ETIKA
PB :Etika yang Eskatologi
Apakah Ada hubungan Etika yang baik
dengan kehidupan akan datang ?
I.
Pendahuluan
Istilah
Eskatologi sudah sering di dengar oleh
kaum Teolog-teolog untuk secara lebih luas itu sendiri. Dan, sebagai
orang Kristen yang sudah percaya melalui penyelamatan oleh Yesus Kristus,
pastinya tidak terlepas juga dari etika kristen yang sesuai dengan pengajaran
Kristus. Serta ajaran mengenai Eskatologi atau kedatangan Yesus untuk dunia
ini. Untuk memberi jawaban atas pertanyaan “Apakah ada hubungan Etika yang baik
dengan kehidupan akan datang ?” Semoga sajian ini bermanfaat bagi kita
sekalian.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Etika
Menurut
KBBI, Etika adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
asas-asas moral (ahklak).[1]
Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti: kebiasaan,adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara, berpikir.
Dalam bentuk jamak, ta etha artinya adalah adat kebiasaan. Etika juga
dijelaskan sebagai “Ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).[2] Etika juga merupakan prinsip-prinsip
perbuatan yang benar dan yang salah. Dasar untuk melakukan apa yang benar, dan
ketajaman untuk dapat melihat apa yang benar, merupakan hal-hal yang mendasar
dalam seluruh Alkitab.[3]
Oleh karena itu, istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah: tata krama,
sopan santun, pedoman moral,, norma susila, dan lain-lain yang berpijak pada
norma tata hubungan antar unsur-unsur atau antar elemen didalam masyarakat dan
lingkungannya.[4]
2.2.
Eskatologi Secara Umum
Dalam
Kristen dan Islam mengenal dan mengimani kedatangan akhir zaman. Secara umum
akhir zaman adalah dunia dan semua isinya menjadi rusak, binasa, lenyap, dimana
seseorang tidak akan dapat untuk memperbaikinya kembali. Atau juga dapat
dikatakan suatu bencana besar, rusak dan binasa, berakhir dan tidak akan muncul
lagi.[5]
Dalam Kristen istilah ini dalam ilmu teologia dikenal dengan istilah Eskatologi sedangkan dalam Islam dikenal
dengan istilah Kiamat, dan dalam
Islam kiamat ini juga dikenal dengan kiamat Kubra
yaitu kehancuran alam semesta secara total.[6]
Sebutan
“Eskatologi’ menarik prhatian pada kenyataan bahwa sejarah dunia ini beserta
umat manusia akhirnya akan mencapai titik konsumasi. Proses itu bukanlah sebuah
proses tak tertentu yang tampak akhir, tetapi sebuah sejarah yang sesungguhnya
yang bergerak yang menuju suatu akhir yang ditunjuk oleh Tuhan. Menurut Alkitab
itu akan tiba sebagai suatu krisis yang sangat luar biasa, fakta dan peristiwa
yang berkaitan dengan krisis itu membentuk isi dari Eskatologi. Pembicaraan
disini adalah Kedatangan kristus, kebangkitan orang mati, penghakiman
terakhir, konsumasi kerajaan Allah dan keadaan terakhir dari orang saleh dan
orang durhaka.[7]
2.3.
Eskatologi Secara Individual
Disamping
Eskatologi umum, ada juga Eskatologi individual yang harus di perhatikan.
Peristiwa-peristiwa yang disebutkan bisa membentuk keseluruhan Eskatologi dalam
arti sempit, tetapi kita tidak dapat berlaku adil padanya tanpa menunjukkan
bagaimana eneras-generasi yang telah mati akan mengambil bagian pada
peristiwa-peristiwa terakhir. Bagi individu, akhir dari eksistensi sekarang ini
datang bersama dengan kematian, yang mengubah dirinya sepenuhnya dari jaman ini
menuju kepada jaman yang akan datang. Hal-hal yang menyentuh keadaan individual
antara kematiannya dan kebangkitan orang mati merupakan bagian dari Eskatologi
individual. Kematian jasmani, kekekalan jiwa, status normal akan
dibicarakan dalam bagian ini.[8]
2.4.
