Jumat, 10 Mei 2019


ESKHATOLOGI
a.      Eskhatologi “presentis”, “futuris” dan “presentis-futuris”
b.      Ekshatologi “transcendental” (=melampaui waktu) & “imanen historis
c.       Kebangkitan daging, Penghakiman akhir & Langit-bumi yang baru

I.                   Pendahuluan
Pada pertemuan sebelumnya kita sudah membahas tentang Roh Kudus. Pada pertemuan ini kita akan membahas bagaimana itu Eskhatologi yang sering disebut jaman akhir. Untuk lebih mengetahuinya, mari kita membahas secara bersama dan semoga dapat menambah pengetahuan kita bersama, Tuhan memberkati.

II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Eskhatologi
Banyak istilah atau sebutan diberikan pada bidang dogmatika ini. Yang paling umum di antaranya adalah de Novissimis atau Eschatology. Istilah “eskatologi” didasarkan pada ayat-ayat Alkitab yang membicarakan tentang hari-hari terakhir (eschate hemerai), Yes. 2:2; Mic 4:1; waktu terakhir (eschatos ton chronon) 1 Ptr 1:20; jam terakhir (eschate hora) 1 Yoh 2:18.[1] Eschatologia adalah bagian dogmatika, yang membicarakan pernyataan Kitab Suci tentang hal-hal yang terjadi sesudah orang meninggal dan hal-hal yang akan terjadi pada zaman yang terakhir (ta eschata = hal-hal yang terakhir).[2] Dalam keseluruhan Teologi Sistematika Kristiani, eskatologi merupakan ajaran tentang masa depan dan penyelesaian. Bertolak dari apa yang telah datang, yaitu pengalaman-pengalaman umat manusia akan Allah, khususnya dari Yesus Sang Kristus.[3] zaman Mesias ini disebut: penyelesaian zaman (synteleia toon aioonoon, Ibr. 9:26), akhir masa (eskhaton toon Khronoon, 1 Ptr. 1:20), saat terakhir (eskhate hoora, 1 Yoh. 2:18), akhir zaman (tele toon aioonoom, 1 Kor. 10:11). Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan, bahwa zaman yang dimulai dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus hingga sekarang dan seterusnya, adalah tujuan oleh jalan-jalan yang diadakan oleh Tuhan Allah di dalam dunia. Yang dituju oleh sejarah umat manusia pada zaman-zaman sebelum keadatangan Kristus  adalah zaman yang dimulai dengan kelahiran Kristus itu.[4]
2.1.1.      Perjanjian Lama
Nubuat perjanjian lama hanya membedakan dua jaman yaitu “jaman ini” (olam hazzah atau dalam bahasa Yunani aion houtos) dan “jaman/masa yang akan datang” (ollam habba atau dalam bahasa Yunani aion mellon). Karena para nabi memandang kedatangan Mesias dan akhir dunia ini sebagai dua kejadian yang bersamaan, maka “hari-hari terakhir” adalah hari-hari yang segera mendahului kedatangan Mesias dan akhir dunia ini. Mereka tidak pernah menarik garis pemisah yang tegas antara kedatangan Mesias yang pertama dan yang kedua.[5] Dalam Luk. 1:54,55 Maria mengucapkan keyakinannya, bahwa dengan akan dilahirkannya Kristus itu Tuhan Allah berkenan menolong Israel dengan mengingat rahmat-Nya seperti yang telah dijanjikann kepada nenek moyang Israel ( Luk. 68,69, 70-79;). Kata-kata ini menunjukkan, bahwa kedatangan Kristus adalah pemenuhan janji Allah yang telah dijanjikan kepada Abraham dan kepada keturunannya. Apa yang pada zaman-zaman dahulu menjadi rahasia, sekarang dengan kedatangan Kristus telah diberitahukan kepada umum. Apa yang dahulu masih gelap, sekarang denagn kedatangan kristus telah menjad terang. Oleh karena itu zaman-zaman yang dahulu itu berbeda sekali sifat dan keadaanya jikalau dibandingkan dengan zaman setelah Kristus dilahirkan. Zaman sejak Kristus dilahirkan, zaman Kristus atau zaman Mesias ini adalah zaman keselamatan, zaman yang di dalam urut-urutan segala zaman yang berbeda sendiri, yang memilki cirri tersendiri, yang menentukan zaman-zaman yang mendahukuinya. Zaman taurat dan zaan para nabi diakhiri hingga zaman Yohanes Pembaptis. Sesudah itu dimulailah zaman baru (Mat. 11:13; Luk. 16:16).[6]
2.1.2.      Perjanjian Baru
