Jumat, 10 Mei 2019


BAHAN PENGAJARAN BAGI ANAK BALITA

I.                   Pendahuluan
Dalam pembahasan sebelumnya kita sudah mengetahui siapa itu anak, bagaimana karakter mereka masing-masing dan mengapa PAK itu diajarkan kepada anak, berdasarkan Alkitab dengan tujuan untuk membentuk karakter iman mereka dari. Hal itu semua kita sebagai pengajar bagi anak balita harus mengetahui bagaimana metode pengajaran yang sepantasnya kepada anak balita dalam pembentukan pertumbuhan dan perkembangan karakter iman anak tersebut. Dalam pembahasan ini kita membahas bagaimana metode pengajaran menurut usia balita untuk kita mampu menguasai mereka dengan tujuan mereka dapat mengenal pribadi Yesus Kristus dan menjadi anak terang di dalam gereja kelak. Metode ini diajarkan dengan tujuan supaya anak tidak salah untuk diarahkan ke hal yang lebih baik, karena pribadi seorang anak balita adalah pribadi yang sensitif dan pada usia inilah yang lebih tepat awal permulaan pengajaran Alkitab.

II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Balita
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1-5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (Batita) dan anak pra-sekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orangtua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.[1]
2.2. Karakteristik Balita[2]
2.2.1.      Perkembangan Kognitif
Bayi (0-1 tahun)
1.      Bayi belajar dari pendengaran dan sentuhan orang yang ada didekatnya; misalnya, ditimang, dinyanyikan, dibelai, dan dicium.
2.      Bayi dapat membedakan objek disekitarnya (ia dapat membedakan ibu, ayah atau orang asing).
3.      Komunikasi baru berbentuk tangis dan tawa.
4.      Aksi protes bisa berbentuk tangisan.
Batita (2-3 tahun)
1.      Anak belajar melalui gerakan-gerakan refleks/instingnya, misalnya melalui mulut.
2.      Anak batita mengalami pertumbuhan yang pesat tapi belum merata. Otot lengan dan kaki tumbuh dengan cepat sehingga anak menyukai kegiatan yang banyak bergerak seperti melompat, melempar, memanjat, mendorong dan lari.
3.      Ia suka mengulang-ulang gerakan/isyarat yang menarik hatinya.
4.      Mula-mula ia menerima apa saja yang didapatkan dan tidak mencari yang seharusnya ia dapatkan. Namun diakhir tahun pertama, ia mulai mencari apa yang diinginkan dan tidak mau menerima begitu saja, ia selalu bertanya dan bertanya karna ingin tau.
5.      Ia dapat mengenal hubungan sabab akibat sederhana dari benda-benda sekitarnya.
6.      Ia cenderung bersikap egosentris.
7.      Diakhir usia kedua, ia mulai mengenal dirinya sendiri dan membedakan dirinya denagn lingkungannya.
8.      Ia belajar tentang perasaan yang paling dasar seperti menyenangkan atau tidak, sakit atau tidak. Kesuksesan di ukur dengan rasa senang. Jika ia merasa senang ia merasa sukses.
9.      Di usia tiga tahun ia sudah memiliki keseimbangan tubuh yang lebih baik.
10.  Anak batita sudah dapat beraktivitas di sekolah minggu, misalnya: melipat dan mewarnai. Dapat dimaklumi jika hasilnya kurang sempurna karna koordinasi otot tangan dan mata masih dalam pertumbuhan.
11.  Ia senang buku-buku bergambar dan warna yang menyala.
12.  Anak mulai belajar berbicara secara jelas dan terstruktur.
13.  Ia senang dengan kata-kata yang berirama dan berulang.
14.  Sudah mulai kritis dan sering bertanya kepada orang dewasa.
15.  Karena perbedaharaan kata yang masih sedikit, batita belum mengerti kata-kata tertentu. Jadi perlu diajar dengan kata-kata yang sederhana/mudah dimengerti.
Balita ( 4-5 tahun)
1.      Anak mulai dapat mengungkapkan pengalamannya.
2.      Anak mulai belajar melepaskan sikap egosentrisnya.
3.      Anak mulai bereaksi denagn relasi-relasi sosialnya. Anak belajar menyesuaikan diri dengan pola pikir orang lain.
4.      Anak mengagumi orang tua (orang yang lebih tua) dan bersedia mematuhinya. Anak suka menirukan gerak dan ucapan orang lain yang dianggapnya baru dan menarik dan menciptakan pola baru yang lebih rumit.
5.      Anak lebih senang berbicara mengungkapkan pengalaman/ isi hatinya dan kurang suka mendengar. Ia lebih senang membuat aturan sendiri.
6.      Perkembangan fisik yang terus meningkat dan pertumbuhan otot yang pesat membuat anak semakin aktif.
7.      Anak sudah dapat diajari menulis, mengenal huruf dan angka.
8.      Daya imajinasi atau khayalannya tinggi.
9.      Anak usia 4-5 tahun sudah dapat dilepas untuk bermain sendiri.