Eskatologi dalam Kristen
2.4.1. Pengertian
Eskatologi
Secara
terminologis, istilah eskatologi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu eskhatos,
yang artinya “akhir” atau ”terakhir”, dan logos, yang artinya “Firman” atau
“ajaran”.[9]
Dalam doktrin Kristen Eskatologi biasanya dipahami sebagai kesudahan dunia ini,
dan dalam konteks keselamatan manusia eskatologi dipahami sebagai terlepasnya
jiwa dari tubuh dan masuk ke sorga. Atau lebih umum lagi dipahami sebagai hari
kiamat.[10]
Eskatologi adalah doktrin mengenai akhir zaman yang masuk ke dalam wacana
Kristen dengan makna kematian, penghakiman surga, dan neraka.[11] Menurut Niftrik dan Boland, sebenarnya
Eskatologi tidak berbicara tentang ‘apa yang dinantikan’, tetapi ‘siapa yang
dinantikan’ yaitu Yesus Kristus. Eskatologi dipahami sebagai pengharapan akan
kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya untuk menyempurnakan karya
penyelamatan atau karya penebusannya. Dalam konteks itu, maka hubungan antara
Yesus Kristus yang sudah datang dan Yesus Kristus yang akan datang tidak akan
terputus. Maka Eskatologi harusnya dipahami sebagai proses penggenapan yang
sudah, sedang dan akan sedang berlangsung. Dalam konteks itu, maka teologi
eskatologi tidak berbicara tentang apa yang akan datang, tetapi justru apa yang
terjadi dan yang sedang terjadi.[12]
2.4.2. Eskatologi
dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, kita dapat
melihat pengajaran Yesus terutama dalam perumpamaan-perumpamaan yang Ia ajarkan
seperti perumpamaan tentang lalang dan gandum (Mat. 13:23-30,36-43) dan
perumpamaan tentang pukat (Mat. 13:47-50). Dalam perumpamaan ini Yesus
menyatakan bahwa pada waktunya malaikat akan memisahkan orang yang benar dari
orang yang jahat, dan orang yang jahat akan diberikan ganjaran dengan
mencampakkan ke dapur api (Mat. 13:41-43) begitu juga dengan perumpamaan
perjamuan kawin (Mat.22:1-14).
Ketika orang Kristen mengaku
bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang dibangkitkan Allah dari kematian ,
hal ini langsung membawa umat Kristen kepada pengertian “akhir Zaman” : Mesias
adalah tokoh “akhir Zaman” dan kebangkitan adalah pristiwa utama dari akhir
zaman. Sama halnya dengan pemahaman Yahudi bahwasanya Mesias itu datang untuk
meniadakan segala kejahatan dan menghukum semua penjahat, serta mengukuhkan
pemerintahan atau kerajaan Allah dengan sempurna. Mesias adalah pemegang kuasa terakhir
dan semua orang pada masa akahir zaman tersebut akan menghadap kepada-Nya,
termasuk mereka yang sudah mati. Jadi intinya bahwa akhir zaman adalah
kedatangan Tuhan Yesus Kristus dalam kemuliaan (Mrk. 13:26). Dan akhir zaman
tersebut akan dimulai pada saat kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.[13]
2.5. Etika
Perjanjian Baru (Etika yang eskatologi)
Etika sangat menitik-beratkan
perbuatan manusia pada waktu sekarang. Dan eskatologi mengarahkan segala
perhatiannya kepada hari kemudian. Oleh sebab itu, Etika dan eskatologi tidak
berjajar sebagai dua eksponen yang tidak berhubungan satu sama lainnya. Tetapi
etika dan eskatologi jalin-menjalin sedemikian rupa, sehingga panggilan Kristen
di dunia ini, beralaskan pengharapan akan Kerajaan Allah, dan hingga
perbuatan berdasarkan pengharapan, dan dengan demikian Etika digerakkan oleh
eskatologi. Kitab perjanjian baru adalah kitab pengharapan. Namun telah
berubah keadaannya. Dalam perjanjian baru segala pengharapan itu dipusatkan di
dalam Yesus Kristus, yang sudah datang dan yang akan datang. “Aku
adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang
akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8).[14]
Dengan Tegas Paulus mengatakan,
“Kristus itulah pengharapan kita!” (Kolose 1:27). Kehidupan manusia sebagai
kehidupan yang eskatologi ditandai dengan adanya Roh Kudus (Kis 2:4 dengan
2:17). Roh kudus merupakan tanda yang nyata untuk awal eskaton. Maksudnya
disini kita bukan budak lagi, melainkan anak. Kita tidak takut lagi, tetapi
merdeka untuk menempuh hidup dengan rasa gembira dan berani. Status manusia
selaku anak Allah ialah status eskatologis yang sudah mulai berlaku. Jadi
pemberian Roh Kudus menandai pendahuluan keselamatan eskatologis, dan mereka
yang menerimanya bersukaria tentang karunia/pemberian itu.[15]
Yesus Kristus dalam ajarannya,
masalah eskatologi mendapat “perhatian” yang seksama. Pada “Hari Tuhan” Yesus
Kristus akan “menghakimi” pemerintah AntiKristus (II Tesalonika 2:2), dan
menghakimi serta menghukum orang yang “menolak Yesus Kristus” sebagai
Juruselamat manusia. Sewaktu seseorang mengambil keputusan untuk melakukan
kehendak Allah dalam karya Yesus, ia secara langsung terkait pula mengambil
bagian, dalam keselamatan yang berhubungan dengan Kerajaan Allah yang
eskatologis. Kerajaan Allah yang masih “dinantikan”, memberikan “motivasi
moral” kepada orang-orang percaya untuk bersikap dan bertindak, sesuai dengan
predikat sebagai “anak-anak Allah” yang menjadi warga Kerajaan Allah.[16]
2.5.1. Kerajaan
Allah (Eskatologis) Presentis
Eskatologis “presentis” adalah
eskatologi yang menyangkut masa sekarang. Eskatologi yang bersifat presentis
sebagian besar terdapat dalam Injil Yohanes (Yohanes 5:24 ; 18:36).[17]
Dalam injil Yohanes tentunya terdapat keterangan bahwa Yesus menganggap waktu
yang menentukan. Orang-orang yang telah melihat kemuliaan-Nya (Yohanes 1:14).