Dalam perjanjian baru kita melihat bahwa kedatangan Mesias ada dua, dan zaman Mesianik mencangkup dua keadaan, jaman Mesianik yang sekarang dan penggenapan yang mulia kelak di kemudian hari. Dengan demikian, jaman perjanjian baru harus dilihat dari dua yuaspek. Jika perhatian kita lebih ditujukan kepada kedatangan Tuhan Yesus yang akan datang, maka semua yang mendahului peristiwa itu disebut sebagai “jaman ini”, sehingga oleh karena itu, orang percaya perjanjian baru disebut sebagai orang-orang yang hidup pada satu malam pada peristiwa yang sangat penting itu, yaitu kedatangan Tuhan dalam kemuliaan dan kemuliaan kekal yang menyertai-Nya. Tetapi jika dieprhatian kita dipusatkan pada kedatangan Kristus yang pertama kali, maka wajarlah jika kita menganggap orang percaya perjanjian baru sudah, walaupun dalam prinsip, hidup di masa yang akan datang.[7]
Kerajaan Allah sudah hadir, secara prinsip hidup yang kekal sudah dinyatakan, Roh adalah meterai bagi pewaris kerajaan surge, orang percaya sudah menempati kedudukan sama dengan Kristus di surga. Tetapi sementara sebagaian kenyataan eskhatologi diproyeksikan pada masa sekarang, semuanya itu belum seluruhnya digenapi sampai hari konsumasi. Ketika kita berbicara tentang “eskhatologi” kita menyadari tentang kenyataan dan peristiwa yang berkaitan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali dan peristiwa itu akan menandai akhir dari jaman ini dan membawa kita pada kemuliaan kekal di masa mendatang.[8]

2.2.Eskhatologi “presentis”, “futuris” dan “presentis-futuris”
2.2.1.      Eskhatologi Presentis
Pada akhirnya kita menyelidiki eskatologi Yohanes yang tertera daalm injil dan terutama dalam surat 1 Yohanes. Kesustaraan Yohanes ini tertulis di sekitartahun 100. Pada waktu itu sudah jauh jaraknya kepada pemberitaan eskatolois Yesus, yang memprokalmirkan betapa dekatnya kerajaan Allah. namun demikian, kita akan melihat bahwa Yohanes sangat berusaha untuk menyajikan suatu pemberitaan eskatologis yang bentuknya memang sesuai dengan tuntutan zamannya sendiri. Pada tahun 100 suatu paparan  yang mengutamakan segi-segi futuris tentulah sulit dikmukakan lagi mengingat bahwa jaraknya 70 tahun terhadap Yesus. Waktu terus berjlan. Oleh karena itu Yohanes bertekad mewujudkan suatu ekatologis yang sungguh matang  tahap pemenuhannya. Konsep apokalyptik sama sekali tidak depegang lagi. Masa depan kosmos misalnya yang sama dengan begitu kuas dilukiskan dakam apokalyptik Yahudi tidak disoroti. Titikberatnya terletak atas masakini sungguhpun un begitu  tafsir tidak boleh mengabaikan beberapa ayat yang terdapat juga dalam injil dan surat Yohanes yang jelas menyatakan kesadarannya akan suatu kegiatan Allah yang masih akan terjadi kekal.[9] Dalam perjanjian baru pengertian eskhatologi yang bersifat menuju ke masa depan (futuris) dibedakan dari pada yang menyangkut masa sekarang (presentis).[10] Menurut R. Bultmann, seorang yang percaya diberi eksistensi eskhatologi, sebab dia sekarang sudah merupakan ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Bultmann merancang suatu eskhatologi presentis yang bersifat “eksistensial” yang di dalamnya masa keselamatan sudah mulai bagi orang-orang yang percaya. Bagi Bultmann berlaku : “Eskhatologi bukanlah akhir yang mendatang dari sejarah, melainkan sejarah sedang ditelan oleh eskhatologi”. Dia juga mengatakan: “masa sekarang diberi sifat yang eskhatologis melalui pertemuan dengan Kristus atau dengan Firman yang diberikan-Nya, sebab dalam pertemuan itu dunia dan sejarahnya mencapai sasaran dan seorang yang percaya sebagai makhluk baru telah kehilangan sifat ‘duniawi’”.[11]  