2.2.2.      Perkembangan Moral
Bayi (0-1 tahun)
Bayi belum dapat mengambil pemikiran dan keputusan moral.
Batita (2-3 tahun)
Anak senang berbuat baik bila akibatnya menyenangkan dirinya. Sebaliknya anak menganggap suatu perbuatan itu jelek bila akibatnya menyakitkan atau menakutkan dirinya.
Balita (4-5 tahun)
1.      Anak belum dapat mengenal rasa hormat pada tatanan moral.
2.      Anak belajar tanggap terhadap aturan budaya dan penilaian baik buruk melalui akibat fisik yang diterima sesuai perbuatannya.
3.      Perbuatan dinilainya benar bila memuaskan kebutuhan pribadinya dan memuaskan orang lain yang ia kasihi.
4.      Ia menilai hubungan dengan wajar sebagai pembagian samarata (secara fisik dan pragmatis). Ia mengenal balas jasa secara setimpal. Ia belum mengenal loyalitas, ungkapan terimakasih atau keadilan.
5.      Anak sudah dapat mengenal anggota keluarganya.

2.2.3.      Perkembangan Psiko-sosial
Bayi (0-1 tahun)
1.      Bayi sangat bergantung kepada ibunya. Ia membangun kepercayaan kepada orang terdekat (terutama ibunya) dan dirinya sendiri. Bila bayi tidak berada didekat ibunya ia akan sering menangis karena dekapan ibu dapat memberinya rasa aman.
2.      Bayi dapat membedakan orang-orang disekitarnya yang menyayanginya atau tidak.
Batita (2-3 tahun)
1.      Memasuki usia 2-3 tahun anak sudah mulai mengenal lingkungannya.
2.      Ia belajar taat dan menyenangkan orang tuanya. Ia sudah memiliki rasa takut dan cemburu.
3.      Timbul rasa percaya dan setia kepada orang lain dan lingkungan yang mengasuh serta melindunginya. Kepercayaan diungkapkan dengan bersedia menerima atau menolak pengasuh atau lingkungannya (penolakan sering diwujudkan dengan menangis).
4.      Ia mulai membentuk keyakinan bahwa orang kepercayaan (ibu/pengasuh) selalu melindungi, walau kadang tidak dilihatnya. Orang kepercayaan ini merupakan “media pembentuk” pra-pemahaman gambaran tentang Allah.
5.      Anak kadang bersikap manja dan sewenang-wenang jika pengasuh bertindak overprotecting (memerhatikan secara berlebihan). Sebaliknya ia akan merasa kurang dikasihi, kurang aman, dan cenderung bertindak semaunya sendiri jika pengasuh bertindak kurang/tidak memerhatikan. Jadi ada dilema bagi pengasuh ia harus berada pada “jalan tengah” diantara dua cara tersebut.
Balita (4-5 tahun)
1.      Balita mengembangkan otonominya sendiri (kadang bertentangan dengan orang tua). Ia belajar mandiri dengan berani melakukan apa yag menurutnya baik.
2.      Balita membentuk rasa percaya diri dengan membandingkan tindakannya dengan orang lain.
3.      Balita mulai mengenal malu dan ragu-ragu. Pada thap ini ada ketegangan antara rasa malu dan ragu-ragu.
4.      Hubungan balita dengan anggota keluarga cenderung bersifat timbal balik. Balita cenderung lebih dekat terhadap ibu karena ibu sering melindungi dan menghibur. Tetapi jika ia mempunyai adik, balita akan iri karena perhatian ibu akan terbagi.
5.      Balita memandang ayah sebagai orang hebat dan menjadi teladan karena ayah selalu bisa membetulkan mainan yang rusak. Kepada kakaknya, balita sangat senang, karena disayang dan lebih sayang lagi kepada kakek dan nenknya yang memanjakan dan setia menemani bermain serta bercerita.
6.      Balita akan lebih cepat dekat dengan orang dewasa yang bukan anggota keluarga jika orang dewasa itu mau mendekati dan mengikuti pola pikir seperti anak-anak.
7.      Balita sering mengekspresikan perasaannya, misalnya: marah, sedih, takut, malu, senang, gembira, iri, perasaan kasihan, dan cemburu.
8.      Balita senang bercerita dan mendengarkan cerita karna ia senang mendengar hal-hal baru sehingga sering bertannya.