Penghukuman tidak hanya merupakan peristiwa yang terjadi pada masa yang akan
datang tetapi lebih merupakan kenyataan yang terjadi pada masa sekarang.
Barangsiapa yang tidak percaya telah berada dibawah hukuman (Yohanes 3:18).
Penghukuman atas dunia ini berlangsung “sekarang” (Yohanes 12:31).[18]
Menurut Yohanes, hukuman terakhir, kebangkitan orang mati dan kehidupan yang
kekal sudah terwujud dengan kedatangan Yesus. Dalam ayat Yohanes 5:24 menekankan
untuk eskatologi presentis, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya
barangsiapa mendengarkan perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku,
ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah
dari dalam maut ke dalam hidup.” Orang yang sudah percaya sudah bangkit dan
sudah mempunyai hidup yang kekal. Kejadian Eskatologis ini merupakan tujuan
seluruh kedatangan Yesus yang diberitakan dalam Injil Yohanes: “Supaya kamu
oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (20:31).[19]
2.5.2. Kerajaan
Allah (Eskatologis) Futuris
Menurut pandangan pertama, ajaran
Yesus mencerminkan suatu “eskatologi futuris” atau “eskatologi konsisten”.
Maksud kata “futuris” disini ialah masa depan dari sudut pandang Yesus dan
bukan dari sudut pandangan masa kini. Ada banyak orang Kristen sekarang yang
berpegang pada “eskatologi futuris”. Mereka mengharapkan kedatangan kerajaan
Allah dalam bentuk nyata di masa depan. Mereka mengidentifikasikan kedatangan
kerajaan Allah sperti ini dengan kedatangan Yesus yang kedua kalinya (atau
parousia). Yang mempopulerkan gagasan bahwa Yesus menganut eskatologi futuris
adalah Albert Schweitzer, teolog jerman yang menjadi dokter dan misonaris di
afrika. Menurut pendapatnya, Yesus mempunyai pengharapan-pengharapan yang sama
seperti banyak penulis apokaliptik Yahudi sezamannya. Bagi Yesus kedatangan
yang kedua kali bukan merupakan suatu kemungkinan, tetapi suatu hal yang pasti.
Didalam salah satu perkataan-Nya, kedatangan yang kedua kali dihubungkan secara
khusus dengan Kerajaan Allah (Matius 16:28; Mrk 9:1).[20]
2.6.Apakah
Ada hubungan Etika yang baik dengan kehidupan akan datang?
Dari pertanyaan di atas mengenai adakah hubungan etika yang baik dengan
kehidupan yang akan datang? Tentunya ada, karena etika yang baik menentukan
bagaimana kehidupan kita di masa yang akan datang. Etika yang baik melatih
pribadi seseorang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi baik terhadap
Tuhan maupun sesamanya. Ketika manusia memiliki etika yang baik sudah pasti ada
kasih di dalam dirinya. Karena etika tetap kembali kepada kasih yaitu Allah itu
sendiri. Jadi sudah jelas etika yang baik menentukan kehidupan yang akan
datang. Di dalam 1 Petrus 3: 11 dikatakan “Ia harus menjauhi yang jahat dan
melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya”.
Di ayat ini juga sudah jelas dikatakan bahwa kita harus menjauhi yang jahat dan
melakukan yang baik, bahkan kita harus mengusahakan perdamaian dan kebaikan itu
sendiri untuk kita lakuka. Itulah Etika yang baik, bagaimana kita menjauhi yang
jahat dan melakukan yang baik sesuai dengan kehendak Allah.
III.