Suatu perubahan besar telah terjadi dalam cara yang digunakan untuk masa kini. Masa sekarang ini adalah zaman gereja. Setelah semua cara yang sebelumnya dipakai, akhirnya Sang Juruselamat sendiri datang. Dengan kematian-nya, Tuhan Yesu mengadakan perdamaian untuk doisa ornag-orang percaya dari zaman Perjanjian Lama dan dari zaman Perjanjian Baru (Roma 3:21-26). Sekarang Allah menawarkan kepada setiap orang keselamatan melalui Yesus Kristus. sebelum zaman sekarang, rencana keselamatan hanya dipahami secara secara samar-samar, kini seluruh rencana itu telah terpampang sehingga siapa saja saja dapat mengetahuinya. Yang diminta dari setiap orang hanyalah kesediaan untuk menerima apa yang telah dipersiapkan Allah di dalam Kristus. bila seseorang dengan menerima tawaran hidup itu, orang itu akan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Roh Kudus kemudian melanjutkan karya yang dimulai dalam pembaharuan serta menyempurnakan kekudusan di dalam diri orang percaya. Alkitab mengatakan bahwa menjelang akhir zaman banyak orang akan meninggalkan iman mereka dan kefasikan akan merajhalela. Allah akan membawa gereja-Nya pulang untuk tinggal bersama Dia, dan menyerahkan sisa penduduk bumi kepada kesengsaraan dasyat yang akan datang. Bahkan dalam zaman gereja pun ketidakpercayaan merajalela dan orang-orang percaya hanya sedikit jumlahnya.[12]
2.2.2.      Eskhatologi Futuris
Dalam perjanjian baru pengertian eskhatologi yang bersifat menuju ke masa depan (futuris).[13] Perubahan yang lebih besar lagi dijanjiakan untuk masa Kerajaan Seribu tahun, Kristus harus memerintah setiap bidang yang telah dikuasai oleh dosa. Dahulu Ia telah datang dan menawarkan untuk menjadi raja dan juruselamat Israel, namun sebagain besar bangsa itu tidak memperhatikan tawaran-Nya samasekali. Ia akan kembali dengan kemuliaan dan akan memerintah dunia ini dengan kekuasaan-Nya. Sebagai Putra Daud, Kristus akan mendirikan sebuah kerajaan di bumi ini. Israel akan menjadi pusat kerajaan itu dan Yerusalem menjadi ibukotanya. Semua bangsa akan berziarah ke Gunung Sion. Periode ini akan diwakili dengan pertonbatan dunia, karena Kristus akan menghukum semua bala tentara yang melawan Dia di Harmagedon, menghukum bangsa-bangsa yang mengirim angkatan perang mereka, dan akhirnya Iblis akan diikat. Hanya orang-orang yang sudah diselamatkan di bumi yang akan memasuki kerajaan Allah. Hanya kasih karunia Allah yang bekerja dalam hati seseorang pada tiap zaman dapat mengubah kehidupannya secara permanen, dan karena tidak semua orang pada tiap zaman akan menerima kasih karunia itu, maka tidak semua orang yang akan diselamatkan.[14]
Di dalam pengakuan iman terdapat suatu kata kerja dalam futurum, yang menunjuk kepada suatu keadaan atau peristiwa di masa depan: kita percaya kepada Kristus yang sudah naik ke Sorga, yang kini duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, “dari tempat mana Ia akan menghakimi segala orang yang hidup dan yang mati”. Seorang Kristen yang menyadari bahwa dia hidup diantara dua waktu: ia hidup dengan mengingat pernyataan Allah di masa lampau dan dengan menanti-nantikan pernyataan kerajaan-Nya di masa depan.[15]
2.2.3.      Eskhatologi Presentis-futuris
Menurut perjanjian baru, eskhaton sudah ada dan sekaligus baru mendekat. Eskhatologi perjanjian baru tampak mengikuti konsep yang sekaligus presentis dan futuris.  Menurut Paulus, persekutuan antara umat yang dibabtis dan Tuhan di sorga adalah sesuatu yang telah terjadi juga yang masih akan terjadi. Orang-orang yang percaya kelak “bersama Kristus”, kini sudah pula”di dalam Kristus” (Gal. 3:28; Rm. 8:1; 6:11; 2 Kor. 5:17; Kol 1:2). Bagi seorang Kristen diberi janji bahwa dia akan memperoleh pada masa depan apa yang telah dimilikinya sekarang; dia akan menerima apa yang telah dimilikinya.  Karena eskhaton dalam perjanjian baru dihubungkan dengan realitas Kristus yang hidup, maka harus diartikan sekaligus sebagai yang presentis dan futuris. Dengan Kristus yang sama itu orang-orang percaya akan bersekutu kelak sebagai mana mereka sekarang sudah berada dalam persekutuan dengan-Nya.[16] Segala rahasia pada waktu itu akan terbuka. Kedatangan-Nya dalam kemuliaan itu akan di saksikan oleh orang di seluruh dunia (Mat. 24:27,30). Maka kedatangan Kristus yang kedua kali ini bukan hanya mengulangi kedatangan-Nya yang pertama, melainkan akan mengakhiri kedatangan-Nya yang pertama itu, dan akan membuka segala rahasia kedatangan-Nya yang pertama, serta akan menyempurnakannya.[17]

2.3.Eskhatologi “transcendental” (=melampaui waktu) & “imanen historis”
2.3.1.      Eskhatologi Transcendental (melampaui waktu)
Bagi K. Barthpada masa mudanya, eskhaton adalah suatu yang transenden yang selalu vertical membentur waktu, tetapi tidak masuk ke dalamnya. kekekalan sama dekat dan jauhnya sengan setiap waktu. Momen yang kekal berhadapan dengan setiap waktu dan didalamnya terdapat maksud transcendental dari setiap waktu. Althaus menulis bahwa sebagaimana setiap waktu sama dekatnya dengan keadaannya semula pada waktu penciptaan dan kejatuhan, demikian pula setiap waktu sama dekatnya dengan pemenuhannya. Dan dalam pengertian itu setiap waktu adalah saat yang terakhir. Tujuan sejarah tidaklah terdapat dalam keadaan tereakhir yang historis. Suatu gagasan eskhaton yang melampaui waktu juga disajikan oelh P. Tillich. Eskhatologi hendaknya menerangkan “bahwa dalam setiap saat kita berhadapan dengan yang kekal”. Eskhaton bukanlah angan-angan tentang suatu bencana apokaliptis di dalam ruang atau waktu yang tak terhingga jauh atau dekatnya. Eskhaton berarti “hubungan antara fana dan yang kekal”, atau “transisi dari yang fana ke yang kekal”. Penciptaan diartikan sebagai “transisi dari yang kekal ke fana” atau dengan kata lain sebagai “transisi dari esensi ke eksistensi”. Esentifitas itu bersifat  universal dan tidak cocok dengan hukuman yang kekal. Menurut Tillich, transisi dari yang fana ke yang kekal bukanlah suatu peristiwa historis, melainkan akhir segala waktu yang terus-menerus hadir dan terjadi dalam setiap waktu.[18]

2.3.2.      Eskhatologi Imanen Historis
Tipe imanen-historis yang dikemukakan oleh J. Moltmann. Menurutnya konsep transcendental juga tidak membawa perkembangan. Eskhatologi yang imanen-histori dari Moltmann terdapat dalam suatu garis tradisi dengan filsafat E. Bloch yang dalam karyanya prinsip pengharapan menunjukkam keterarahan manusia ke masa depannya dan dengan demikian telah membawa banyak dorongan bagi teologi modern. Tipe pemikiran eskhatologi imanen-historis itu dengan tepat menentang gagasan-gagasan eskhatologi yang transcendental dan individual. Eskhatologi bukanlah sesuatu yang tidak sejarawi melainkan sebaliknya masuk ke dalam sejarah. Sebagaimana Allah masuk ke dalam sejarah, demikian pula eskhaton harus menjadi dunia dan menembus ke dalam sejarah. Allah mendirikan kerajaan-Nya dengan “batu-batu” dari dunia ini. Dunia baru yang dinantikan adalah kita ini yang diperbaharui oleh Allah (2 Ptr. 3:13). Eskhatologi Kristen bukanlah janji kosong akan dunia yang lain, melainkan pengharapan bahwa Allah akan berhasil memperbaharui dunia ini. Suatu eskhatologi yang imanen-historis diancam bahaya mengidentifikasikan kerajaan Allah dan sejarahnya. Eskhaton bukan pemenuhan belaka, melainkan juga akhir dunia ini dan sejarahnya.[19]

2.4.Kebangkitan daging, Penghakiman akhir & Langit-bumi yang baru
2.4.1.      Kebangkitan Daging
1.      Dalam Perjanjian Lama
Doktrin perjanjian lama tentang Allah cukup menjelaskan seluruh sejarah konsep perjanjian lama tentang hidup di masa yang akan datang. Kepercayaan kepada kebangkitan orang mati dalam perjanjian lama itu sendiri tidak memiliki akar dan dasar pada kepercayaan kafir tetapi hanya dapat dijumpai dalam wahyu Allah Israel. Memang benar tidak ada penyebutan mengenai kebangkitan orang mati sebelum jaman para nabi, walaupun Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa hal ini sudah terkandung sejak Kel. 3:6 (band. Mat. 22:29-32), dan penulis surat Ibrani mengatakan bahwa para bapa leluhur Israel menanti-nantikan kebangkitan orang mati (Ibbr. 11:10, 13-16, 19). Kebangkitan orang mati sudah ada jauh sebelum jaman pembuangan yang dapat terlihat dalam ayat-ayat yang membicarakan tenang kelepasan dari sheol, Mzm. 49:15; 73:24,25; Ams. 23:14. Pernyataan Ayub jelas sekali menunjukkan kepercayaan mengenai kebangkitan (Ayb. 19:25-27). Diajarkan juga dalam Yesaya 26:19, Daniel 12:2 dan Yehezkiel 37:1-14.[20]
2.      Dalam Perjanjian Baru
Perjanjian baru jauh lebih banyak berbicara tentang kebangkitan orang mati, sebab dalam kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. perjanjian baru membawa klimaks bagi wahyu Allah tentang kebangkitan. Walaupun orang saduki menyangkal, Tuhan Yesus dengan tegas menunjukkan bahwa kebangkitan sudah dimengerti sejak perjanjial lama (Mat. 22:23-33, band. Kel. 3:6). Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran penting ini dalam Yoh. 5:25-29; 6:39,40,44-45; 11:24,25; 14:3; 17:24. Ayat-ayat klesik dalam perjanjian baru untuk doktrin kebangkitan orang mati ini kita jumpai dalam ayat-ayat pernting berikut: 1 Tes. 4:13-16; 2 Kor. 5:1-10; Why. 20:4-6,13.[21]
Kebangkitan adalah karya Allah Tritunggal. Dalam beberapa ksus kita hanya diberitahukan bahwa Allah membangkitkan orang mati, tanpa menyebutkan pribadi tertentu secara khusus, Mat. 22:29; 2 Kor. 1:9. Tetapi, secara lebih khusus, karya kebangkitan disebut merupakan karya Allah Putra, Yoh. 5:21,25,28.29; 6:38-40, 44,45; 1 Tes. 4:16. Secara tidak langsung kebangkitan juga disebut sebagai karya Roh Kudus, Rm. 8:11. Pada jaman Paulus ada sebagian orang yang menganggap kebangkitan sebagai sesuatu yang spiritual sifatnya, 2 Tim. 2:18. Tetapi Alkitab dengan jelas mengajrkan kebangkitan tubuh. Kristus disebut sebagai buah sulung kebangkitan dalam 1 Kor. 15:20-23, dan sebagai “yang sulung di antara mereka yang bangkit”, dalam Kol. 1:18; Why. 1:5. Hal ini berarti kebangkitan umat Allah akan seperti kebangkitan Tuhan mereka. Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan tubuh, karenaitu kebangkitan umat-Nya pun demikian. Penebusan yang telah dikerjakan oleh Kristus juga mencangkup tubuh, Rm. 8:23; 1 Kor.6:13-20. Dalam Rm. 8:11 kita melihat secara eksplisit bahwa Allah melalui Roh Kudus akan membangkitkan tubuh kita. Menurut Alkitab akan ada kebangkitan tubuh, bukan suatu ciptaan baru yang seluruhnya berbeda, tetapi tubuh yang dalam arti mendasarkan sama dengan tubuh kita sekarang. Tuhan tidak akan menciptakan tubuh baru bagi semua orang, tetapi akan membangkitkan tubuh kita ini yang sudah dimakamkan dalam tanah. Hal ini bukan saja terlihat dalam istilah “kebangkitan” tetapi jelas pula dikatakan dalam Rm. 8:11; 1 Kor. 15:53.[22] Di dalam PB, keyakinan tentang kebangkitan orang mati itu makin jelas. Hal ini disebabkan karena karya Tuhan Yesus Kritus. Dalam Yoh. 11:25 Tuhan Yesusu berkata, bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup. Ia bukan hanya bangkit dari mati dan kemudian hidup, Ia bukan hanya membangkitkan dan menghidupkan orang mati (seperti yang umpamanya dilakukan terhadap Lazarus). Kata-kata ini menunjukkan bahwa kebangkitan dan hidup memiliki dasarnya pada Tuhan Yesus, berakar pada Tuhan Yesus, mengejawantahkan diri pada Tuhan Yesus. Itulah sebabnya orang beriman disebut: hidup dengan Kristus (Rom. 6:8). Hakekat kebangkitan dan hidup tampak pada diri Tuhan Yesus Kristus. Keduanya berada dalam kuasa-Nya, maka Ia membangkitkan dan menghidupkan . ia menjadi Pemimpin kepada hidup (Kis. :15), maka seperti halnya dengan Allah Bapa Kristus dapat menghidupkan barangsiapa yang Ia kehendaki (Yoh. 5:21), sebab Ia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal (1 Yoh. 5:20). Karena keadaan Kristus yang demikian itu maka kebangkitan-Nya adalah pusat segala sesuatu dan menguasai segala sesuatu (1. Kor 15:12-34). Dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (2. Tim. 1:10).[23]
2.4.2.      Penghakiman Akhir
Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali adalah penghakiman terakhir, yang sangat natural. Tuhan akan datang kembali dengan satu tujuan, untuk menghakimi orang yang hidup dan menentukan tujuan kekal dari setiap individu. Doktrin mengenai penghakiman terakhir ini sejak awal Kekristenan selalu dikaitkan dengan doktrin kebgankitan orang mati. Doktrin ini termuat dalam Pengakuan Iman Rasuli: “Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati”. Penghakiman terakhir yang dikaitkan dalam Alkitab tidak dapat dianggap sebagai peristiwa spiritual yang tak nampak dan tanpa akhir seperti halnya dengan providensi Allah dalam sejarah. Alkitab dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa dalam hidup sekarang pun Allah tetap menghukum kejahatan dan memberkati orang yang benar. Dalam beberapa kasus, hukuman serta pahala yang diberikan ini bersifat positif, tetapi di beberapa kasus yang lain muncul sebagai providensial alamiah sebagai akibat dari kejahatan atau kebaikan yang dilakukan, Ul. 9:5; Mzm. 9:16; 37:28; 59:13; Ams. 11:5; 14:11; Yes 32:16, 17; Rat. 5:7. Alkitab mengajarkan kepada kita unutk menantikan penghakiman terakhir sebagai jawaban keputusan Allah bagi pernyataan seperti itu, sebagai jalan keluar bagi segala problema itu, serta penyingkiran segala ketidaksempurnaan masa sekarang, Mat. 25:31-46; Yoh. 5:27-29; Kis. 25:24; Rm. 2:5-11; Ibr. 9:27; 10:27; 2 Ptr. 3:7; Why. 20:11-15. Penghakiman itu akan terjadi pada akhir dunia ini sebab penghakiman itu akan diberikan kepada seluruh hidup manusia, Mat. 13:40-43; 2 Ptr.3:7. Penghakiman ini merupakan serangkaian kejadian bersamaan dengan parousia Tuhan Yesus, Mat. 25:19-46; 2 Tes. 1:7-10; 2 Ptr. 3:9,10 dan akan segera mengikuti kebangkitan orang mati, Dan. 12:2; Yoh. 5:28,29; Why 20:12-13.[24]
2.4.3.      Langit-bumi yang Baru
Keadaan akhir bagi orang percaya akan didahului dengan lenyapnya dunia yang sekarang dan berganti dengan munculnya ciptaan baru. Mat. 19:28 menyebutkan sebagai “kelahiran baru” dan Kis. 3:21 menyebutkan “pemulihan segala sesuatu”. Petrus berkata bahwa sesuai dengan janji yang telah diberikan kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru dimana orang benar tinggal (2 Ptr. 3:13, band. Ay. 12). Hanyalah setelah ciptaan baru dijadikan maka Yerusalem akan turun dari surga, dari Allah, dan hadirat Allah tinggal di antara manusia, serta orang benar memasuki kebahagiaan kekal mereka.[25]
Baik dalam Perjanjian Lama maupun perjanjian Baru berbicara tentang bumi yang baru dan langit yang baru (lit. Yes.65:17; 66:22; Why. 21:1). Ada yang percaya bahwa alasan yang kuat dapat dikemukakan bagi renovasi langit dan bumi yang sekarang ini daripada suatu ciptaaan yang baru. Yang lebih penting, bumi yang baru akan menjadi tempat Yerusalem baru, yang turun dari surge, dari Allah. Ukurannya (Why. 21:16) kira-kira 1.380 mil tinggi, lebar, dal dalannya (dengan menggunakan ukuran kuno, stade dalam bahasa Yunani yang adalah kira-kira 607 kaki atau 192 meter) menggambarkan sebuah kubus, seperti tempat mahakudus di kemah pertemuan dan bait suci, dan mungkin menunjukkan bahwa bumi yang baru itu akan lebih besar dari bumi yang sekarang ini. Pertama kalinya Kota Kudus ini disebut, Yerusalem Baru, di Wahyu 21:2-3 menyatakan kepada kita bahwa tempat kediaman Allah akan bersama-sama dengan orang-orang yang sudah ditebus, karena Ia akan tinggal bersama mereka dan mereka akan menjdai umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dengan cara ini, tujuan Allah bagi Israel dan juga Gereja pada akhirnya akan digenapi sama sekali.[26]

III.             Kesimpulan
Eskhatologi adalah akhir jaman dimana akan membahas masa lalu, sekarang, maupun masa yang terakhir. Eskhatologi futuris menjelaskan ke masa depan atau masa yang akan datang dan eskhatologis presentis pada masa sekarang. Eskhatologi presentis-futuris itu menjelaskan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Eskhatologi Transcendental (melampaui waktu) adalah suatu yang transenden yang selalu vertical membentur waktu, tetapi tidak masuk ke dalamnya. kekekalan sama dekat dan jauhnya sengan setiap waktu. Eskhatologi imanen-historis suatu prinsip pengharapan menunjukkam keterarahan manusia ke masa depannya dan dengan demikian telah membawa banyak dorongan bagi teologi modern. Kebangkitan daging di mana pada waktunya orang yang telah mati akan dibangkitkan dan Tuhan akan datang kedua kalinya untuk mengadili manusia dan di bentuk bumi baru yang dinamakan Yerusalem Baru.

IV.             Daftar Pustaka
Becter, Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
Berkhof,  Louis, Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, Surabaya: Momentum, 2005
Beyer, Ulrich, Garis-Garis Eskatologi dalam Perjaanjian Baru,Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2003
Dister, Nico Syukur,  Teologi Sistematika 2, Yogyakarta: Kanisius, 2004
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung mUlia, 2013
Menzies, William W., & Stanley M. Horton, Doktrin-doktrin Alkitab,  Malang: Gandum Mas, 2003
Niftrik, G.C., Van & B.j. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BKP Gunung Mulia, 2014
Soedarmo, R. Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985
Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1993

Catatan Dosen
Ajaran Eskhatologi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Eskhatologi Biblis (Eskhatologi yang diterangkan dalam Alkitab) dan Eskhatologi Teologis (pandangan para teolog-teolog Krsiten).
Eskhatologi Biblis: Eskhatologi adalah hal ikhwal tentang kedatangan Yesus Kristus. kalau Yesus Kristus datang maka apakah yang akan terjadi di sekitar peristiwa kedatangan itu? Mungkin aka nada kebangkitan daging, hidup yang kekal, penghakiman. Menurut Alkitab kedatangan Yesus itu ada yang bersifat presentis, futuris, dan yang presentis-futuris.
Eskhatoloti Presentis
Eskhatologi yang bersifat presentis disajikan oleh Yohanes. Menurut Yohanes pada mulanya dalah firman, firman itu diam di antara kita. Yohanes menunjukkan bahwa Allah, Yesus itu datang, diam di antara kita. Yohanes tidak ada membahas tentang zaman terakhir, Yohanes membahas dari atas. Presentis menjelaskan Allah itu datang dan diam di antara kita. Apakah terjadi seperti yang dikatakan tadi di bumi ini dimana Kristus hadir di sini. Bisa kita lihat di dalam Yohanes 5:39-40, 28-29; 6:39-40.
Yohanes menggambarkan dunia ini sudah ada dalam kebinasaan, karena dosa semua manusia akan mati Yoh.17:20-30. Hidup yang kekal itu adalah ketika kita kenal Yesus, ketika kita hidup di dunia. Yoh. 5:24-25 berkata atau bercerita kita sudah mati oleh dosa kita, akan tiba saatnya orang-orang yang mati akan mendengarkan suara Allah. Penghakiman Yohanes 3:19 menjelaskan terang sudah datang, inilah penghukuman itu sama seperti nubuat-nubuat para nabi, ketika Yesus datang ada yang memegang alat penampi, memisahkan gandum sekam, gamdum akan disimpan dan sekam akan dibakar. Kristus itu di utus sebagai penghakiman, penghukum, yang percaya akan diselamatkan dan yang berdosa akan di hukum. Di Yohanes, penghakiman terjadi sekarang, sementara Injil Sinoptik mengatakan Dia datang di akhir zaman. Yohanes menceritakan Yesus itu dan sorga turun ke bumi, sementara Injil sinoptik mengatakan Dia akan turun atau kembali datang dari sana.
Eskatologi Futuris
Disajikan/ dijadikan oleh Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Injil sinoptik ini menyediakan perikop yang menceritakan tentang “akhir Zaman” (Markus 11-13, Mat. 24- 25, Luk. 21). Diawali dari Mat. 24:3, “murid bertanya tanda-tanda kedatangan anak manusia dan tanda-tanda kesudahan zaman”. Yesus menguraikan urutannya dari tanda-tanda kedatangan anak manusia sampai dengan kesudahan zaman. Dari uraian Yesus itu tergambar bahwa eskatologi di tempatkan pada episode terakhir dari rangkaian episode peristiwa akhir zaman. Artinya bahwa Eskatologilah yang menjelaskan yang menjadi batas zaman atau ujung dari batas zamman. Dan pada batasan itu Yesus tampil di Langit dan ketika itulah terjadi: “semua manusia yang mati akan dibangkitkan dibangkitkan, yang hidup diubahkan, semua dihakimi dan terjadi pemisahan antara penghuni kerajaan Sorga dan penghuni kerajaan Maut. Yang menghuni kerajaan sorga disebut hidup yang kekal sedangkan yang menghuni kerajaan maut disebut maut yang kekal”.