2.2.4.      Kasih sayang orang tua dapat diwujudkan dengan:
Bayi ( 0-1 tahun)
1.      Membelai/memeluknya
2.      Menanggapi tangisan bayi dengan penuh kasih
3.      Selalu menjaganya
Batita ( 2-3 tahun)
1.      Merangsang keterampilan berbahasa pada anak
2.      Merangsang keterampilan dan keberanian anak dalam bersosialisasi
3.      Menjadi teladan yang ditiru secara positif oleh anak, karena anak senang belajar meniru lingkungannya
Balita ( 4-5 tahun )
1.      Mengajarkan tatanan moral. Yang baik dan yang buruk, yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh anak.
2.      Menjelaskan “mengapa ia menerima hukuman akibat perbuatannya”.
3.      Menekankan dan memberi contoh sikap saling menghargai, menghormati (terutama kepada orang yang lebih tua).
4.      Memberika penghargaan kepada anak jika ia berhasil melakukan sesuatu dan berbuat baik.
5.      Memberikan teguran jika anak bersalah sebaliknya jangan lupa memuji jika anak berbuat baik.
6.      Mengajar anak membuka diri dalam menerima nasihat orang tu dan mempraktikkkan dalam hidupnya.

2.2.5.      PAK dapat dikembangkan dengan:
Bayi ( 0-1 tahun)
1.      Orang tua mendoakan anak
2.      Lagu-lagu pujian/ musik rohani. Anak dilatih menyukai dan mendengarkan lagu-lagu rohani.
3.      Orang tua membentuk suasan gembira sebagai tanda menerima kehadirannya. Bayi yang merasa diterima kehadirannya akan memiliki kepercayaan diri yang baik.
4.      Bayi yang menerima rasa aman dan kasih sayang, kelak akan tumbuh menjadi anak yang memiliki EQ yang tinggi, peka terhadap sesama dan mencintai Tuhan.
Batita (2-3 tahun)
1.      Orang tua berfungsi sabagai guru bagi anak.
2.      Orang tua mendoakan anak.
3.      Orang tua mengajarkan lagu-lagu rohani kepada anak.
4.      Orang tua menyampaikan cerita Alkitab sebelum tidur.
5.      Orang tua mengajar anak berdoa
Balita (4-5 tahun)
1.      Ruang kelas didekorasi secara kreatif dan menarik.
2.      Guru menggunakan berbagai alat peraga yang dapat dilihat, diraba, dipegang, dan dipakai. Sehingga cerita yang disampaikan lebih komunikatif jika menggunakan alat peraga bergambar dan visualisasi.
3.      Fokus pengajaran diarahkan pada hal-hal mendasar, seperti:
a.       Kasih (berikan contok konkret: sayang kepada adik, kakak, papa, mama, teman)
b.      Tanggung jawab pribadi (contoh: membuang sampah pada tempatnya, menata kembali mainan-mainannya sesudah bermain)
c.       Penguasaan diri (contoh: tidak buang air kecil dicelana)
d.      Jangan takut (misalnya, terhadap gelap, tamu asing, suara nyaring)
e.       Disiplin, mengembalikan barang/mainan ketempat semula setelah digunakan.

2.3. Problem Sifat Batita dan Balita
a.      Anak Egosentris
-          Kebiasaan yang dilakukan anak egosentris diusia 0-1 tahun:
Anak sering merebut mainan temannya.
-          Kebiasaan yang dilakukan anak egosentris di usia 2-3 tahun:
1.      Anak sering menolak kehadiran teman atau orang lain jika tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Hal ini sering diwujudkan dengan mencubit temannya, menarik rambutnya atau mendorong-dorong temannya.
2.      Anak tidak mau mengalah.
-          Kebiasaan yang dilakukan anak egosentris di usia 4-5 tahun
1.      Anak kritis (selalu bertanya dan menuntut jawaban, jika perkataannya tidak didengarkan anak akan marah)
2.      Anak selalu ingin diutamakan
3.      Anak ingin selalu menonjolkan diri
4.      Anak tidak mau mengalah

