ESKHATOLOGI
a.
Eskhatologi
“presentis”, “futuris” dan “presentis-futuris”
b.
Ekshatologi
“transcendental” (=melampaui waktu) & “imanen historis
c.
Kebangkitan
daging, Penghakiman akhir & Langit-bumi yang baru
I.
Pendahuluan
Pada pertemuan
sebelumnya kita sudah membahas tentang Roh Kudus. Pada pertemuan ini kita akan
membahas bagaimana itu Eskhatologi yang sering disebut jaman akhir. Untuk lebih
mengetahuinya, mari kita membahas secara bersama dan semoga dapat menambah
pengetahuan kita bersama, Tuhan memberkati.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Eskhatologi
Banyak
istilah atau sebutan diberikan pada bidang dogmatika ini. Yang paling umum di
antaranya adalah de Novissimis atau Eschatology. Istilah “eskatologi”
didasarkan pada ayat-ayat Alkitab yang membicarakan tentang hari-hari terakhir
(eschate hemerai), Yes. 2:2; Mic 4:1;
waktu terakhir (eschatos ton chronon)
1 Ptr 1:20; jam terakhir (eschate hora)
1 Yoh 2:18.[1]
Eschatologia adalah bagian dogmatika, yang membicarakan pernyataan Kitab Suci
tentang hal-hal yang terjadi sesudah orang meninggal dan hal-hal yang akan
terjadi pada zaman yang terakhir (ta eschata
= hal-hal yang terakhir).[2] Dalam
keseluruhan Teologi Sistematika Kristiani, eskatologi merupakan ajaran tentang
masa depan dan penyelesaian. Bertolak dari apa yang telah datang, yaitu
pengalaman-pengalaman umat manusia akan Allah, khususnya dari Yesus Sang
Kristus.[3]
zaman Mesias ini disebut: penyelesaian zaman (synteleia toon aioonoon, Ibr. 9:26), akhir masa (eskhaton toon Khronoon, 1 Ptr. 1:20),
saat terakhir (eskhate hoora, 1 Yoh.
2:18), akhir zaman (tele toon aioonoom, 1
Kor. 10:11). Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan, bahwa zaman yang dimulai dengan
kelahiran Tuhan Yesus Kristus hingga sekarang dan seterusnya, adalah tujuan
oleh jalan-jalan yang diadakan oleh Tuhan Allah di dalam dunia. Yang dituju oleh
sejarah umat manusia pada zaman-zaman sebelum keadatangan Kristus adalah zaman yang dimulai dengan kelahiran
Kristus itu.[4]
2.1.1.
Perjanjian
Lama
Nubuat
perjanjian lama hanya membedakan dua jaman yaitu “jaman ini” (olam hazzah atau dalam bahasa Yunani aion houtos) dan “jaman/masa yang akan
datang” (ollam habba atau dalam
bahasa Yunani aion mellon). Karena para nabi memandang kedatangan Mesias dan
akhir dunia ini sebagai dua kejadian yang bersamaan, maka “hari-hari terakhir”
adalah hari-hari yang segera mendahului kedatangan Mesias dan akhir dunia ini.
Mereka tidak pernah menarik garis pemisah yang tegas antara kedatangan Mesias
yang pertama dan yang kedua.[5]
Dalam Luk. 1:54,55 Maria mengucapkan keyakinannya, bahwa dengan akan
dilahirkannya Kristus itu Tuhan Allah berkenan menolong Israel dengan mengingat
rahmat-Nya seperti yang telah dijanjikann kepada nenek moyang Israel ( Luk.
68,69, 70-79;). Kata-kata ini menunjukkan, bahwa kedatangan Kristus adalah
pemenuhan janji Allah yang telah dijanjikan kepada Abraham dan kepada
keturunannya. Apa yang pada zaman-zaman dahulu menjadi rahasia, sekarang dengan
kedatangan Kristus telah diberitahukan kepada umum. Apa yang dahulu masih
gelap, sekarang denagn kedatangan kristus telah menjad terang. Oleh karena itu
zaman-zaman yang dahulu itu berbeda sekali sifat dan keadaanya jikalau
dibandingkan dengan zaman setelah Kristus dilahirkan. Zaman sejak Kristus
dilahirkan, zaman Kristus atau zaman Mesias ini adalah zaman keselamatan, zaman
yang di dalam urut-urutan segala zaman yang berbeda sendiri, yang memilki cirri
tersendiri, yang menentukan zaman-zaman yang mendahukuinya. Zaman taurat dan
zaan para nabi diakhiri hingga zaman Yohanes Pembaptis. Sesudah itu dimulailah
zaman baru (Mat. 11:13; Luk. 16:16).[6]
2.1.2.
Perjanjian
Baru
Dalam
perjanjian baru kita melihat bahwa kedatangan Mesias ada dua, dan zaman
Mesianik mencangkup dua keadaan, jaman Mesianik yang sekarang dan penggenapan
yang mulia kelak di kemudian hari. Dengan demikian, jaman perjanjian baru harus
dilihat dari dua yuaspek. Jika perhatian kita lebih ditujukan kepada kedatangan
Tuhan Yesus yang akan datang, maka semua yang mendahului peristiwa itu disebut
sebagai “jaman ini”, sehingga oleh karena itu, orang percaya perjanjian baru
disebut sebagai orang-orang yang hidup pada satu malam pada peristiwa yang
sangat penting itu, yaitu kedatangan Tuhan dalam kemuliaan dan kemuliaan kekal
yang menyertai-Nya. Tetapi jika dieprhatian kita dipusatkan pada kedatangan
Kristus yang pertama kali, maka wajarlah jika kita menganggap orang percaya
perjanjian baru sudah, walaupun dalam prinsip, hidup di masa yang akan datang.[7]
Kerajaan Allah sudah hadir, secara
prinsip hidup yang kekal sudah dinyatakan, Roh adalah meterai bagi pewaris
kerajaan surge, orang percaya sudah menempati kedudukan sama dengan Kristus di
surga. Tetapi sementara sebagaian kenyataan eskhatologi diproyeksikan pada masa
sekarang, semuanya itu belum seluruhnya digenapi sampai hari konsumasi. Ketika
kita berbicara tentang “eskhatologi” kita menyadari tentang kenyataan dan peristiwa
yang berkaitan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali dan peristiwa itu akan
menandai akhir dari jaman ini dan membawa kita pada kemuliaan kekal di masa
mendatang.[8]
2.2.Eskhatologi
“presentis”, “futuris” dan “presentis-futuris”
2.2.1.
Eskhatologi
Presentis
Pada
akhirnya kita menyelidiki eskatologi Yohanes yang tertera daalm injil dan
terutama dalam surat 1 Yohanes. Kesustaraan Yohanes ini tertulis di
sekitartahun 100. Pada waktu itu sudah jauh jaraknya kepada pemberitaan
eskatolois Yesus, yang memprokalmirkan betapa dekatnya kerajaan Allah. namun
demikian, kita akan melihat bahwa Yohanes sangat berusaha untuk menyajikan
suatu pemberitaan eskatologis yang bentuknya memang sesuai dengan tuntutan
zamannya sendiri. Pada tahun 100 suatu paparan
yang mengutamakan segi-segi futuris tentulah sulit dikmukakan lagi
mengingat bahwa jaraknya 70 tahun terhadap Yesus. Waktu terus berjlan. Oleh
karena itu Yohanes bertekad mewujudkan suatu ekatologis yang sungguh
matang tahap pemenuhannya. Konsep
apokalyptik sama sekali tidak depegang lagi. Masa depan kosmos misalnya yang
sama dengan begitu kuas dilukiskan dakam apokalyptik Yahudi tidak disoroti.
Titikberatnya terletak atas masakini sungguhpun un begitu tafsir tidak boleh mengabaikan beberapa ayat
yang terdapat juga dalam injil dan surat Yohanes yang jelas menyatakan
kesadarannya akan suatu kegiatan Allah yang masih akan terjadi kekal.[9] Dalam
perjanjian baru pengertian eskhatologi yang bersifat menuju ke masa depan
(futuris) dibedakan dari pada yang menyangkut masa sekarang (presentis).[10]
Menurut R. Bultmann, seorang yang percaya diberi eksistensi eskhatologi, sebab
dia sekarang sudah merupakan ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Bultmann merancang
suatu eskhatologi presentis yang bersifat “eksistensial” yang di dalamnya masa
keselamatan sudah mulai bagi orang-orang yang percaya. Bagi Bultmann berlaku :
“Eskhatologi bukanlah akhir yang mendatang dari sejarah, melainkan sejarah
sedang ditelan oleh eskhatologi”. Dia juga mengatakan: “masa sekarang diberi
sifat yang eskhatologis melalui pertemuan dengan Kristus atau dengan Firman
yang diberikan-Nya, sebab dalam pertemuan itu dunia dan sejarahnya mencapai
sasaran dan seorang yang percaya sebagai makhluk baru telah kehilangan sifat
‘duniawi’”.[11]
Suatu
perubahan besar telah terjadi dalam cara yang digunakan untuk masa kini. Masa
sekarang ini adalah zaman gereja. Setelah semua cara yang sebelumnya dipakai,
akhirnya Sang Juruselamat sendiri datang. Dengan kematian-nya, Tuhan Yesu
mengadakan perdamaian untuk doisa ornag-orang percaya dari zaman Perjanjian
Lama dan dari zaman Perjanjian Baru (Roma 3:21-26). Sekarang Allah menawarkan
kepada setiap orang keselamatan melalui Yesus Kristus. sebelum zaman sekarang,
rencana keselamatan hanya dipahami secara secara samar-samar, kini seluruh
rencana itu telah terpampang sehingga siapa saja saja dapat mengetahuinya. Yang
diminta dari setiap orang hanyalah kesediaan untuk menerima apa yang telah
dipersiapkan Allah di dalam Kristus. bila seseorang dengan menerima tawaran
hidup itu, orang itu akan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Roh Kudus kemudian
melanjutkan karya yang dimulai dalam pembaharuan serta menyempurnakan kekudusan
di dalam diri orang percaya. Alkitab mengatakan bahwa menjelang akhir zaman
banyak orang akan meninggalkan iman mereka dan kefasikan akan merajhalela.
Allah akan membawa gereja-Nya pulang untuk tinggal bersama Dia, dan menyerahkan
sisa penduduk bumi kepada kesengsaraan dasyat yang akan datang. Bahkan dalam
zaman gereja pun ketidakpercayaan merajalela dan orang-orang percaya hanya
sedikit jumlahnya.[12]
2.2.2.
Eskhatologi
Futuris
Dalam
perjanjian baru pengertian eskhatologi yang bersifat menuju ke masa depan
(futuris).[13]
Perubahan yang lebih besar lagi dijanjiakan untuk masa Kerajaan Seribu tahun,
Kristus harus memerintah setiap bidang yang telah dikuasai oleh dosa. Dahulu Ia
telah datang dan menawarkan untuk menjadi raja dan juruselamat Israel, namun
sebagain besar bangsa itu tidak memperhatikan tawaran-Nya samasekali. Ia akan
kembali dengan kemuliaan dan akan memerintah dunia ini dengan kekuasaan-Nya.
Sebagai Putra Daud, Kristus akan mendirikan sebuah kerajaan di bumi ini. Israel
akan menjadi pusat kerajaan itu dan Yerusalem menjadi ibukotanya. Semua bangsa
akan berziarah ke Gunung Sion. Periode ini akan diwakili dengan pertonbatan
dunia, karena Kristus akan menghukum semua bala tentara yang melawan Dia di
Harmagedon, menghukum bangsa-bangsa yang mengirim angkatan perang mereka, dan
akhirnya Iblis akan diikat. Hanya orang-orang yang sudah diselamatkan di bumi
yang akan memasuki kerajaan Allah. Hanya kasih karunia Allah yang bekerja dalam
hati seseorang pada tiap zaman dapat mengubah kehidupannya secara permanen, dan
karena tidak semua orang pada tiap zaman akan menerima kasih karunia itu, maka
tidak semua orang yang akan diselamatkan.[14]
Di
dalam pengakuan iman terdapat suatu kata kerja dalam futurum, yang menunjuk kepada suatu keadaan atau peristiwa di masa
depan: kita percaya kepada Kristus yang sudah naik ke Sorga, yang kini duduk di
sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, “dari tempat mana Ia akan menghakimi
segala orang yang hidup dan yang mati”. Seorang Kristen yang menyadari bahwa
dia hidup diantara dua waktu: ia hidup dengan mengingat pernyataan Allah di
masa lampau dan dengan menanti-nantikan pernyataan kerajaan-Nya di masa depan.[15]
2.2.3.
Eskhatologi
Presentis-futuris
Menurut perjanjian
baru, eskhaton sudah ada dan
sekaligus baru mendekat. Eskhatologi perjanjian baru tampak mengikuti konsep
yang sekaligus presentis dan futuris. Menurut
Paulus, persekutuan antara umat yang dibabtis dan Tuhan di sorga adalah sesuatu
yang telah terjadi juga yang masih akan terjadi. Orang-orang yang percaya kelak
“bersama Kristus”, kini sudah pula”di dalam Kristus” (Gal. 3:28; Rm. 8:1; 6:11;
2 Kor. 5:17; Kol 1:2). Bagi seorang Kristen diberi janji bahwa dia akan
memperoleh pada masa depan apa yang telah dimilikinya sekarang; dia akan
menerima apa yang telah dimilikinya. Karena
eskhaton dalam perjanjian baru
dihubungkan dengan realitas Kristus yang hidup, maka harus diartikan sekaligus
sebagai yang presentis dan futuris. Dengan Kristus yang sama itu orang-orang
percaya akan bersekutu kelak sebagai mana mereka sekarang sudah berada dalam
persekutuan dengan-Nya.[16]
Segala rahasia pada waktu itu akan terbuka. Kedatangan-Nya dalam kemuliaan itu
akan di saksikan oleh orang di seluruh dunia (Mat. 24:27,30). Maka kedatangan
Kristus yang kedua kali ini bukan hanya mengulangi kedatangan-Nya yang pertama,
melainkan akan mengakhiri kedatangan-Nya yang pertama itu, dan akan membuka
segala rahasia kedatangan-Nya yang pertama, serta akan menyempurnakannya.[17]
2.3.Eskhatologi “transcendental”
(=melampaui waktu) & “imanen historis”
2.3.1.
Eskhatologi
Transcendental (melampaui waktu)
Bagi K. Barthpada masa
mudanya, eskhaton adalah suatu yang transenden yang selalu vertical membentur
waktu, tetapi tidak masuk ke dalamnya. kekekalan sama dekat dan jauhnya sengan
setiap waktu. Momen yang kekal berhadapan dengan setiap waktu dan didalamnya
terdapat maksud transcendental dari setiap waktu. Althaus menulis bahwa
sebagaimana setiap waktu sama dekatnya dengan keadaannya semula pada waktu
penciptaan dan kejatuhan, demikian pula setiap waktu sama dekatnya dengan
pemenuhannya. Dan dalam pengertian itu setiap waktu adalah saat yang terakhir.
Tujuan sejarah tidaklah terdapat dalam keadaan tereakhir yang historis. Suatu
gagasan eskhaton yang melampaui waktu juga disajikan oelh P. Tillich.
Eskhatologi hendaknya menerangkan “bahwa dalam setiap saat kita berhadapan
dengan yang kekal”. Eskhaton bukanlah angan-angan tentang suatu bencana
apokaliptis di dalam ruang atau waktu yang tak terhingga jauh atau dekatnya.
Eskhaton berarti “hubungan antara fana dan yang kekal”, atau “transisi dari
yang fana ke yang kekal”. Penciptaan diartikan sebagai “transisi dari yang
kekal ke fana” atau dengan kata lain sebagai “transisi dari esensi ke
eksistensi”. Esentifitas itu bersifat
universal dan tidak cocok dengan hukuman yang kekal. Menurut Tillich,
transisi dari yang fana ke yang kekal bukanlah suatu peristiwa historis,
melainkan akhir segala waktu yang terus-menerus hadir dan terjadi dalam setiap
waktu.[18]
2.3.2.
Eskhatologi
Imanen Historis
Tipe imanen-historis yang dikemukakan oleh J.
Moltmann. Menurutnya konsep transcendental juga tidak membawa perkembangan.
Eskhatologi yang imanen-histori dari Moltmann terdapat dalam suatu garis
tradisi dengan filsafat E. Bloch yang dalam karyanya prinsip pengharapan
menunjukkam keterarahan manusia ke masa depannya dan dengan demikian telah
membawa banyak dorongan bagi teologi modern. Tipe pemikiran eskhatologi
imanen-historis itu dengan tepat menentang gagasan-gagasan eskhatologi yang
transcendental dan individual. Eskhatologi bukanlah sesuatu yang tidak sejarawi
melainkan sebaliknya masuk ke dalam sejarah. Sebagaimana Allah masuk ke dalam
sejarah, demikian pula eskhaton harus menjadi dunia dan menembus ke dalam
sejarah. Allah mendirikan kerajaan-Nya dengan “batu-batu” dari dunia ini. Dunia
baru yang dinantikan adalah kita ini yang diperbaharui oleh Allah (2 Ptr.
3:13). Eskhatologi Kristen bukanlah janji kosong akan dunia yang lain,
melainkan pengharapan bahwa Allah akan berhasil memperbaharui dunia ini. Suatu
eskhatologi yang imanen-historis diancam bahaya mengidentifikasikan kerajaan
Allah dan sejarahnya. Eskhaton bukan pemenuhan belaka, melainkan juga akhir
dunia ini dan sejarahnya.[19]
2.4.Kebangkitan
daging, Penghakiman akhir & Langit-bumi yang baru
2.4.1.
Kebangkitan
Daging
1.
Dalam
Perjanjian Lama
Doktrin
perjanjian lama tentang Allah cukup menjelaskan seluruh sejarah konsep
perjanjian lama tentang hidup di masa yang akan datang. Kepercayaan kepada
kebangkitan orang mati dalam perjanjian lama itu sendiri tidak memiliki akar
dan dasar pada kepercayaan kafir tetapi hanya dapat dijumpai dalam wahyu Allah
Israel. Memang benar tidak ada penyebutan mengenai kebangkitan orang mati
sebelum jaman para nabi, walaupun Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa hal ini
sudah terkandung sejak Kel. 3:6 (band. Mat. 22:29-32), dan penulis surat Ibrani
mengatakan bahwa para bapa leluhur Israel menanti-nantikan kebangkitan orang
mati (Ibbr. 11:10, 13-16, 19). Kebangkitan orang mati sudah ada jauh sebelum
jaman pembuangan yang dapat terlihat dalam ayat-ayat yang membicarakan tenang
kelepasan dari sheol, Mzm. 49:15;
73:24,25; Ams. 23:14. Pernyataan Ayub jelas sekali menunjukkan kepercayaan
mengenai kebangkitan (Ayb. 19:25-27). Diajarkan juga dalam Yesaya 26:19, Daniel
12:2 dan Yehezkiel 37:1-14.[20]
2.
Dalam
Perjanjian Baru
Perjanjian
baru jauh lebih banyak berbicara tentang kebangkitan orang mati, sebab dalam
kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. perjanjian baru membawa klimaks bagi wahyu
Allah tentang kebangkitan. Walaupun orang saduki menyangkal, Tuhan Yesus dengan
tegas menunjukkan bahwa kebangkitan sudah dimengerti sejak perjanjial lama
(Mat. 22:23-33, band. Kel. 3:6). Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran penting ini
dalam Yoh. 5:25-29; 6:39,40,44-45; 11:24,25; 14:3; 17:24. Ayat-ayat klesik
dalam perjanjian baru untuk doktrin kebangkitan orang mati ini kita jumpai
dalam ayat-ayat pernting berikut: 1 Tes. 4:13-16; 2 Kor. 5:1-10; Why. 20:4-6,13.[21]
Kebangkitan
adalah karya Allah Tritunggal. Dalam beberapa ksus kita hanya diberitahukan
bahwa Allah membangkitkan orang mati, tanpa menyebutkan pribadi tertentu secara
khusus, Mat. 22:29; 2 Kor. 1:9. Tetapi, secara lebih khusus, karya kebangkitan disebut
merupakan karya Allah Putra, Yoh. 5:21,25,28.29; 6:38-40, 44,45; 1 Tes. 4:16.
Secara tidak langsung kebangkitan juga disebut sebagai karya Roh Kudus, Rm.
8:11. Pada jaman Paulus ada sebagian orang yang menganggap kebangkitan sebagai
sesuatu yang spiritual sifatnya, 2 Tim. 2:18. Tetapi Alkitab dengan jelas
mengajrkan kebangkitan tubuh. Kristus disebut sebagai buah sulung kebangkitan
dalam 1 Kor. 15:20-23, dan sebagai “yang sulung di antara mereka yang bangkit”,
dalam Kol. 1:18; Why. 1:5. Hal ini berarti kebangkitan umat Allah akan seperti
kebangkitan Tuhan mereka. Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan tubuh,
karenaitu kebangkitan umat-Nya pun demikian. Penebusan yang telah dikerjakan
oleh Kristus juga mencangkup tubuh, Rm. 8:23; 1 Kor.6:13-20. Dalam Rm. 8:11
kita melihat secara eksplisit bahwa Allah melalui Roh Kudus akan membangkitkan
tubuh kita. Menurut Alkitab akan ada kebangkitan tubuh, bukan suatu ciptaan
baru yang seluruhnya berbeda, tetapi tubuh yang dalam arti mendasarkan sama
dengan tubuh kita sekarang. Tuhan tidak akan menciptakan tubuh baru bagi semua
orang, tetapi akan membangkitkan tubuh kita ini yang sudah dimakamkan dalam
tanah. Hal ini bukan saja terlihat dalam istilah “kebangkitan” tetapi jelas
pula dikatakan dalam Rm. 8:11; 1 Kor. 15:53.[22]
Di dalam PB, keyakinan tentang kebangkitan orang mati itu makin jelas. Hal ini
disebabkan karena karya Tuhan Yesus Kritus. Dalam Yoh. 11:25 Tuhan Yesusu
berkata, bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup. Ia bukan hanya bangkit dari
mati dan kemudian hidup, Ia bukan hanya membangkitkan dan menghidupkan orang
mati (seperti yang umpamanya dilakukan terhadap Lazarus). Kata-kata ini
menunjukkan bahwa kebangkitan dan hidup memiliki dasarnya pada Tuhan Yesus,
berakar pada Tuhan Yesus, mengejawantahkan diri pada Tuhan Yesus. Itulah
sebabnya orang beriman disebut: hidup dengan Kristus (Rom. 6:8). Hakekat
kebangkitan dan hidup tampak pada diri Tuhan Yesus Kristus. Keduanya berada
dalam kuasa-Nya, maka Ia membangkitkan dan menghidupkan . ia menjadi Pemimpin
kepada hidup (Kis. :15), maka seperti halnya dengan Allah Bapa Kristus dapat
menghidupkan barangsiapa yang Ia kehendaki (Yoh. 5:21), sebab Ia adalah Allah
yang benar dan hidup yang kekal (1 Yoh. 5:20). Karena keadaan Kristus yang
demikian itu maka kebangkitan-Nya adalah pusat segala sesuatu dan menguasai
segala sesuatu (1. Kor 15:12-34). Dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Kristus telah
mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (2. Tim.
1:10).[23]
2.4.2.
Penghakiman
Akhir
Kedatangan
Tuhan Yesus yang kedua kali adalah penghakiman terakhir, yang sangat natural.
Tuhan akan datang kembali dengan satu tujuan, untuk menghakimi orang yang hidup
dan menentukan tujuan kekal dari setiap individu. Doktrin mengenai penghakiman
terakhir ini sejak awal Kekristenan selalu dikaitkan dengan doktrin kebgankitan
orang mati. Doktrin ini termuat dalam Pengakuan Iman Rasuli: “Dan dari sana Ia
akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati”. Penghakiman
terakhir yang dikaitkan dalam Alkitab tidak dapat dianggap sebagai peristiwa
spiritual yang tak nampak dan tanpa akhir seperti halnya dengan providensi
Allah dalam sejarah. Alkitab dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa dalam
hidup sekarang pun Allah tetap menghukum kejahatan dan memberkati orang yang
benar. Dalam beberapa kasus, hukuman serta pahala yang diberikan ini bersifat
positif, tetapi di beberapa kasus yang lain muncul sebagai providensial alamiah
sebagai akibat dari kejahatan atau kebaikan yang dilakukan, Ul. 9:5; Mzm. 9:16;
37:28; 59:13; Ams. 11:5; 14:11; Yes 32:16, 17; Rat. 5:7. Alkitab mengajarkan
kepada kita unutk menantikan penghakiman terakhir sebagai jawaban keputusan
Allah bagi pernyataan seperti itu, sebagai jalan keluar bagi segala problema
itu, serta penyingkiran segala ketidaksempurnaan masa sekarang, Mat. 25:31-46;
Yoh. 5:27-29; Kis. 25:24; Rm. 2:5-11; Ibr. 9:27; 10:27; 2 Ptr. 3:7; Why.
20:11-15. Penghakiman itu akan terjadi pada akhir dunia ini sebab penghakiman
itu akan diberikan kepada seluruh hidup manusia, Mat. 13:40-43; 2 Ptr.3:7.
Penghakiman ini merupakan serangkaian kejadian bersamaan dengan parousia Tuhan Yesus, Mat. 25:19-46; 2
Tes. 1:7-10; 2 Ptr. 3:9,10 dan akan segera mengikuti kebangkitan orang mati,
Dan. 12:2; Yoh. 5:28,29; Why 20:12-13.[24]
2.4.3.
Langit-bumi
yang Baru
Keadaan
akhir bagi orang percaya akan didahului dengan lenyapnya dunia yang sekarang
dan berganti dengan munculnya ciptaan baru. Mat. 19:28 menyebutkan sebagai
“kelahiran baru” dan Kis. 3:21 menyebutkan “pemulihan segala sesuatu”. Petrus
berkata bahwa sesuai dengan janji yang telah diberikan kita menantikan langit
yang baru dan bumi yang baru dimana orang benar tinggal (2 Ptr. 3:13, band. Ay.
12). Hanyalah setelah ciptaan baru dijadikan maka Yerusalem akan turun dari
surga, dari Allah, dan hadirat Allah tinggal di antara manusia, serta orang
benar memasuki kebahagiaan kekal mereka.[25]
Baik dalam Perjanjian
Lama maupun perjanjian Baru berbicara tentang bumi yang baru dan langit yang
baru (lit. Yes.65:17; 66:22; Why. 21:1). Ada yang percaya bahwa alasan yang
kuat dapat dikemukakan bagi renovasi langit dan bumi yang sekarang ini daripada
suatu ciptaaan yang baru. Yang lebih penting, bumi yang baru akan menjadi
tempat Yerusalem baru, yang turun dari surge, dari Allah. Ukurannya (Why.
21:16) kira-kira 1.380 mil tinggi, lebar, dal dalannya (dengan menggunakan
ukuran kuno, stade dalam bahasa
Yunani yang adalah kira-kira 607 kaki atau 192 meter) menggambarkan sebuah
kubus, seperti tempat mahakudus di kemah pertemuan dan bait suci, dan mungkin
menunjukkan bahwa bumi yang baru itu akan lebih besar dari bumi yang sekarang
ini. Pertama kalinya Kota Kudus ini disebut, Yerusalem Baru, di Wahyu 21:2-3
menyatakan kepada kita bahwa tempat kediaman Allah akan bersama-sama dengan
orang-orang yang sudah ditebus, karena Ia akan tinggal bersama mereka dan
mereka akan menjdai umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dengan cara ini,
tujuan Allah bagi Israel dan juga Gereja pada akhirnya akan digenapi sama
sekali.[26]
III.
Kesimpulan
Eskhatologi adalah
akhir jaman dimana akan membahas masa lalu, sekarang, maupun masa yang
terakhir. Eskhatologi futuris menjelaskan ke masa depan atau masa yang akan
datang dan eskhatologis presentis pada masa sekarang. Eskhatologi
presentis-futuris itu menjelaskan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Eskhatologi Transcendental (melampaui waktu) adalah suatu yang transenden yang
selalu vertical membentur waktu, tetapi tidak masuk ke dalamnya. kekekalan sama
dekat dan jauhnya sengan setiap waktu. Eskhatologi imanen-historis suatu
prinsip pengharapan menunjukkam keterarahan manusia ke masa depannya dan dengan
demikian telah membawa banyak dorongan bagi teologi modern. Kebangkitan daging
di mana pada waktunya orang yang telah mati akan dibangkitkan dan Tuhan akan
datang kedua kalinya untuk mengadili manusia dan di bentuk bumi baru yang
dinamakan Yerusalem Baru.
IV.
Daftar
Pustaka
Becter, Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009
Berkhof, Louis, Teologia
Sistematika Doktrin Akhir Jaman, Surabaya: Momentum, 2005
Beyer, Ulrich, Garis-Garis Eskatologi dalam Perjaanjian Baru,Jakarta:BPK-Gunung
Mulia, 2003
Dister, Nico Syukur, Teologi
Sistematika 2, Yogyakarta: Kanisius, 2004
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta:
BPK Gunung mUlia, 2013
Menzies, William W., & Stanley
M. Horton, Doktrin-doktrin Alkitab, Malang: Gandum Mas, 2003
Niftrik, G.C., Van & B.j.
Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BKP
Gunung Mulia, 2014
Soedarmo, R. Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985
Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas,
1993
Catatan Dosen
Ajaran
Eskhatologi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Eskhatologi Biblis (Eskhatologi
yang diterangkan dalam Alkitab) dan Eskhatologi Teologis (pandangan para
teolog-teolog Krsiten).
Eskhatologi Biblis: Eskhatologi adalah hal ikhwal
tentang kedatangan Yesus Kristus. kalau Yesus Kristus datang maka apakah yang
akan terjadi di sekitar peristiwa kedatangan itu? Mungkin aka nada kebangkitan
daging, hidup yang kekal, penghakiman. Menurut Alkitab kedatangan Yesus itu ada
yang bersifat presentis, futuris, dan yang presentis-futuris.
Eskhatoloti
Presentis
Eskhatologi
yang bersifat presentis disajikan oleh Yohanes. Menurut Yohanes pada mulanya
dalah firman, firman itu diam di antara kita. Yohanes menunjukkan bahwa Allah,
Yesus itu datang, diam di antara kita. Yohanes tidak ada membahas tentang zaman
terakhir, Yohanes membahas dari atas. Presentis menjelaskan Allah itu datang
dan diam di antara kita. Apakah terjadi seperti yang dikatakan tadi di bumi ini
dimana Kristus hadir di sini. Bisa kita lihat di dalam Yohanes 5:39-40, 28-29;
6:39-40.
Yohanes menggambarkan dunia ini
sudah ada dalam kebinasaan, karena dosa semua manusia akan mati Yoh.17:20-30.
Hidup yang kekal itu adalah ketika kita kenal Yesus, ketika kita hidup di
dunia. Yoh. 5:24-25 berkata atau bercerita kita sudah mati oleh dosa kita, akan
tiba saatnya orang-orang yang mati akan mendengarkan suara Allah. Penghakiman
Yohanes 3:19 menjelaskan terang sudah datang, inilah penghukuman itu sama
seperti nubuat-nubuat para nabi, ketika Yesus datang ada yang memegang alat
penampi, memisahkan gandum sekam, gamdum akan disimpan dan sekam akan dibakar.
Kristus itu di utus sebagai penghakiman, penghukum, yang percaya akan
diselamatkan dan yang berdosa akan di hukum. Di Yohanes, penghakiman terjadi
sekarang, sementara Injil Sinoptik mengatakan Dia datang di akhir zaman.
Yohanes menceritakan Yesus itu dan sorga turun ke bumi, sementara Injil
sinoptik mengatakan Dia akan turun atau kembali datang dari sana.
Eskatologi Futuris
Disajikan/
dijadikan oleh Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Injil sinoptik ini
menyediakan perikop yang menceritakan tentang “akhir Zaman” (Markus 11-13, Mat.
24- 25, Luk. 21). Diawali dari Mat. 24:3, “murid bertanya tanda-tanda
kedatangan anak manusia dan tanda-tanda kesudahan zaman”. Yesus menguraikan
urutannya dari tanda-tanda kedatangan anak manusia sampai dengan kesudahan
zaman. Dari uraian Yesus itu tergambar bahwa eskatologi di tempatkan pada
episode terakhir dari rangkaian episode peristiwa akhir zaman. Artinya bahwa
Eskatologilah yang menjelaskan yang menjadi batas zaman atau ujung dari batas
zamman. Dan pada batasan itu Yesus tampil di Langit dan ketika itulah terjadi: “semua
manusia yang mati akan dibangkitkan dibangkitkan, yang hidup diubahkan, semua
dihakimi dan terjadi pemisahan antara penghuni kerajaan Sorga dan penghuni
kerajaan Maut. Yang menghuni kerajaan sorga disebut hidup yang kekal sedangkan
yang menghuni kerajaan maut disebut maut yang kekal”.
Eskatologi Presentis-Futuris
Disajikan
oleh Rasul Paulus. Dalam surat-suratnya Paulus keselamatan iman yang terjadi
pada hidup/ kehidupan di dalam Kristus . Paulus juga menekankan peristiwa
eskatologi Futuris yang mengatakan akan terjadi kebangkitan semua orang mati
dan pengubahan hidup (1 Kor. 15:51-52, 1 Tes 4:13). Paulus juga menceritakan
tata kemah/kemah sorgawi (2 Kor 5:1,17) dan hidup bersama dengan Yesus (Rom.8).
Paulus
menggabungkan Presentis dan Futuris dengan mengatakan “keselamatan diterima di
sini dan dinyatakan/disempurnakan pada masa yang akan datang. Kebangkitan
spiritual/rohani terjadi disini tetapi kebangkitan daging dan realitas hidup
kekal akan diterima dan terjadi di sorga”.
Eskatologis
Teologis
Dibagi
menjadi 2 sebagai berikut:
1.
Eskatologi
Transcendental
Artinya jauh
dari realitas sejarah. Jauh dalam anti tidak kelihatan/tidak nampak secara
fisik. Disini kehidupan manusia itu bisa berlangsung dalam 2 zona yaitu Zona
Sejarah dan Zona Eskatologi. Zona sejarah ialah dunia nyata di bumi. Zona
eskatologi ialah dunia lain dari
sejarah. Hubungan sejarah dan eskatologi, satu pihak seperti dua garis lurus
yang berturut/bersambung yang dibatasi oelh waktu. Ketika sejarah manusia
terbentuk dengan waktu/berakhir dengan waktu , maka kehidupan manusia berlanjut
dalam eskatologi. Artinya ada kehidupan diluar kehidupan yang sekarang. Disisi
kedua antara sejarah dan eskatologi yaitu 2 garis yang beriringan tapi tidak
bersentuhan. Hidup manusia selalu ada pada situasi transisi dalam hubungan
antara sejarah dan eskatologi.
2.
Eskatologi
Imanen Historis
Pola piker
bertolak dari Yoh 3:16, bahwa kedatangan Yesus Kristus adalah pernyataan
eskatologi di tengah-tengah dunia. Jadi Eskatologi sudah ada dalam sejarah
sebagaimana Yesus menyatakan diri-Nya dalam sejarah. Jadi kedatangan Yesus
dimaknai sebagai peristiwa eskatologi. Eskatologi bukan batas akhir dari zaman
atau bukan waktu terakhir dari zaman tapi menjadi dasar/pondasi zaman.
Eskatologi memberikan pengharapan baru bagi dunia melalui terpancang-Nya salib
Krsitus dasar pengharapan dunia menuju masa depan sejarah. Tuhan datang bukan
untuk membinasakan tapi menuju dunia yang penuh pengharapan oleh karena
penebusan Kristus. Eskatologi menurut Woltman adalah salib Kristus yang sudah
ditanjabkan adalah salib yang mengumpulkan, tanda pengampunan, penebusan bumi
ini supaya bumi ini bisa berjalan bergerak maju ke dalam masa depan yang
membawa manusia menuju kesejahteraan sebagaimana di cita-citakan oleh Injil.
[1] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya:
Momentum, 2005), 10-11
[2] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jaakarta: BPK
Gunung Mulia, 1985), 195
[3] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2, (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), 503
[4] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
mUlia, 2013), 472
[5] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya:
Momentum, 2005), 11
[6] Harun Hadiwijono, Iman
Kristen, 472
[7] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya:
Momentum, 2005), 11
[8] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman,
11-12
[9] Ulrich Beyer, Garis-Garis Eskatologi dalam Perjaanjian
Baru,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2003), 85
[10] Dieter Becter, Pedoman Dogmatika,(Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009), 187
[11] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, 189-190
[12] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum
Mas, 1993), 311-312
[13] Dieter Becter, Pedoman Dogmatika,(Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009), 187
[14] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum
Mas, 1993), 312
[15] G.C. Van Niftrik & B.j.
Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta:BKP-GM,
2014), 310
[16] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009),191
[17] Harun Hadiwijono, Iman
Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), 479
[18] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, 191-192
[19] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, 192-194
[20] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya:
Momentum, 2005), 117-118
[21] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, 118
[22] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman,
119-120
[23] Harun Hadiwijono, Iman
Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), 495
[24] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya:
Momentum, 2005), 129, 131-132
[25] Louis Berkhof. Teologia Sistematika Doktrin Akhir Jaman,
146-147
[26] William W. Menzies & Stanley
M. Horton, Doktrin-doktrin Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 203), 261-262, 265
Tidak ada komentar:
Posting Komentar