Eskatologi Presentis-Futuris
Disajikan oleh Rasul Paulus. Dalam surat-suratnya Paulus keselamatan iman yang terjadi pada hidup/ kehidupan di dalam Kristus . Paulus juga menekankan peristiwa eskatologi Futuris yang mengatakan akan terjadi kebangkitan semua orang mati dan pengubahan hidup (1 Kor. 15:51-52, 1 Tes 4:13). Paulus juga menceritakan tata kemah/kemah sorgawi (2 Kor 5:1,17) dan hidup bersama dengan Yesus (Rom.8).
Paulus menggabungkan Presentis dan Futuris dengan mengatakan “keselamatan diterima di sini dan dinyatakan/disempurnakan pada masa yang akan datang. Kebangkitan spiritual/rohani terjadi disini tetapi kebangkitan daging dan realitas hidup kekal akan diterima dan terjadi di sorga”.
Eskatologis Teologis
Dibagi menjadi 2 sebagai berikut:
1.      Eskatologi Transcendental
Artinya jauh dari realitas sejarah. Jauh dalam anti tidak kelihatan/tidak nampak secara fisik. Disini kehidupan manusia itu bisa berlangsung dalam 2 zona yaitu Zona Sejarah dan Zona Eskatologi. Zona sejarah ialah dunia nyata di bumi. Zona eskatologi  ialah dunia lain dari sejarah. Hubungan sejarah dan eskatologi, satu pihak seperti dua garis lurus yang berturut/bersambung yang dibatasi oelh waktu. Ketika sejarah manusia terbentuk dengan waktu/berakhir dengan waktu , maka kehidupan manusia berlanjut dalam eskatologi. Artinya ada kehidupan diluar kehidupan yang sekarang. Disisi kedua antara sejarah dan eskatologi yaitu 2 garis yang beriringan tapi tidak bersentuhan. Hidup manusia selalu ada pada situasi transisi dalam hubungan antara sejarah dan eskatologi.


2.      Eskatologi Imanen Historis
Pola piker bertolak dari Yoh 3:16, bahwa kedatangan Yesus Kristus adalah pernyataan eskatologi di tengah-tengah dunia. Jadi Eskatologi sudah ada dalam sejarah sebagaimana Yesus menyatakan diri-Nya dalam sejarah. Jadi kedatangan Yesus dimaknai sebagai peristiwa eskatologi. Eskatologi bukan batas akhir dari zaman atau bukan waktu terakhir dari zaman tapi menjadi dasar/pondasi zaman. Eskatologi memberikan pengharapan baru bagi dunia melalui terpancang-Nya salib Krsitus dasar pengharapan dunia menuju masa depan sejarah. Tuhan datang bukan untuk membinasakan tapi menuju dunia yang penuh pengharapan oleh karena penebusan Kristus. Eskatologi menurut Woltman adalah salib Kristus yang sudah ditanjabkan adalah salib yang mengumpulkan, tanda pengampunan, penebusan bumi ini supaya bumi ini bisa berjalan bergerak maju ke dalam masa depan yang membawa manusia menuju kesejahteraan sebagaimana di cita-citakan oleh Injil.



[1] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya: Momentum, 2005), 10-11
[2] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jaakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 195
[3] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 503
[4] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung mUlia, 2013), 472
[5] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya: Momentum, 2005), 11
[6] Harun Hadiwijono,  Iman Kristen,  472
[7] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya: Momentum, 2005), 11
[8] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, 11-12
[9] Ulrich Beyer, Garis-Garis Eskatologi dalam Perjaanjian Baru,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2003), 85
[10] Dieter Becter, Pedoman Dogmatika,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 187
[11] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, 189-190
[12] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1993), 311-312
[13] Dieter Becter, Pedoman Dogmatika,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 187
[14] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1993), 312
[15] G.C. Van Niftrik & B.j. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta:BKP-GM, 2014), 310
[16] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),191
[17] Harun Hadiwijono,  Iman Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), 479
[18] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, 191-192
[19] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, 192-194
[20] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya: Momentum, 2005), 117-118
[21] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, 118
[22] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, 119-120
[23] Harun Hadiwijono,  Iman Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), 495
[24] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya: Momentum, 2005), 129, 131-132
[25] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, 146-147
[26] William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin-doktrin Alkitab,  (Malang: Gandum Mas, 203), 261-262, 265

Tidak ada komentar:

Posting Komentar