b.      Anak belum Mandiri
-          Kebiasaan yang dilakukan anak yang belum mandiri di usia 0-1
Karena masih bayi, wajar jika semua masih dilakukan dan dibantu ibu/pengasuhnya.
-          Kebiasaan yang dilakukan anak yang belum mandiri di usia 2-3
1.      Anak tidak mau ditinggal ibu/pengasuhnya
2.      Anak selalu ingin dilayani
3.      Anak nangis bila ibu/pengasuhnya tidak menemani di sekolah minggu
-          Kebiasaan yang dilakukan anak yang belum mandiri di usia 4-5
1.      Anak bisa melakukan sendiri, tapi selalu ingin dilayani
2.      Anak sering tidak mau mencoba hal baru
3.      Anak tidak mau ditinggal oleh ibu/pengasuhnya

c.       Anak pemalu
-          Kebiasaan yang dilakukan anak pemalu di usia 0-1 tahun
Anak tidak mau menunjukkan wajahnya. Biasanya bersembunyi dibalik punggung ibu/pengasuhnya atau bila digendong ia akan menyembunyikan wajah di dalam dekapan ibu.
-          Kebiasaan yang dilakukan anak pemalu di usia 2-3 tahun
1.      Anak bersembunyi di belakang ibu/pengasuhnya
2.      Anak pendiam dan tidak aktif
-          Kebiasaan yang dilakukan anak pemalu di usia 4-5 tahun
1.      Anak tidak aktif dalam permainan kelompok
2.      Anak sering menolak bila disuruh maju atau membawa kantong persembahan
3.      Anak tidak banyak bicara

d.      Anak Penakut
-          Kebiasaan yang dilakukan anak penakut di usia 0-1 tahun
Anak sering menangis ketika berhadapan dengan kegelapan atau mendengar suara-suara yang aneh
-          Kebiasaan yang dilakukan anak penakut di usia 2-3 tahun
1.      Anak menangis jika berhadapan dengan kegelapan atau mendengar suara-suara aneh
2.      Anak selalu mencari orangtuanya jika menjumpai hal-hal baru
3.      Anak tidak mau ditinggal seorang diri oleh orangtuanya
-          Kebiasaan yang dilakukan anak penakut di usia 4-5 tahun
1.      Anak menangis, bahkan cenderung menjerit jika listrik mati atau mendengar suara-suara yang aneh
2.      Anak tidak berani ke toilet/kamar kecil sendirian
3.      Anak takut pada kegelapan

e.       Anak Cengeng
-          Kebiasaan yang dilakukan anak cengeng di usia 0-1 tahun
Anak sering menangis tanpa sebab yang jelas
-          Kebiasaan yang dilakukan anak cengeng di usia 2-3 tahun
1.      Anak sering menangis dan menjadikannya sebagai senjata untuk mendapatkan pembelaan dan perlindungan
2.      Kebiasaan yang dilakukan anak manja pada usia
-          Kebiasaan yang dilakukan anak cengeng di usia 4-5 tahun
1.      Anak mudah nangis
2.      Anak tidak bisa diperlakukan dengan sikap yang keras

f.       Anak Manja
-          Kebiasaan yang dilakukan anak manja pada usia 0-1 tahun
anak tidak bisa lepas dari gendongan ibu/pengasuhnya
-          Kebiasaan yang dilakukan anak manja pada usia 2-3 tahun
1.      Anak selalu ingin diperhatikan
2.      Anak selalu ingin didampingi oleh ibu/pengasuhnya jika melakukan sesuatu
3.      Anak selalu ingat dekat dengan orangtuanya
-          Kebiasaan yang dilakukan anak manja pada usia 4-5 tahun
1.      Anak menjadi pemarah
2.      Anak selalu ingin dipuji
3.      Semua keinginannya harus dituruti

2.4. Pembentukan Karakter
a.      Latihan kepemimpinan
-          Anak menyiapkan barisan untuk masuk ke kelas
-          Anak mengedarkan kantong kolekte
-          Anak membantu mengabsen dengan membagikan presensi kepada teman-temannya
-          Anak memimpin doa
-          Anak memimpin permainan sederhana
-          Anak menjadi ketua kelompok
-          Anak melakukan latihan kemandirian, misalnya memperkenalkan diri di panggung atau di depan kelas.

b.      Latihan penguasaan diri
-          Latihan makan bersama, misalnya: cara memegang sendok dan garpu, latihan menuang air minum kedalam gelas dan latihan memegang gelas
-          Latihan menyuapi teman sebagai contoh mengasihi teman
-          Latihan membuat aktivitas sendiri.

c.       Latihan keberanian
-          Anak menyanyi di depan kelas
-          Anak menyebutkan identitas dirinya: memperkenalkan nama orangtua, adik dan kakak
-          Anak memimpin doa.