Kesimpulan
Etika berasal dari bahasa Yunani,
Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: kebiasaan,adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, cara, berpikir. Dalam Kristen dan Islam
mengenal dan mengimani kedatangan akhir zaman. Dalam Kristen istilah ini dalam
ilmu teologia dikenal dengan istilah Eskatologi
sedangkan dalam Islam dikenal dengan istilah Kiamat. Dalam Perjanjian Baru, kita dapat melihat pengajaran Yesus
terutama dalam perumpamaan-perumpamaan yang Ia ajarkan seperti perumpamaan
tentang lalang dan gandum dan perumpamaan tentang pukat. Kehidupan manusia
sebagai kehidupan yang eskatologi ditandai dengan adanya Roh Kudus dan Roh kudus merupakan tanda yang nyata untuk
awal eskaton.disini ada dua Eskatolog yaitu Eskatologi Presentis dan Eskatologi
Futuris. Eskatologis “presentis” adalah
eskatologi yang menyangkut masa sekarang. Eskatologi yang bersifat presentis
sebagian besar terdapat dalam Injil Yohanes dan Menurut pandangan pertama, ajaran
Yesus mencerminkan suatu “eskatologi futuris” atau “eskatologi konsisten”. Menurut
pendapat Albert Schweitzer, Yesus mempunyai
pengharapan-pengharapan yang sama seperti banyak penulis apokaliptik Yahudi
sezamannya. Dan mengenai hubungan etika
yang baik dengan kehidupan yang akan datang ialah Etika yang baik membawa kita
kepada kehidupan yang lebih baik sesuai dengan kehendak Tuhan itu sendiri.
IV.
Daftar Pustaka
Becker, Dieter,
Pedoman Dogmatika,Jakarta:BPK GM,
2001
Berkof,
Louis, Teologi Sistematika vol 6, Surabaya:Momentum, 2005
Bertens, K.
Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994
Beyer, Ulrich,
Garis-Garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru, Jakarta:Gunung
Mulia, 2009
Bolland, Niftrik,
Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1990
Borrong,
Robert P. Etika Bumi Baru, Jakarta:PT
BPK GM,1999
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab, Jakarta :
BPK-GM, 2010
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab,Jakarta:BPK-GM,2013
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:BPK-GM,2015
Guthrie, Donald Teologi
Perjanjian Baru 3,Jakarta:BPK GM, 2012
Komandoko, Gamal, Ensiklopedi Istilah Islam, Yogyakarta: CAKRAWALA, 2009
Milne,
Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta:
BPK-GM, 2003
Pandensolang,
Welly, Eskatologi Biblika, Yogyakarta:Andi, 2004
Poerwadarminta, W.J.S.
Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka, 1976
Poerwardarminta, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
: Balai Pustaka, 1996
Sosipater, Karel,
Etika Perjanjian Baru, Jakarta:Suara
Harapan Bangsa, 2010
Verkuyl, J. Etika Kristen Jilid 1 Bagian Umum, Jakarta:BPK-GM,2004
Verkuyl, J. Etika Krsiten jilid1 Bagian Umum,
Jakarta:BPK GUNUNG MULIA, 1999
[1] W.J.S.Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai
Pustaka, 1976), 278
[2] K.Bertens,Etika,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994),4-5
[3] W.R.F.Browning, Kamus Alkitab,(Jakarta:BPK-GM,2013),98
[4] J.Verkuyl,Etika Kristen Jilid 1 Bagian Umum,(Jakarta:BPK-GM,2004),30
[5] Poerwardarminta, Kamus Besar
Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), 438
[6] Gamal Komandoko, Ensiklopedi
Istilah Islam, (Yogyakarta: CAKRAWALA, 2009), 220
[7]Louis Berkof, Teologi Sistematika vol 6, (Surabaya:Momentum,
2005), 12
[8] Louis Berkof, Teologi Sistematika vol 6, 12-13
[9] Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika, (Yogyakarta:Andi,
2004), 1
[10] Robert P.Borrong, Etika Bumi Baru,(Jakarta:PT BPK GM,1999), 211
[11] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM,
2010), 97
[12] Niftrik & Bolland,
Dogmatika Masa Kini, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1990), 520
[13] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM,
2003), 352
[14] J.Verkuyl, Etika Krsiten jilid1 Bagian Umum, (Jakarta:BPK
GUNUNG MULIA, 1999), 255
[15] Ulrich Beyer, Garis-Garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru,
(Jakarta:Gunung Mulia, 2009), 28-29
[16] Karel Sosipater, Etika Perjanjian Baru,(Jakarta:Suara Harapan
Bangsa, 2010), 160-161
[17] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika,(Jakarta:BPK GM, 2001), 187
[18] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3,(Jakarta:BPK GM,
2012), 140
[19] Ulrich Beyer, Garis-Garis
Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru,67-69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar