
[16] Karel Sosipater, Etika Perjanjian Baru,(Jakarta:Suara Harapan Bangsa, 2010), 160-161
[17] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika,(Jakarta:BPK GM, 2001), 187
[18] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3,(Jakarta:BPK GM, 2012), 140
[19]  Ulrich Beyer, Garis-Garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru,67-69
[20] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta:BPK-GM,2015), 132

Tidak ada komentar:

Posting Komentar