2.5. Bahan Alkitab: Mazmur 23:1-6
Kiasan yang digunakan dalam Mazmur ini sangat besar artinya dalam kitab suci. Kita perlu memperhatikannya dengan baik.
Dari sejak zaman bapa leluhur Allah disamakan dengan seorang gembala. Di Yerusalem doa dinaikkan kepada “gembala Israel, yang menggiring Yusuf sebagai kawanan domba”. Tuhan bertindak sebagai gembala yang memimpin umatNya dan setiap orang yang beriman (inilah kekhasan Mazmur 23), tetapi sebutan ini tidak pernah menjadi gelarnya. Tuhan disebut gembala yang baik karna memberikan nyawanya bagi domba-dombanya yaitu kita umat manusia.[3]
Dalam nats ini dikatakan bahwa Tuhan adalah gembalaku, aku seperti seekor domba yang mendapatkan semua yang ku perlukan. Ia membawaku kepadang rumput hijau sehingga aku dapat beristirahat, Dia membawaku ke air yang tenang, Dia membuat aku kuat kembali, Dia menuntunku kejalan yang benar. Kadang-kadang aku merasa seperti berada dalam lembah yang gelap tetapi aku tidak takut karena Tuhan bersamaku, Tuhan membuat aku merasa aman. Tuhan menyiapkan hidangan bagiku sekalipun saat musuh-musuhku dekat. Tuhan membuat aku merasa istimewa. Hidupku berlimpah aku mendapatkan lebih dari yang aku perlukan, kasih Tuhan dan kebaikanNya akan selalu bersamaku dan aku akan bersama dengan Allah selamanya. Hal ini jelas bahwa Tuhan adalah gembala yang baik yang memelihara anak-anakNya.[4]
2.6. Tema: Gembalaku
2.7.Tujuan Pengajaran Bagi Balita
Supaya anak balita dapat:
1.      Mampu mengucapkan tema.
2.      Anak dapat mengenal huruf dari tema.
3.      Mengenal siapa tokoh gembala.
4.      Mendaftarkan pemeliharaan Allah melalui kasihNya didalam hidupnya.

2.8. Hal yang dipersiapkan untuk pengajaran bagi balita
2.8.1.      Metode
Usia
Metode
Media
Alasan dan tujuan
Bayi (0-1 tahun)
1.      Musik
2.      Real object (benda asli)
1.      Musik rohani. Memperdengarkan doa kepada anak sebelum melakukan sesuatu kepada anak. Memperdengarkan nama Allah yang penuh kasih.
2.      Mengenalkan anak pada huruf dari tema dan warna huruf yang dipergunakan.
1.      Karana anak umur 0-1 tahun belum bisa melakukan apa-apa. Anak hanya bisa untuk mendengar jadi dengan memperdengarkan musik kepada anak maka afektif anak akan terangsang sehingga perkembangan afektif anak berkembang dengan baik.
2.      Supaya kegiatan belajar anak dilaksanakan dengan cara memperkenalkan huruf supaya anak dapat mengenal huruf-huruf dari tema.
Batita (2-3 tahun)
1.      Komik, (bercerita melalui gambar)
2.      Chalkboard (papan-papan tulis)
3.      Puzzles (menyatukan)
1.      Menggunakan gambar-gambar, misalnya, Allah yang bersama-sama dengan anak-anak
2.      Papan tulis sebagai tempat menuliskan bagan, grafik, gambar ilustrasi, peta konsep dengan pensil warna atau cat warna
3.      Karpet puzzle atau pazzle
1.      Karna anak pada usia ini masih lebih mampu memahami dengan cerita bergambar dibanding hanya defenisi cerita tanpa ada gambar sehingga hasil pemikirannya akan cerita itu seakan-akan nyata
2.      Karena anak pada usia ini lebih suka aktif dalam mengekspresikan inspirasinya lewat coretannya pada papan-papan tulis dengan berbagai warna yang ia ketahui. Dimana dengan ini anak menjadi punya kreasi dan bakat pada hidupnya.
3.      Pada usia 2-3 tahun metode puzzle ini sudah bisa diterapkan karna pada usia ini anak sudah bisa menggenggam suatu barang.
Balita (4-5 tahun)
1.      Bercerita
2.      Lingkaran Percakapan
3.      Story Play
1.      Alkitab bergambar atau buku cerita anak.
2.      Mengajak anak denagn membentuk lingkaran percakapan.
3.      Menceritakan kisah dari Alkitab misalnya cerita nabi Yunus didalam perut dengan gerakan dan peraga dari sipengajar.
1.      Melalui metode ini anak umur 4-5 tahun dapat merangsang pendengarannya melalui cerita-cerita yang disampaikan oleh orang orang terdekatnya seperti orang tuanya dan saudara-saudaranya.
2.      Dalam metode ini terbentuklah cara anak berbicara dan melatih emosi bicara anak
3.      Karna melalui metode ini sianak semakin terangsang saraf motorik dan seneorik dalam mendengarkan, dan melihat cara sipengajar menjelaskan.

2.9. Metode Mengajar Balita
1.      Bayi (0-1 tahun)
a.       Sentuhan kasih
Guru membina hubungan yang dekat dan akrab.
Contoh: anak dapat berkumpul didekat guru sehingga guru dapat langsung menyentuh, memberi pujian, dan membelai anak. Guru dapat langsung menghibur bila ada yang sedih atau membantu anak yang membutuhkan bantuan, misalnya ingin ke kamar kecil.
b.      Lagu-lagu rohani
Pada saat menyanyikan lagu, sebaiknya guru menggunakan alat peraga untuk mengajarkan lagu-lagu rohani.
Contoh: misalnya “Burung pipit yang kecil” menggunakan alat peraga gambar burung, hati, Tuhan Yesus dan anak kecil.
c.       Perhatian
Guru dapat memberikan hadiah untuk anak yang taat atau membantu anak melakukan aktivitas.
Contoh:
-          Guru dapat memberikan hadiah kepada anak yang tidak menangis selama sekolah minggu berlangsung.
-          Guru dapat memberikan makanan/minuman kepada anak yang mengikuti sekolah minggu dari awal hingga akhir.
-          Guru dapat mengantar anak ke toilet, membantu membuang air, memakaikan celana dan sepatunya
-          Guru tidak lupa memberikan pujian kepada anak.
d.      Suasana
Ciptakan suasana gembira. Desain ruang kelas dengan dekorasi yang meriah, dan nyanyikan lagu-lagu anak serta mainkan musik gembira.
Contoh:
-          Pasang gambar-gambar tokoh Alkitab didinding ruang kelas.
-          Ruang kelas dapat juga ditata seperti taman dengan menempel gambar pohon dan bunga.
-          Mainkan musik yang gembira.
-          Lagu-lagu yang diajarkan sebaiknya sesuai dengan usia anak: singkat, mudah diingat dan dinyanyikan berulang-ulang.
e.       Permainan
Guru dapat membuat permainan dengan hafalan beberapa kata dan doa singkat.
Contoh:
-          Lagu pengantar doa: mana jari
Mana jari, mana jari, di sini, di sini
Halo apa kabar, baik baik saja
Bertemu, berdoa.
Syair
Gerakan
Mana jari, mana jari
Jari tangan disembunyikan dibalik tangan
Disini, disini
Tanagn kanan dikeluarkan, kemudian disusul tangan kiri, sambil digoyang-goyang.
Hallo apa kabar
Jari tangan kanan digerakkan membuka dan menutup
Baik-baik saja
Jari tangan kiri digerakkan membuka dan menutup, seolah-olah bersahutan.
Bertemu
Bertepuk tangan
Berdoa
Tangan dilipat dan mata terpejam

-          Pujian sebelum doa : Bapa terima kasih
Bapa terima kasih
Bapa terima kasih
Bapa di dalam surga
Puji terima kasih
            Saat menyanyikan lagu ini, ajak anak-anak bernyanyi dengan sikap doa.

-          Permainan menebak suara hewan
“petok-petok suara apa ya??”
“meong, meong, meong suara apa ya??”
“kwek, kwek,kwek, suara apa ya??”
“Mbek, mbek,mbek, suara apa ya??”
2.      Batita (2-3 tahun)
1.      Cerita
Nyanyikanlah sebuah lagu sebagai dasar cerita, kemudian lanjutkan dengan bercerita.
Contoh:
-          Guru akan bercerita. Sebelum menyampaikan cerita, anak diajak menyanyikan lagu yang berhubungan dengan tema. Kemudian dilanjutkan dengan bercerita.
2.      Alat peraga yang dapat disentuh, diraba, dirasa bahkan dimakan
Contoh:
-          Alat peraga yang disentuh berupa gambar, boneka, berbagai macam bentuk benda dari lilin.
-          Alat peraga yang dapat dimakan. Misalnya, bunga-bunga yang dibuat dari permen atau kerupuk yang digambar dengan pewarna makanan.
-          Alat peraga dari karton, kardus, kertas, yang dibuat wayang, rumah-rumahan, bunga dan sebagainya.
3.      Agar anak aktif, mintalah mereka untuk menunjukkan kemampuan masing-masing
Contoh:
-          Bernyanyi didepan kelas
-          Membawa dan mengedarkan kantong persembahan
-          Berdoa dengan dibimbing oleh guru
4.      Guru memberikan aktivitas dengan memberi perintah-perintah singkat
Anak sudah dapat diajak membuat lingkaran, berbaris, melompat, berlari dan melempar. Lagu pujian dapat digunakan sabagai variasi aktivitas, misalnya lagu happy ya..ya..ya lengkap dengan gerakannya. Setiap guru dapat membuat kreasi baru.
3.      Balita (4-5 tahun)
1.      Cerita Alkitab menjadi tujuan pembelajaran, memberikan aplikasi dan ilustrasi
Contoh:
Tuhan adalah gembalaku
Aplikasi: mengarahkan anak supaya dapat mengetahui gembala ialah Yesus yang penuh kasih yang memelihara anakNya dengan lembut.
2.      Mengajar disiplin pada anak dengan berusaha tepat waktu atau memberikan pekerjaan rumah pada anak
Contoh:
-          Memulai sekolah minggu tepat waktu
-          Mengakhiri sekolah minggu tepat waktu. Jiak ada keterlambatan segera beritahu anak-anak
-          Jika ada yang terlambat, tanyakan alasannya terlambat dan ingatkan untuk minggu depan tidak terlambat lagi
-          Jika ada yang ingin ke kamar kecil, ingatkan untuk minta izin kepada guru terlebih dahulu
-          Jika memunjam barang-barang milik sekolah minggu, harus dikembalikan ketempat semula
-          Memberi pekerjaan rumah, misalnya menghafal ayat emas untuk diulang minggu depan, atau menyiapkan dan membawa alat untuk perlengkapan aktivitas minggu depan. Misalnya: gunting, pensil, buku gambar, lem dan sebagainya.
-          Jangan memberikan pekerjaan rumah terlalu banyak dan sulit karena anak-anak sudah mempunyai pekerjaan rumah dari sekolah formal.
-          Membawa makanan untuk ditukar dengan teman dan dimakan bersama.
-          Membawa tanaman hidup di pot dan ditanam bersama-sama.
-          Memberikan salam saat bertemu dan ketika akan berpisah.
3.      Permainan bersifat kelompok
Contoh:
-          Permainan anak gembala
4.      Aktivitas menggunting dan melipat yang dapat dilakukan dalam kelompok maupun individu
Contoh:
-          Aktivitas kelompok
-          Aktivitas mewarnai, misalnya mewarnai gambar Yesus dan domba.
-          Menggunting gambar dan menempelkannya pada buku gambar.
5.      Perhatian guru dapat ditunjukkan pada aktivitas anak dalam kelompok
Contoh:
-          Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang menang.
-          Guru memberikan pujian kepada kelompok yang kompak.[5]

2.9.1.      Program dalam Mengajar (0-5 tahun)
1.      Variasi irama musik
-          Mendengarkan bermacam-macam musik rohani untuk anak
-          Mendengarkan variasi tempo dan warna musik rohani

2.      Pengenalan tokoh Alkitab melalui gambar
-          Mengenal gambar Yesus Kristus
-          Mengenal gambar domba
-          Mengenal tempat dari gambar
-          Mengenal gambar Tuhan Yesus yang menggembala

3.      Pengenalan lingkungan Gereja
-          Berjalan-jalan dilingkungan sekitar gedung Gereja
-          Memperkenalkan berbagai macam ornamen Greja, misalnya: mimbar, Alkitab, buku nyanyian, dan kantong persembahan

4.      Bermain bersama
-          bermain petak umpet
-          bermain bersama dalam kelompok

5.      Lomba diam pada waktu tertentu
-          Melatih penguasaan diri anak. Lomba “diam” saat mendengarkan cerita dapat melatih konsentrasi anak
-          Lomba diam yang diterapkan saat ditinggal orangtua akan menolong anak belajar menahan diri.

6.      Belajar berdoa
-          Mengajarkan kepada anak untuk senantiasa bersyukur melalui doa
-          Belajar bersikap baik ketika berdoa, misalnya: melipat tangan, menutup mata, kemudian berdoa

7.      Berbagai lomba lainnya
-          Mewarnai gambar[6]

2.9.2.      Mengajar Berdoa secara Kreatif
Tahap I Mengulangi Kalimat Guru
-          Berdoa dengan mengucapkan per bagian kalimat.
-          Variasikan tema doanya.
-          Pada tahap ini ajarkan pula sikap doa yang benar.
-          Variasikan kegiatan doa dengan lagu dan gerakan.


Tahap II Mengajarkan Berbagai kebutuhan Doa bagi Anak
-          Doa sebelum makan dan sebelum tidur.
-          Saat kesepian di rumah atau takut.
-          Saat merasa bersalah.
-          Memohon sesuatu yang diperlukan.
-          Doa untuk keluarga: Kakek, Nenek, Papa, Mama, Adik dan sebagainya.

Tahap III Kreasi Doa
-          Membisikkkan doa pada satu anak; kemudian disampaikan pada anak yang lain.
-          Posisi berdoa dengan berlutut atau bergandengan tangan.
-          Berdoa berkelompok.
-          Posisi berdoa dengan menirukan gambar Yesus yang sedang berdoa/ orang berdoa.[7]
2.9.3.      Mengakhiri Sekolah Minggu secara Kreatif
a.      Memberikan kenang-kenangan
-          Pembatas Alkitab
-          Permen atau manisan.
-          Kartu gambar berseru.
-          Biskuit.
-          Kartu nama bertuliskan nama masing-masing anak.
-          Puzzle yang harus dikumpulkan dan dirangkai dirumah. Anak yang dapat merangkai secara benar dan lengkap akan mendapat hadiah dipertemuan Sekolah Minggu berikutnya.

b.      Membuat Lingkaran dan bersalaman
-          Setelah mengakhiri pelajaran di Sekolah Minggu, anak diajak membuat lingkaran kemudian bersalaman berurutan.
-          Iringi kegiatan bersalaman dengan pujian penutup.

c.       Memberi Salam perpisahan yang hangat
-          Guru memberikan salam kepada setiap anak dengan hangat.
-          Berdirilah di dekat pintu keluar. Kemudian berilah jabat tangan kepada anak. Dan bantulah mereka memakai sepatu atau sandal.

d.      Menyanyikan Lagu diakhir kebaktian
-          Menyanyikan Lagu:
Bapa terima kasih, bapa terima kasih
Bapa di dalam surga, puji terimakasih, Amin.[8]
III.             Kesimpulan
Dari bahan pengajaran yang sudah di jelaskan dalam paper ini, terlebih dahulu dalam mengajar anak balita kita harus mengetahui siapa pribadi dari anak balita tersebut. Harus juga mengetahui bagaimana karakter dari setiap usia anak balita agar dapat memudahkan dalam memahami keinginan mereka untuk mengajar mereka tentang Firma Allah. Dalam mengajar anak balita harus memakai metode beserta media dalam mengajar, memberikan perhatian dan nyanyian agar mereka dapat mengikuti ajaran yang diajarkan oleh guru. Guru diharapkan dalam mengajar untuk dapat benar-benar memberikan pengajaran dengan baik yang dapat diterima oleh anak. Guru dapat mengajarkan bagaimana cara berdoa. Dan guru dituntut untuk memberikan alat peraga yang membantu anak dalam menerima pengajaran.
Tema yang diambil untuk menjadi contoh bahan pengajaran guru/pengajar ialah Gemabalaku dengan nats Alkitab Mazmur 23. Dimana dalam tema yang beriringan dengan nats ini, guru memperkenalkan siapa yang dimaksudkan dengan gembala. Guru menyampaikan kepada anak melalui metode-metode bahwa gembalaku ialah Yesus. Yesus adalah seorang gembala yang baik, yang penuh kasih, dan selalu menuntun domba-dombaNya.
IV.             Daftar Pustaka
Claire Barth Marie dan B. A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, Jakarta: BPK- GM, 2003.
Henley Karyn dan Joseph Sapulich, Ku Baca Alkitab Tiap Hari, Jakarta: BPK-GM,  2011.
Lie Paulus, Terampil Mengajar Balita, Yogyakarta: IKPI, 2009.

Sumber lain:
http://googleweblaight.com/pengertian-balita.html, pada tanggal 8 November 2016, Pukul. 10.48 WIB



[1] http://googleweblaight.com/pengertian-balita.html, pada tanggal 8 November 2016, Pukul. 10.48 WIB
[2] Paulus Lie, Terampil Mengajar Balita, (Yogyakarta: IKPI,2009), 109-117
[3] Marie Claire Barth dan B. A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, (Jakarta:BPK- GM, 2003), 294-295
[4] Karyn Henley dan Joseph Sapulich, Ku Baca Alkitab Tiap Hari, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 66-67
[5] Paulus Lie, Terampil Mengajar Balita, 5-13
[6] Paulus Lie, Terampil Mengajar Balita, 151-152
[7] Paulus Lie, Terampil Mengajar Balita, 17-18
[8] Paulus Lie, Terampil Mengajar Balita,91-92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar